20 : Buat Dia Klepek-klepek Kayak Ikan Dorang

808 83 41
                                    


●   20   

Buat Dia Klepek-klepek Kayak Ikan Dorang


Aku berdiri tepat selangkah sebelum memasuki ruang kelas. Aku memegang tali tasku dengan gugup. Banyak kemungkinan-kemungkinan buruk yang berkeliaran di otakku.

Kemungkinan kalau Michelle masih belum mau berbicara denganku. Kalau mungkin Kamila dan Cia juga marah denganku. Kalau mungkin mereka tidak akan pernah memaafkanku.

Kalau mungkin ini akhir dari kisah pertemanan kita.

Aku harap aku hanya berlebihan karena terlalu banyak nonton sinteron. Aku harap.

Tapi mau tidak mau aku harus menghadapinya, karena aku tahu aku yang salah. Aku menarik napas sedalam-dalamnya dan membuangnya. Kulangkahkan kakiku masuk.

Aku bisa melihat dengan jelas, ketiga temanku sedang duduk manis di tempat duduk masing-masing. Mereka dengan asyiknya mengobrol, ada senyum dan tawa yang mengisinya.

Aku melangkah mendekat, membiarkan mereka menyadari kehadiranku.

Kamila yang pertama menyadari kehadiranku, membuat yang lain ikut menoleh ke arahku. Dan aku seketika tersenyum melihat ada seulas senyum di bibir mereka.

Michelle berdiri dari tempatnya, membuka lebar tangannya. Aku berjalan mendekat dan hambur dalam pelukannya.

Aku tersenyum lebih lebar.

Saat itu aku tahu, kalau ada perjanjian tidak terucap bahwa kita masih seperti yang dulu. Michelle dan Renata yang dulu. Bahwa meskipun masih ada banyak yang perlu dibahas, kita akan tetap kita yang dulu.

Aku juga tahu, kalau aku terlalu banyak nonton sinetron.

"Sorry." Itu kata pertama yang aku ucapkan begitu kita melepas peluk.

"Permintaan maaf diterima." Michelle tersenyum menunjukkan gigi gingsulnya.

"Kita akan bahas ini lebih lanjut.. di rumahku nanti." Kamila mengedipkan sebelah mata.

Aku mengangguk. "Jangan lupa isi persediaan snack-nya," candaku. Kita berempat tertawa.

Bukan mereka dan aku, tapi kita.

---

Begitu sampai rumah Kamila, kita berempat langsung menyerbu kamarnya dan tentunya snack yang ada di dalamnya.

Aku meletakkan tas sekolahku di samping kasurnya kemudian duduk bersila bersandar tembok.

Michelle memilih untuk duduk di pinggir kasur Kamila yang diselimuti bed cover Hello Kitty. Cia memilih untuk duduk di kursi belajar yang berada di pojok ruangan.

Kamila mengganti baju seragamnya dengan baju santai kemudian berbaring di kasurnya.

"Ah.. akhirnya sampai rumah," sahut Kamila.

"Gila sih, Pak Dodit itu. Kalau nyuruh kerja latihan langsung 50 soal," omel Cia, "udah gitu harus selesai saat itu juga lagi. URGH!"

"Kesengsaraan murid adalah kebahagian guru, guys." Aku tersenyum.

Mereka bertiga mengangguk setuju.


Setelah itu kami membahas soal tugas PKN tentang membuat video, PR Matematika, dan menggosip mengenai kakak kelas. Sampai akhirnya aku tahu tiba saatnya kita untuk membahas mengenai permasalahan itu.

LOUISI ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang