PUK
Jimin tersenyum saat melihat Jennie yang baru saja menjatuhkan kepalanya pada bahu pria itu. Ia menatap wajah tertidur gadis itu sebelum akhirnya menyamankan posisi gadis itu agar nyaman dalam tidurnya.
Hingga mobil yang membawa Jimin dan Jennie telah sampai di sebuah rumah sakit, membuat Jimin sedikit mengernyit karena dirinya yang bingung.
"Kenapa kita kemari?"
"Nyonya Besar menyuruh saya untuk membawa anda kemari, Tuan Muda. Beliau sudah menunggu di dalam, tepatnya di bagian poli mata."
Jimin terdiam. Poli mata? Ini pasti ada hubungannya dengan Jennie, pikirnya.
"Nyonya Besar juga menyuruh agar Nona Jennie juga ikut, Tuan."
"Aku tahu. Terima kasih, paman."
Jimin beralih pada Jennie yang masih terlelap di sampingnya. Ia menyentuh pipi gadis itu dan mengusapnya.
"Jennie..."
"Hmm?"
"Bangunlah. Kita sudah sampai."
Jennie perlahan mengerjapkan matanya mendengar jika dirinya sudah sampai.
"Sudah sampai?"
Jimin hanya bergumam menjawab Jennie. Ia pun keluar dari mobil lebih dulu lalu berpindah ke sisi lain mobil dan membukakan pintu mobil untuk Jennie.
Pria itu menuntun Jennie keluar dari mobil, menggenggam tangan gadis itu dan satu tangan lain dari Jimin berada di atas kepala gadis itu agar tak terbentur.
Jimin tetap menggenggam Jennie, menarik gadis itu bersamanya untuk masuk ke dalam rumah sakit itu.
"Jimin, ini dimana? Ini tidak seperti di rumah."
Jimin hanya tersenyum, belum menjawab Jennie. Sedang Jennie hanya bisa mengikuti Jimin, mengeratkan genggamannya pada pria itu. Entahlah, ia merasa tidak enak dengan tempat yang sedang ia datangi saat ini bersama Jimin.
"Halmeoni..."
Jimin beranjak mendekati Neneknya saat ia melihat wanita itu duduk pada salah satu kursi ruang tunggu yang ada disana.
"Oh, kalian sudah datang. Kalau begitu, kita langsung saja."
Nenek mendekati Jennie, mengambil alih gadis itu dari Jimin.
"Halmeoni, ini dimana?"
"Ini rumah sakit, sayang. Dan hari ini, kau akan diperiksa."
"Diperiksa? Untuk apa? Aku tidak merasa sakit sama sekali, halmeoni."
"Kau memang tidak sakit, sayang. Hanya pemeriksaan apakah kau bisa melakukan operasi mata dalam waktu dekat."
"O-Operasi?"
"Hmm. Sebenarnya, aku sudah menyiapkan donor mata untukmu dua tahun yang lalu. Tapi mengingat kau yang masih belum menginginkan untuk operasi, aku menundanya. Dan menurutku, mungkin sekarang adalah waktu yang tepat, sayang."
Jennie masih diam. Tangan gadis itu mulai mencari keberadaan Jimin dan seperti mengerti dengan apa maksud gadis itu, Jimin pun mengambil tangan itu dan Jennie yang langsung menggenggamnya erat dan mendekatkan dirinya pada Jimin.
"Hey, ada apa, hmm?" Tanya Jimin. Ia bisa melihat dari gerak tubuh Jennie jika gadis itu seperti sedang ketakutan. Nenek pun juga ikut bingung karena melihat reaksi Jennie.
"A-Aku tidak ingin di operasi."
"Wae? Jennie, kau harus, sayang."
"Aku tidak mau." Jennie semakin mengeratkan genggamannya pada Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
fate ❌ jenmin
Fanfiction[18+] ✔ Park Jimin, Pria dengan seluruh pesonanya. Hidupnya hanya dihabiskan dengan bersenang-senang dan membuat sang ayah geram terhadap putranya tersebut. Ia pun dikirim oleh sang ayah ke Jepang dan tinggal bersama sang Nenek. Takdir mempertemukan...