30 : Nggak Bijak pun, Aku Tetap Sayang kok, Pacar

854 64 41
                                    


●   30   

Nggak Bijak pun, Aku Tetap Sayang kok, Pacar


Aku sedang asyik menonton The Perks of Being a Wallflower ketika aku terus merasakan getaran dari ponselku. Aku menatapnya kesal.

"Siapa sih ganggu aja," geramku.

Panggilan masuk dari Louis.

"Halo?"

"Lagi ngapain kok nggak diangkat-angkat."

"Nonton."

"Lho? Kamu nggak siap-siap?"

"Kemana?"

"Dinner, Ren. Sama mama papaku."

Aku segera berdiri dari sofa. "Crap. Jam berapa sekarang?!" Aku segera berlari menaiki tangga ke kamarku.

"Jam setengah lima lebih dikit."

"Argh.. kalo gitu aku tutup telponnya ya Lous. Bye!"

Aku segera masuk kamar meletakkan ponselku di meja. Louis akan menjemputku jam setengah enam, jadi aku punya waktu satu jam untuk mandi dan bersiap-siap.

Kenapa bisa lupa sih astaga?!

Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 30 menit untuk mandi dan keramas, aku segera mengambil pengering rambut dan mengeringkan rambutku selama 15 menit. Kusisir rambutku secepat kilat sebelum mulai memakai make-up.

Merasa puas dengan riasanku, aku segera mengenakan navy dress tanpa lengan yang jatuh pas di lututku. Aku melihat bayanganku di kaca dan tersenyum.

Bertepatan dengan itu, aku mendengar suara klakson mobilnya.

Aku mengambil tas hitam kecilku dan berlari keluar kamar. Selesai memasang sepatu hak dengan tinggi 10 cm, aku berjalan menuju mobil hitamnya.

"Hei," sapaku dengan suara sedikit terengah-engah.

Dia tersenyum dan menjalankan mobilnya. "Tck tck. Aku telpon itu belum mandi?" tanyanya kemudian.

Aku tidak menghiraukannya dan sibuk memakai antingku.

"Mama papa kamu udah berangkat?" tanyaku setelah beberapa saat.

"Hm.. kayaknya," jawabnya singkat.

Aku menoleh. "Tanya dong."

"Paling juga udah berangkat. Mereka kan nggak kayak kamu yang molor."

"Ih! Mulai deh ngeselinnya." Aku membuang muka.

Dia tertawa. "Kalau aku nggak ngeselin nanti kamu kangen," jawabnya.

"Siapa juga yang kangen." Aku memilih melihat pemandangan kota dari jendela.

"Tck. Nggak kangen tapi sayang?" godanya.

"Sayang dari Hongkong?! Aku benci kamu," kataku sebal.

Dia tertawa. "Aku juga sayang aku."

Aku menoleh, menatapnya malas kemudian menggelengkan kepalaku.

---

Aku menghela napas memandang hotel di depanku.

"Tegang?" tanyanya sambil mengunci mobilnya.

Aku mengangguk. "Dikit."

Dia tertawa. "Kan ada aku," ucapnya.

"Justru itu," jawabku.

LOUISI ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang