13 : Ada Apa dengan Renata?

947 115 67
                                    


●   13   

Ada Apa dengan Renata?


Malam harinya, kita semua berkumpul mengelilingi api unggun. Cuaca dingin malam itu sedikit tertutup dengan panasnya api yang tak begitu jauh dari tempatku duduk.

Di sebelah kananku ada Michelle terus Cia dan Kamila. Di sebelah kiriku ada Louis kemudian Johan. Aku mengangkat kepalaku menghadap langit, melihat titik-titik putih keemasan menodai hamparan hitam luas.

Ditemani dengan suara nyanyian jangkrik dan mungkin teman-temannya, kita sedang asyik menikmati jagung bakar begitu ada suara dari TOA.

"Malam, guys," ucap suara itu. Aku secepat kilat menoleh ke sumber suara begitu menyadari itu milik Darwin. Dia sedang duduk di kursi kayu, mengenakan jaket merah terang di atas kaos hitam bergambar.

"Buat nemenin malam kalian, anak band bakal bawain beberapa lagu nih. Kalau ada yang mau request boleh ya." Dia membenarkan posisi gitar yang dipangkunya. "Lagu pertama yang akan kita bawain adalah Sepatu­-nya Tulus. Nyanyi bareng ya."

Darwin memetik gitarnya dan mulai bernyanyi.

"Kita adalah sepasang sepatu

Selalu bersama tak bisa bersatu

Kita mati bagai tak berjiwa

Bergerak karena kaki manusia"

Aku memandanginya sambil tersenyum. Suaranya itu alasan kenapa aku suka dia. Lembut, penuh perasaan, menyentuh banget.

Tak terasa, Darwin dan teman-temannya sudah menyanyikan tiga lagu. Begitu lagu ketiga selesai dinyanyikan, tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba Louis mengangkat tangannya.

Aku menatapnya bingung, Louis bukan tipe orang yang melakukan hal seperti ini. Dia hanya menatapku kemudian dengan jail mengedipkan sebelah matanya. Aroma-aroma tidak enak ini.

"Win! Mau duet boleh?" tanyanya sedikit berteriak agar terdengar oleh Darwin.

Darwin tersenyum. "Boleh lah, maju sini bro."

"Bukan aku. Tapi cewek sebelah nih." Louis menunjukku dengan santainya. HAH? Aku menatapnya bertanya dengan mata yang terbelalak lebar. Tanpa menggerakkan bibir, aku berusaha berbicara padanya lewat mata.

"Renata?" Aku menoleh begitu Darwin memanggilku.

"Eh..."

"Udah nggak usah malu-malu." Louis mendorongku sambil menahan tawa.

"RENATA! RENATA!" Louis mulai mengompori, menyebabkan anak-anak yang lain juga ikut bersorak. Aku menoleh ke sebelah kananku, dan ketiga cewek itu hanya tersenyum mendukung.

Aku pun berdiri dan menuju ke tengah kerumunan. Sebelumnya aku menoleh ke si biang kerok dengan tatapan : "AWAS NTAR!"

Aku langsung duduk di kursi yang sudah disediain sama Kenneth, gitaris di band-nya Darwin.

"Mau nyanyi lagu apa?" tanya Darwin lembut.

Mati aku. Mau nyanyi lagu apa? "Terserah deh, ngikut aja," ucapku akhirnya.

"Kalau Sempurna-nya Andra and The BackBone gimana?"

"Boleh." Aku menangguk. Untungnya, aku lumayan suka lagu itu.


Aku menghela napas tegang. Darwin tersenyum mendukung, kemudian mengangguk menandakan aku harus mulai menyanyi.

LOUISI ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang