10 : 35 Pesan dan 23 Panggilan Tak Terjawab

989 134 48
                                    


●   10   

35 Pesan dan 23 Panggilan Tak Terjawab  


Pagi ini SMA Pelita 1 kelas 10 akan berangkat ke Tretes. Aku menarik koper coklatku menuju lapangan sekolah untuk berkumpul dengan murid-murid yang lain.

Cuaca hari ini cukup terang, sinar matahari pagi bersinar menghangati tubuhku. Aku mengenakan kaos hitam polos dan celana panjang biru tua dilengkapi dengan sepatu putih terang.

Begitu masuk ke lapangan aku langsung bergabung dengan teman-temanku yang sedang asyik mengobrol. Pandanganku bertemu dengan Louis, yang seketika diam begitu melihatku. Dia mengalihkan pandangan kemudian berdecak pelan.

Aku memandangnya kesal.


Sejak dua hari lalu, kita sedang dalam keadaan perang dingin. Louis dan aku tidak berbicara satu sama lain sama sekali. Dia bersikap begitu dingin terhadapku, dan aku secara tidak langsung juga melakukan hal yang sama.

Walau sejujurnya, tidak berbicara dengannya mungkin mempengaruhi mood-ku yang jadi berubah tidak karuan. Tapi tidak mungkin juga aku meminta maaf, memohon dan sebagainya. Sangat bukan diriku.

Paling sebentar lagi kita bakal baikan sendiri, mengingat kita dalam pertemanan yang sama. Dia tidak mungkin bisa mendiamiku lebih lama lagi.

Aku menghela napas kasar, kesal karena kejadian sore itu membuat kondisi seperti ini.

---

[Kembali ke dua hari yang lalu]

"Lous, hari ini jadi ke toko buku?" Aku mengajak Louis untuk menemaniku ke toko buku untuk mengisi stok novelku yang sudah cukup lama habis.

"Jadi aja, mau kapan lagi," jawabnya cuek.

"Tapi nanti pulang sekolah aku ada rapat klub gimana?" tanyaku.

"Berapa lama?"

"Sekitar 45 menit sih katanya."

"Nggak apa-apa deh, ntar aku tunggu di kantin."

"Oke, tunggu ya."

"Sip."


Bel pun berbunyi, aku segera berlari ke ruang XI IPA 3 tempat rapat akan diadakan. Bu Sena meminta semua anak klub untuk berkumpul, sepertinya sih bakal ada olimpiade.

Rapat pun akhirnya selesai setelah molor beberapa menit, aku segera keluar dan pergi menuju kantin. Sebelum sampai kantin, aku melihat Cia yang sedang berjalan berlawanan arah.

"Lho? Kok belum pulang, Cia?" sapaku.

"Ada rapat OSIS dadakan. Kamu baru selesai rapat klubnya?"

"Iya nih, molor. Udah dijemput?"

"Oya.. kamu nggak bisa temenin aku ke kantor Sosro? Ngurus soal sponsor."

"Emang nggak ada anak OSIS lain?" tanyaku.

"Tadinya aku udah janjian sama Denny, eh tapi katanya dia harus jemput mamanya di bandara. Jadinya sendirian deh. Temenin dong," pintanya.

"Hem.. oke deh. Tapi aku ke kantin dulu mau bilang ke Louis kalo nggak jadi ke toko buku hari ini."

"Telpon aja, Ren. Udah telat nih." Cia segera menggandeng tanganku dan berlari ke pintu depan.

"Pinjem hape ya, punyaku ketinggalan di rumah."

LOUISI ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang