Part 20

2.1K 207 5
                                    

"Sudah puas melihatku?"

Jennie menggeleng dengan senyumannya, membuat Jimin yang berbaring di samping gadis itu hanya bisa menghela nafasnya.

"Jennie, ini bahkan sudah hampir 3 jam dan kau belum bosan juga?"

"Tidak. Karena yang ada dihadapanku saat ini adalah seorang pangeran tampan. Mana mungkin aku mengalihkan pandanganku?"

"Kau juga sudah berkata seperti itu sejak 3 jam yang lalu."

"Wae? Kau tidak suka?"

"Aku suka. Sekarang, kau harus tidur karena ini sudah hampir larut."

Jennie mendengus kesal, berbalik membelakangi Jimin. Sedangkan pria itu hanya tersenyum tipis sebelum membawa dirinya lebih dekat pada Jennie dan memeluk gadis itu.

"Kau marah?"

"Tidak."

"Iya, kau marah."

Jennie menutup matanya, memilih mengabaikan Jimin yang masih memeluknya saat ini.

"Baiklah. Selamat malam." Ucapnya dan mencium pelipis Jennie sebelum akhirnya ia ikut menutup matanya sama seperti Jennie.

.

.

Jennie menatap pantulan dirinya kali ini dihadapan cermin besar. Senyuman gadis itu seakan tidak pernah hilang semenjak seminggu yang lalu dia bisa kembali merasakan kembali bagaimana dunia dengan mata barunya.

"Halmeoni benar. Gaun ini benar-benar sangat cantik."

Gadis itu berputar, melihat kembali semua sisi gaun putih yang sedang ia kenakan saat ini.

Ceklek

Jennie memandang pintu ruangan tempatnya saat ini yang terbuka dan menampakkan Ny. Park yang berdiri di ambang pintu.

"Eomeonim..."

Ny. Park tersenyum dan mendekat ke arah Jennie dimana gadis itu juga tersenyum padanya.

"Kau terlihat sangat cantik, sayang."

"Terima kasih."

Ny. Park melihat kembali penampilan Jennie, memperbaiki sedikit gaun Jennie yang menurutnya masih kurang.

"Eomeonim, terima kasih."

Ny. Park mengernyit, mengalihkan pandangannya pada Jennie.

"Terima kasih, karena sudah mau menerimaku dan juga pernikahan ini. Aku akan melakukan yang terbaik agar kau tidak menyesal karena telah memilihku sebagai menantumu."

Ny. Park tersenyum tipis, mengelus kepala Jennie.

"Tidak perlu berterima kasih. Justru aku yang seharusnya mengatakan itu. Jika kau tidak ada, aku tidak tahu bagaimana kehidupan Jimin selanjutnya. Kau-lah kebahagiaannya, sayang. Dan kebahagiaan Jimin, itu juga adalah kebahagiaanku."

Keduanya tersenyum sebelum akhirnya Jennie membawa dirinya memeluk Ny. Park.

"Berbahagialah, sayang."

.

.

"Kau gugup?"

Jennie mengangguk dengan masih menetralkan nafasnya. Bahkan genggamannya pada buket bunga lili yang ia pegang saat ini semakin mengerat karena kegugupannya. Sedangkan Jimin yang berada di samping gadis itu hanya tersenyum tipis sebelum mengulurkan tangannya pada Jennie.

Jennie menatap uluran tangan itu lalu kepada sang pemilik tangan. Senyuman masih tampak pria itu berikan pada sang gadis.

Perlahan, Jennie menerima uluran tangan itu dan Jimin yang langsung menempatkan tangan Jennie yang ia genggam agar merangkul lengannya.

fate ❌ jenminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang