15 : Berdiam Diri Kayak Tikus Kejepit

846 96 48
                                    


●   15   

Berdiam Diri Kayak Tikus Kejepit


Pagi ini aku sedang duduk di kelas memandangi jendela yang menunjukkan cuaca hari ini. Ratusan ribu tetesan air jatuh begitu deras ke tanah.

Tidak seperti biasanya, aku datang begitu pagi sampai sekolah. Kelas masih sepi, teman-temanku pun belum ada yang datang.

Melihat hujan, aku tiba-tiba jadi khawatir kalau Louis tidak membawa payung. Secara dia harus parkir mobilnya dan berjalan ke pintu masuk. Aku juga yakin dia tidak membawa payung.

Aku pun mengambil payung lipat berwarna merah yang sengaja kubawa untuk berjaga-jaga dan pergi meninggalkan kelas.

---

Aku sedang duduk di bangku begitu melihat mobil CRV hitam milik Louis memasuki pagar sekolah. Dia memarkirkan mobilnya, kemudian mematikan mesinnya.

Sengaja aku tunggu sebentar, melihat apakah dia akan keluar membawa payung. Walau kemungkinannya sekecil semut.

Kubuka payung merahku dan berjalan perlahan ke mobilnya. Beberapa saat kemudian dia membuka pintunya dan tersenyum tidak percaya padaku.

"Pagi," sapanya manis.

Aku membalasnya dengan wajah pura-pura ingin muntah.

Dia tertawa dan menggendong tas punggunya di depan kemudian menggambil gagang payung yang kupegang. Aku merapatkan tubuhku dengannya menghindari hujan.

Begitu sampai di pintu masuk, Louis menutup payungku kemudian meletakkannya di keranjang sebelah meja satpam.

"Tumben baik." Dia menatapku sambil tersenyum.

"Udah dibantuin juga." Aku segera mengelap bagian bawah sepatuku dengan keset dan berjalan menuju kelas.

Louis berlari kecil mengikutiku dan memeluk bahuku. "Ye.. ketus amat pagi-pagi."

"Biarin."

"Sebagai ucapan terima kasih, aku traktir bakso gimana?"

"Nggak."

"Trus maunya apa?"

"Teriak 'Terima kasih Renata yang baik hati dan tidak sombong'."

"Ih.. ogah."

Aku melepas tangannya dari bahuku kemudian berjalan lebih cepat. "Yaudah."

Setelah beberapa saat aku bisa mendengar teriakannya.

"TERIMA KASIH RENATA YANG BAIK HATI DAN TIDAK SOMBONG!!"

Aku menahan senyumku mendengarnya, tanpa membalikkan badan aku segera berlari menuju kelas.

"Ren! Tungguin ah!"

---

"Ren? Nggak turun lagi?" tanya Kamila begitu bel istirahat berbunyi.

Aku menggelengkan kepala dan menunjukkan bekal yang aku bawa. "Makan di sini aja."

"Oke, duluan ya."

Sejak beberapa hari lalu, aku memang jarang ke kantin dengan anak-anak. Aku sengaja membawa bekal dari rumah dan makan di kelas.

Alasannya simpel. Darwin dan Michelle makin dekat, dan yang dibicarakan ketiga anak itu hanya itu saja. Gimana aku mau ikut kalau aku jadi tidak selera makan mendengarnya.

LOUISI ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang