Epilog 1

2.9K 276 3
                                    

Gilgamesh's POV

"Ayah, apa Ayah mempunyai waktu?"

"Hm? Ada apa?"

"Aku hanya ingin bertanya, mengapa Ayah sangat suka menulis puisi-puisi ini padahal puisi ini bukanlah untuk Ibunda?"

Aku melihat manik matanya yang berwarna sama denganku. Hanya anggota keluarga kerajaan yang terpilih dan para dewa saja yang memiliki mata itu. Kemudian aku tersenyum lembut kepadanya dan mengusap kepalanya dengan lembut.

"Nak, suatu hari nanti, Ayah akan menceritakan tentang seorang perempuan kepadamu. Perempuan ini adalah perempuan yang sangat penting bagi Ayah dan Ayah sangat sangat mencintainya."

Tok! Tok!

"Maaf mengganggu, Yang Mulia. Apakah anda melihat anak kita ... Ah disini rupanya! Ibunda mencarimu kemana-mana nak!"

"Ibunda!!!"

Putra kecilku ini berlari menghampiri Ibunya. Terlihat jelas kalau anakku ini sangat dekat dengan Ibunya. Tapi tentu, hubungan kami juga dekat.

"Tidurlah kalian. Hari sudah malam," ujarku.

"Baiklah, terima kasih, Gilgamesh!"

"Tidak masalah, Shamhat."

"Ur-Nungal, ayo ucapkan selamat malam kepada Ayah!"

"Selamat malam, Ayah! Semoga mimpi indah~!

"Selamat malam juga, nak! Semoga mimpimu juga indah!"

Shamhat membungkukkan tubuhnya, memberikan hormat kepadaku lalu merekapun melangkahkan kaki mereka pergi dari ruang kerjaku.

Sejak (Y/n) meninggalkanku 5 tahun yang lalu, aku selalu menyendiri di ruang kerjaku. Aku akan menyempatkan waktu untuk membuat puisi untuknya karena aku yakin, puisi-puisi ini pasti bisa dibaca olehnya di masa depan.

Pesan yang ingin ku berikan kepadanya tak bisa ku berikan waktu itu. Si sialan Hweil mengganggu acara kami dan untunglah aku berhasil membunuhnya.

Aku melindungi (Y/n) dari tebasan Hweil. Untunglah luka di dadaku ini cepat sembuh walau menimbulkan bekas.

Setelah beberapa bulan sejak kepulangan (Y/n) dan Sora ke dunianya, aku menikahi Shamhat. Dia kemudian melahirkan seorang putra untukku dan aku menamainya Ur-Nungal.

Ur-Nungal mempunyai warna rambut dan mata yang sama denganku. Bisa juga dibilang kalau Ur-Nungal adalah replika dari diriku. Jujur, aku sangat ingin memiliki seorang anak dari (Y/n) tapi ...

Ah, apa yang dilakukan oleh (Y/n) sekarang? Biasanya jika dia berada disini, pasti dia sudah terlelap. Aku sangat merindukannya. Sudah beberapa kali juga aku memimpikannnya.

Aku meletakkan alat tulisku lalu berjalan kearah jendela. Bintang-bintang bersinar dengan terangnya. (Y/n), aku sangat merindukanmu. Apakah kau juga merindukanku? Bagaimana dengan keadaanmu sekarang? Apakah kau baik-baik saja?

"Aku akan mencarimu, hingga ke ujung duniapun!" aku meraih tanganku ke atas langit, lalu mengepal tanganku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku akan mencarimu, hingga ke ujung duniapun!" aku meraih tanganku ke atas langit, lalu mengepal tanganku.

Benar, aku akan mencarinya. Walau aku harus melewati beribu kehidupanpun, aku akan mencarinya!

Aku tidak akan pernah melepaskannya kembali. Akan kupastikan kalau dia akan menjadi milikku!

(Y/n), tunggulah aku!

End of Gilgamesh's POV
.
.
.
.
Author's POV

Bunga-bunga disiapkan untuk menghias peti itu. Orang-orang menangis, menangis tersedu-sedu.

Raja yang mereka puja dan mereka sayangi sudah menunaikan tugasnya. Kini, sudah saat baginya untuk istirahat.

Bunga-bunga dilemparkan ke peti tersebut. Mereka menyanyikan lagu puji-pujian, berdoa untuk sang raja. Membakar dupa, mengarak sang raja ke tempat peristirahatannya yang terakhir.

Perlahan, mereka berjalan ke arah Sungai Eufrat. Di sungai itu juga, Dewa Enki dan Dewi Ereshkigal sudah menunggu Gilgamesh, tapi tentu wujud mereka tak akan bisa terlihat oleh manusia biasa.

Gilgamesh akan dimakamkan di Sungai Eufrat. Itu adalah permintaan terakhirnya kepada salah satu putra yang dimilikinya, Ur-Nungal.

Katanya, jika dia dimakamkan di Sungai Eufrat, kemungkinan dia dapat bisa dapat bertemu kembali dengan pujaan hatinya.

Setelah berjalan cukup jauh, sampailah mereka di sungai suci itu. Mereka menggali sebuah tempat untuk pemakaman raja tercinta mereka, lalu menaruh peti tersebut di galian itu.

"Selamat tinggal, Ayah. Semoga Ayah dapat bertemu dengan wanita yang Ayah cintai selama ini," ucap Ur-Nungal sambil menahan tangisnya.

---

"Selamat datang, Gilgamesh!" ucap Dewi Ereshkigal.

"Ereshkigal?"

Gilgamesh membalikkan tubuhnya. Disana, dia dapat melihat wanita dengan rambut kuning yang tersenyum lembut kepadanya. Gilgamesh membalas senyumannya dan dibelakang wanita itu, dia melihat seseorang.

Seseorang yang sama pentingnya, seseorang yang dirindukannya juga. Satu-satunya sahabat dan saudara yang dimilikinya, Enkidu.

"Gilgy, tak ku sangka kau akan datang lebih cepat dari perkiraanku! Dan lihatlah dirimu! Kau sudah tua! Ahahahaha!!"

"Aku memang sudah tua, Enkidu! Makanya aku mati!" balas Gilgamesh enteng.

"Baiklah baiklah, Gilgamesh, ikutilah Enkidu. Enkidu akan membawamu ke suatu tempat," pinta Ereshkigal sambil mendorong Gilgamesh pelan.

Gilgamesh mengucapkan terima kasih kepada Ereshkigal, lalu diapun mengikuti Enkidu yang sudah berjalan lebih dulu dari dia.

"Hei Gilgy! Jalanmu pelan sekali! Ahahaha!"

"Aku sudah tua Enkidu, pelan sedikit!"

"Ah tidak seru! Jangan pakai alasan 'sudah tua'! Kau masih terlihat segar bugar!"

"Kau ini! Kau memang sangat lancang!"

"Ahahahahahahahaha!!!!!"

End of Author's POV
.
.
.
.
.
Author's Note:

Yo dan kembali lagi dengan ane desu!

Epilog selanjutny akan dipost segera desu! Jd tunggu ya~!

Maaf jga kalau epilog yg ini membosankan desu! Lalu maaf kalau ada typo! Tp ku harap kalian akam menyukai epilog 1 ini!

Jangan lupa untuk memberikan vote dan komen! Lalu memfollow akun ini jika berkenan! Sampai jumpa di epilog selanjutnya~

Unforgettable Love (Gilgamesh x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang