"Eomma..."
Gadis itu bergerak gelisah dalam tidurnya, menyebut nama Ibunya berkali-kali ketika mimpi buruk itu datang kembali.
"Eomma!!"
Dan akhirnya, kedua mata kucing milik gadis itu benar-benar terbuka. Peluh yang menghiasi bagian keningnya menjadi pertanda bagaimana mimpi sang gadis yang begitu menyakitkan baginya.
Ceklek
"Nona.."
"Bibi..."
Dan sang gadis langsung meraba apapun yang ada di depannya, mencari keberadaan sang Bibi yang dengan cepat menggenggam kedua tangan Nonanya dan membawanya ke dalam pelukannya setelah dirinya duduk di sisi ranjang milik gadis itu.
"Mimpi buruk lagi?"
Jennie tidak menjawab dan memilih lebih mengeratkan pelukannya pada Bibi Song.
"Ini. Nona minumlah dulu."
Bibi Song mengarahkan kedua tangan Jennie agar memegang gelas air yang berada di atas nakas samping ranjang dan Jennie yang hanya bisa menerimanya lalu meneguknya.
"Terima kasih, bibi." Ucapnya sembari menyodorkan kembali gelas itu.
"Sudah baikan?"
Jennie hanya mengangguk menjawab Bibi Song. Lantas Bibi Song beranjak dari duduknya dan menuntun Jennie untuk kembali berbaring dan membenarkan selimut yang dipakainya. Sudah seperti Ibu baginya, begitulah yang selalu dipikirkan Jennie dan dirinya begitu senang dan beruntung karena keberadaan Bibi Song di dalam hidupnya.
.
.
Mobil sedan hitam itu terparkir dengan rapi di sebuah garasi rumah mewah yang berada di perumahan itu. Sang supir lebih dulu keluar dari mobil, berjalan dengan cepat membuka pintu bagian penumpang dan sang Nyonya keluar dari sana.
Ia menatap rumah besar disana dan tersenyum sekilas sebelum beranjak berjalan menuju rumah itu.
Memencet bel rumah, membuat sang pelayan rumah dengan cepat membukakan pintu dan sedikit terkejut mendapati majikannya.
"Nyonya, anda kemari?"
Sang Nyonya hanya tersenyum tipis sebelum akhirnya memilih masuk dan sang pelayan yang melihat itu hanya bisa memberi jalan bagi sang Nyonya dan membawa koper yang telah diserahkan sang sopir.
"Apa eomeonim sudah bangun?"
"Dia ada di taman belakang, Nyonya."
"Jimin?"
"Tuan Muda masih berada di kamarnya dan belum bangun."
"Baiklah. Kau bawa koperku ke kamar biasa. Aku akan menemui eomeonim dan membangunkan Jimin nanti."
"Baik, Nyonya."
Kirei hanya mengangguk sebelum akhirnya membawa koper milik Ny Park bersamanya pergi.
Ny. Park pun melangkahkan kakinya menuju taman belakang dan tersenyum mendapati sang Ibu mertua yang kini tengah duduk di kursi taman dengan sebuah buku di kedua tangannya.
"Eomeonim..."
Nenek Jimin pun mengalihkan pandangannya dan sedikit terkejut mendapati sang menantu yang kini beranjak mendekatinya dengan senyuman yang sama persisnya dengan Jimin. Memang, buah tidak akan pernah jatuh jauh dari pohonnya.
"Oh, kenapa kau bisa kemari?"
"Waeyo? Apa aku tidak boleh kemari? Lagipula, aku hanya merindukanmu, eomeonim. Dan juga Jimin termasuk. Hah, padahal aku baru beberapa hari tidak bertemu dengannya tapi aku sudah merindukan putraku."
KAMU SEDANG MEMBACA
fate ❌ jenmin
Fanfiction[18+] ✔ Park Jimin, Pria dengan seluruh pesonanya. Hidupnya hanya dihabiskan dengan bersenang-senang dan membuat sang ayah geram terhadap putranya tersebut. Ia pun dikirim oleh sang ayah ke Jepang dan tinggal bersama sang Nenek. Takdir mempertemukan...