12 : Suka atau Lebih dari Suka?

943 124 40
                                    


●   12   

Suka atau Lebih dari Suka?


Siapa yang akan menyangka kalau ada hari di mana aku akan tertangkap basah memeluk seorang cowok? Antara aku mau tertawa atau menahan malu.

Pak Dodit memasang wajahnya ganas kemudian melipat kedua tangannya di dada. "Cepat jelaskan."

Aku menyenggol lengan Louis kemudian berbisik. "Jelasin."

"Kamu aja."

"Kamu aja."

"Kamu."

"Kamu kan cowok."

"Kamu kan cewek?"

"K-"

"RENATA LOUIS. CEPAT JELASKAN KE SAYA."

Aku langsung melipat bibirku ke dalam. Setelah diam beberapa saat, akhirnya aku memutuskan untuk bicara. "Jadi.. Pak. Ini semua adalah kesalahpahaman. Misunderstanding." Aku mencoba tersenyum.

"Itu hanya tanda baikan aja kok. Soalnya kita habis tengkar gitu, haha." Aku tertawa awkward, "dan itu bentar doang tapi kebetulan gitu Bapaknya lihat saat itu juga. Iya kan, Lous?"

"Iya Pak, hanya tanda baikan." Louis akhirnya angkat bicara.

"Baiklah. Saya terima, tapi tetap ada hukumannya. Nanti sore kalian pergi ke dapur, bantuin siapin makan malam. Awas peluk-peluk lagi! Apalagi di tempat umum, mencoreng nama baik sekolah. Mengerti?"

"Iya, Pak." Kita berdua kompak menjawab sambil mengangguk.

"Yaudah balik sana."

Tidak perlu disuruh dua kali, kita langsung membalikkan badan dan beranjak keluar.

Aku menghela napas karena ini tidak jadi masalah yang begitu besar, kita hanya dihukum di dapur. Semoga Ibu-ibu di sana baik dan kita tidak disuruh yang aneh-aneh.

Begitu keluar, yang kurasakan adalah angin yang menusuk tulang. Dingin. Aku memeluk tubuhku sendiri kemudian menggosokkan kedua telapakku sambil meniupnya.

Tiba-tiba dari belakang, Louis menghalangi jalanku dan sesuatu terasa masuk melewati kepalaku. Aku menatapnya, melihatnya sudah tidak mengenakan hoodie-nya lagi.

Aku menatapnya diam. "Dipake, Buk," godanya.

Karena sudah tidak kuat dengan dinginnya udara, aku segera memasukkan lenganku dan mengenakannya. Hoodie-nya jatuh sampai pahaku dan lengannya jauh melebihi ujung tanganku.

Aku merasakan Louis membenarkan hood yang melindungi kepalaku. Dia tertawa pelan. "Keliatan kayak anak kecil," cibirnya.

Aku menatapnya kesal. "Situ yang kebesaran!" ucapku tidak terima.

"Situ yang kekecilan!"

"Dari mana kekecilan?!"

"Nih." Dia menunjuk ke hoodie yang sekarang kukenakan.

"Lagi zaman oversized hoodie!" jawabku asal. Aku memasukkan tanganku ke kantung yang melekat di sana kemudian berjalan cepat menuju kamarku.

Dia tertawa dan mengikutiku. Kita berpisah begitu dia harus belok menuju ke kamarnya. "Balikin ntar aja nggak apa-apa!" teriaknya dari kejauhan.

Oh, aku berencana tidak mengembalikkannya sampai acara ini selesai. Atau mungkin sampai kapanpun.

---

LOUISI ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang