Jaehyun menatap putranya dari luar ruangan.
Putra kecilnya berada di balok inkubator, dia tampak sangat mungil dan manis, seperti Taeyong. Nafasnya teratur. Tubuhnya sangat mungil. Matanya pun kecil sekali. Sangat lucu.
Jaehyun menggeram menahan gemas saat putranya itu menguap. Sangat menggemaskan.
"Hey Baby Boy. Cepat besar ya? Kau harus membangunkan eomma dan adikmu. Kau adalah satu-satunya jagoan appa. Kau harus kuat."
Jaehyun mengusap sudut matanya yang hampir meneteskan air mata.
Tidak menyangka ia akan memiliki sepasang anak, laki-laki dan perempuan.
Ia jadi tau alasan di balik perut Taeyong yang sangat besar.
Memikirkan Taeyong membuat Jaehyun teringat untuk menyambangi istrinya itu di ruang ICU.
Setelah menatap sebentar putranya, Jaehyun bergegas menuju Taeyong dan putrinya berada. Kedua malaikat cantiknya itu memang berada di ruangan yang sama karena kondisi mereka yang sama.
Jaehyun mengenakan pakaian steril yang telah disediakan dengan masker khusus untuk pengunjung. Pertama, ia akan melihat putrinya yang masih di dalam inkubator lalu kemudian mengunjungi Taeyong.
Jaehyun melihat arlojinya yang menunjukkan pukul enam pagi. Jaehyun berencana akan memberi tau keluarganya nanti sekalian mengurus Jaehee yang sendirian di apartement.
Air matanya menetes saat melihat putri kecilnya terbaring lemah dengan bermacam-macam selang berada di tubuhnya. Jaehyun ngeri tentu saja.
Makhluk sekecil itu harus menerima benda asing di tubuhnya. Putrinya itu sangat mirip dengan saudara kembarnya.
Sangat mungil dan menggemaskan.
Tapi juga menyedihkan.
"Sayang.. bangun. Cepat sehat ya? Kami membutuhkanmu. Eomma, Appa, Eonni, dan juga Oppa mu sangat menyayangimu. Jangan pergi meninggalkan Appa dan Eomma. Jangan pergi ya sayang? Kau harus kuat.." Jaehyun membungkam mulutnya karena tak kuat menahan isak tangisnya yang semakin kencang. Ia takut akan membuat putri kecilnya terganggu.
"Ya Tuhan.. sekali saja aku ingin bahagia seutuhnya. Aku mohon.."
Jaehyun segera pergi meninggalkan putrinya setelah sempat ia memasukkan tangannya pada lubang inkubator untuk mengusap pipi sang anak dengan telunjuknya.
Pria itu kemudian menghampiri Taeyong yang terbaring tak berdaya di brankar rumah sakit bersama selang, infus, dan alat bantu pernafasan lain yang Jaehyun tak mengerti.
Lagi-lagi ia merasa seperti dejavu.
Membawanya ke masa di mana jasad mendiang istrinya terbaring di brankar rumah sakit dengan wajah pucatnya.
Jaehyun berjalan mendekat pada Taeyong. Meraih tangan kanannya untuk ia genggam.
Jaehyun merasakan tangan itu masih hangat dan ia cukup merasa baik dengan itu.
Ia gunakan tangannya yang lain untuk mengusap dahi Taeyong yang tertutupi oleh helai-helai rambutnya yang lembut. Bibirnya membentuk senyuman tapi air matanya tetap menetes.
"Tae.. bangunlah." Jaehyun berujar lirih. "Aku membutuhkanmu, Demi Tuhan. Aku tak dapat melalui ini tanpamu. Aku tidak bisa merawat mereka sendiri. Aku bukanlah orang tua yang baik."
Air matanya tetap menganak sungai di pipinya. Tangannya bergetar untuk menggenggam tangan Taeyong.
"Kau sudah berjanji tidak akan meninggalkan aku tapi kenapa kau melakukan ini? Apa kau berpura-pura saat itu? Taeyong.. tak apa jika kau tidak mencintaiku, setidaknya hiduplah demi anak kita. Please Taeyong, please.."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love Taeyong Oppa (JAEYONG)✔
FanfictionJung Jaehee sangat menyukai Taeyong. Dia berharap Taeyong adalah ibunya. Tapi sang ayah justru tidak menyukai Taeyong sejak pertemuan pertama mereka. Lagipula, Jaehyun pikir mana mungkin dia menikahi seorang lelaki hanya karena putrinya sangat meny...