EPILOG

3.1K 239 8
                                    

3 tahun kemudian...

BUGH

"Huaa eomma..."

Sang Ibu yang mendengar tangisan putranya tersebut pun berlari dengan cepat keluar dari dapur dan menemukan sang putra yang sudah menangis di ruang tengah sana saat ia meninggalkan sang putra di ruang tengah.

"Sstt, sudah ya? Eomma disini."

Sang Ibu menenangkan putranya, menepuk pelan pantat kecil tersebut.

"Ada apa, Jennie?"

"Jeongmin sepertinya terjatuh. Saat aku kesini, aku sudah menemukannya tengkurap di atas lantai."

"Aigoo, cucuku yang tampan terjatuh tadi, ya?"

Ny. Park mengambil alih Jeongmin dari gendongan Jennie dan mendudukkan Jeongmin di pangkuannya sementara dirinya terduduk di sofa. Sedangkan Jennie memilih untuk kembali ke dapur, mengambil kotak obat untuk Jeongmin.

"Sudah ya, sayang. Jangan menangis lagi. Dimana yang sakit, hmm?"

Jeongmin masih menangis dalam pelukan Neneknya itu, sementara Ny. Park yang terus menenangkannya.

Tak lama kemudian, Jennie pun datang dengan kotak obatnya dan mendudukkan dirinya di samping Ny. Park. Wanita itu perlahan mulai mengobati luka di lutut Jeongmin dan perlahan, tangisan bocah kecil itu mulai terhenti.

"Hah, kenapa ayahnya Jimin menyuruhnya untuk ikut bersamanya ke Jepang? Dan ini sudah hampir setahun dan Jimin bahkan tidak memberikan kabar kepada kita. Aigoo, cucuku pasti sangat merindukan ayahnya. Benar, kan?"

Jennie hanya tersenyum tipis mendengar keluhan Ibu mertuanya itu. Ia pun memilih menaruh kembali kotak obat tersebut ke dapur, lalu kembali duduk di samping Ny. Park.

"Eomeonim, aku tidak apa. Lagipula, Jimin disana untuk bekerja."

"Tapi bahkan kalian melewatkan bulan madu kalian."

"Eomeonim, aku tidak apa. Sungguh."

Ny. Park pun menghela nafasnya, memilih bermain bersama Jeongmin yang mulai kembali cerita setelah dirinya menangis tadi.

"Lagipula, untuk apa bulan madu kalau kalian berdua juga sering melakukannya? Ya, kan?"

"Eomeonim, ada Jeongmin disini."

"Ah, maaf."

Ny. Park memilih kembali bermain bersama Jeongmin, dimana Jennie hanya mendengus setelahnya.

Drrt...Drrt...

Ponsel wanita itu bergetar, membuatnya dengan cepat mengambil ponselnya dan ia bisa melihat adanya satu notifikasi pesan

Jennie pun membuka pesan itu dan tersenyum mendapati pesan itu.

"Kau mau memaafkanku, kan? Maaf baru bisa mengabarimu hari ini. Bagaimana dengan kabar pangeranku?"

Jennie memilih untuk tidak membalas pesan itu. Mungkin sedikit mengerjai sang suami akan menyenangkan, pikirnya.

.

.

"Ja, sudah selesai. Anak eomma memang paling tampan."

Jeongmin tersenyum, senyuman yang sama yang dimiliki Ibunya. Bocah laki-laki itu mendekat, memeluk sang Ibu dan mencium pipi kirinya. Jennie tersenyum meski di awal ia cukup terkejut.

"Eomma, aku mencintaimu."

"Astaga, kau sudah bisa berkata seperti itu? Siapa yang mengajarimu, sayang?"

fate ❌ jenminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang