Angin kencang datang padanya secara tiba-tiba, langsung mengenai kepala bagian kanannya dengan volume yang sangat besar dalam sesaat. Kepalanya sakit, namun sepintas kata langsung memenuhi dirinya, menjadi sebuah pertanyaan besar.
“Demonstrack?”
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Banyak pertanyaan yang muncul dalam pikiran Aska, hingga laki-laki yang duduk di depan bangkunya itu terus menghindarinya selama empat hari ini. Tak berbicara sepatah katapun kecuali lampau hari saat penilaian tugas biologi. ‘Terimakasih bantuannya,’ Hanya itu kata terakhir yang diucapkan Defrio karena kelompoknya mendapat nilai paling tinggi diantara kelompok yang lain.
Namun Kara terus saja bersungut-sungut karena yoghurt coklatnya yang gagal total berubah menjadi rasa asam dan asin dengan bau yang sangat menyengat. Ia terus saja menyalahkan Aska karena membuatnya dengan tidak bersungguh sungguh. Namun biarlah, Aska membiarkan ocehan Kara karena Defrio yang tiba-tiba pendiam menjadi begitu menakutkan saat ini.
Kakinya menendang kursi yang Defrio duduki, “Oy triplek!”
Tidak ada jawaban, earphonenya masih menggantung di telinganya. Padahal Defrio tak memutar lagu apapun, hanya saja ia tidak ingin mendengar suara para arwah di luaran sana sedang bergosip.
Aska berfikir bahwa ia harus benar-benar menyelesaikan semua ini, ia ingin segera bertemu dengan Jen. Pasalnya, selama empat hari ini Defrio benar-benar tidak memperbolehkan siapa pun masuk ke dalam rumahnya. Aska ingin sekali mencomot pipi Jen yang seperti squishy itu!
Benar-benar tidak ada pergerakan sama sekali, tubuh Tegap Defrio masih saja menyamankan dirinya dengan duduk diatas kursi. “Kuy ke kantin, gue traktir susu strawberry!” Memang dasarnya ia mempunyai ilmu taekwondo. Tenaga yang ia punya memang tidak seberapa untuk menarik lengan Defrio dari tempat duduknya dan menuju ke kantin.
Tubuh tinggi Defrio terhuyung mengikuti langkah kaki Aska, percuma saja ia ingin melepas. Yang ada hanya terjadi kericuhan dadakan karena most wanted dengan wajah sedingin es itu sedang dekat dengan anak club taekwondo.
“Duduk, diam! Gue beli susu strawberry dulu,” Tangannya menekan pundak Defrio agar duduk pada sebuah bangku di kantin. Defrio menatap datar, hingga siluet Aska pun telah kembali dari antrian tersebut. “Lo kenapa?”
“Kenapa? Gue?” Wajahnya masih datar, dengan gerak geriknya yang seakan akan sedang menjauhi Winda.
“Ya, lo kenapa? Jarang ngomong, empat hari ini gue dateng kerumah ga dibolehin masuk. Gue kangen sama Jen tau!”
Defrio menghembuskan nafasnya kasar, “Bukannya gue udah bilang kalo gue udah ga mau ganggu hidup lo lagi? Lo juga bisa bebas. Ga terganggu sama keterbelakangan mental gue,” Bukan, bukan itu sebenarnya yang ingin Defrio katakan. Namun mengapa kata-kata pedas itu yang keluar?!
Aska menundukkan kepalanya dalam diam, “Maaf.” Tangannya menggeser susu stawberry yang ia pesan menuju sisi meja terdekat Defrio, “Gue emang nyakitin lo, tapi apa yang gue lihat di rooftop hari lalu, gue jadi yakin kalau gue pengen bantu lo..”
“...Pasti susah nyimpen keistimewaan yang lo punya ini sendirian. Gue ikhlas janji,”
“ARGGH!” Defrio mengusap wajahnya kasar. Melihat perempuan di depannya yang sudah menemani hari-harinya itu tersentak sedikit karena teriakannya.
“Gue pengen jauh dari lo supaya rasa suka gue ga jatuh semakin dalam sama lo!”
EH?
“M-maksud lo?” Aska sedikit menegakkan kepalanya. Wajahnya memerah sempurna karena satu tangannya Defrio Ambil untuk ia genggam.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRÍO
Teen Fiction[Fantasy-Teenfic] . Si cuek itu minum susu strawberry setiap hari. Dia aneh, selalu bicara sama angin kosong. Tapi dia suka ganggu gue. Dan tiba-tiba nyatain perasaannya ke gue. Terus gue kudu gimana? [Revisi jika sudah tamat.]