👻3. Plester

46 20 25
                                    

Defrio menghembuskan kembali nafas kasar, ia menjambak sedikit rambutnya tanda ia frustasi karena mendengar hantu-hantu tersebut mengoceh tiada henti, mengganggu pendengarannya. Ia kembali masuk ke dalam kafe dengan pintu yang ia tutup dengan sedikit debuman.

"Eh.. mas.. jangan tarik-tarik rambutnya nanti pusing!!"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Cuaca panas hari ini tak membuat Aska berniat untuk melepaskan jaket tebalnya karena perintah sang ibu. Jika saja Aska tak bersikeras untuk berangkat kesekolah, mungkin dirinya akan terbaring nyaman di kasur ditambah dengan menikmati sup ayam buatan ibunya. Tetapi egonya lebih besar untuk menghadiri pembagian kelas barunya ini. Ya seperti sekarang ini jadinya, kepalanya terkulai lemas diatas meja dengan wajah yang cukup pucat dan banyak tisu di sekitarnya. Semua gara-gara bus sialan itu yang meninggalkannya.

Kara menatap sedih badan disampingnya itu, berhubung kelas belum dimulai, Trudy terus mengajak Aska untuk ke ruang kesehatan. "Aska, izin aja yuk. Daripada lo lemes kaya gini"

Lagi-lagi hanya gelengan kepala yang Trudy dapatkan. Matanya membelalak karena seorang guru sudah masuk ke kelasnya. Aska berdecak sebal karena teman baru di depannya ini duduk dengan tidak santainya, hingga meja yang Aska dan Kara duduki bergeser sedikit. Membuat kepala Aska pening. Cepat-cepat, Aska melepaskan jaketnya karena tak mau terkena omelan sang guru pada hari pertama ia masuk kelas.

Aska menatap guru barunya sedang berbicara dengan pandangan sayu. Setelahnya, seharian ini seluruh murid baru diperbolehkan keluar untuk mengenal daerah sekolah. Alih-alih menuju ruang kesehatan, Aska berniat keluar untuk mencari udara segar. Disaat ia melangkahkan kakinya untuk keluar kelas, kepalanya sedikit pening hingga badannya terhuyung kesamping membuat earphone di meja seseorang di depannya itu terjatuh.

Tangannya segera terulur untuk mengambil earphone tersebut, matanya membelalak saat melihat seseorang didepannya. Lelaki itu langsung mengambil earphone ditangan Aska dan pergi meninggalkan kelas tersebut.

"Angkuh banget jadi cowok" Cibir Trudy, karena ia melihat perlakuan laki-laki tersebut pada Aska.

"Gimana ya, tapi ganteng tau.." Ujar Kara disamping Trudy. "...juga cool, tinggi lagi. Ah bakalan jadi most wanted itumah!" Teriak Kara yang paling berisik diantara mereka.

Trudy mengulirkan bola matanya malas mendengar ocehan Kara, matanya menatap Aska yang sedang menutup mata dengan tangan yang memijit keningnya. "mau ke ruang kesehatan?"

"Kantin aja yuk! Gue pengen makan kuaci" Ajak Kara bersemangat. Aska mengangggukkan kepalanya tanda ia setuju. Mereka bertiga pun melangkahkan kakinya menuju kantin. "Lo bawa yoghurt kan?" Ucap Kara di sela-sela keheningan diantaranya.

"Uhm" Kara dan Trudy menghembuskan nafasnya lega, setidaknya mereka tidak harus kelimpungan untuk mencari yoghurt buatan ibunya Aska. Memang, mereka sangat tahu obat paling ampuh untuk menyembuhkan demam Aska. Cukup hanya buatan Yoghurt ibunya. Mereka pun mencari tempat duduk lalu memesan beberapa makanan di kantin. "Ih cowo tadi ganteng banget tau" Ucap Kara dengan senyum anehnya.

"Tampang triplek gitu lo bilang ganteng banget?" Ucapan Trudy, membuat Aska menyunggingkan senyum karena mendengar ocehan sahabatnya itu dengan sedotan yang masih setia dimulutnya. Kara berdecak sebal mendengar tanggapan Trudy. Saat makanan pesanan mereka datang. Tak ada satupun yang memulai pembicaraan, karena mereka tidak suka adanya pembicaraan ketika makan.

"Tampang triplek ditambah pecinta susu strawberry. Lo berdua pasti kaget kalau tau" Lirih Aska dalam hati.


***



Rumput hijau dibawah sepatunya itu diinjak keras sebagai bentuk pelampiasan kekesalan Defrio. Juga genggaman susu strawberry di tangannya terlihat bergetar menahan amarah. Ah.. Rupanya ia sudah tahu dalang dari pesan terrornya itu. Ck, rupanya bajingan itu lagi. Defrio benar-benar harus membutuhkan strategi yang baik untuk membalas perbuatan bajingan itu. Nafasnya ia hembuskan perlahan sambil menutup kedua kelopak matanya. Ia benar-benar harus tenang. Karena gegabah sedikit saja akan membuat masalahnya semakin rumit.

FRÍOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang