Defrio hanya mengusak kepala Aska pelan, dan Aska kembali pada bangku belakang Defrio. Menulis kembali materi dan mengusir pikirannya yang seakan ingin mendengar bel pulang sekolah berbunyi.
Tidak tahu saja teman-teman dikelasnya menatap mereka dengan tatapan sulit dipercaya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sudah dua hari ini Defrio bersikap seakan menjauhinya dan pagi di hari Sabtu ini Aska melawan segala gravitasi berat di kasurnya itu untuk pergi ke rumah Defrio. Tentu saja tanpa memberitahu Defrio dahulu.
Aska memakai hoodie milik Saka, karena hoodie kesayangan Adiknya itu sangat hangat bila dipakai di badan. Ini pukul setengah enam pagi, dan pagi yang dingin ini Aska memutuskan untuk berlari pagi hingga komplek rumah Defrio. Hitung-hitung untuk mengurangi berat badannya juga untuk mencapai cita-cita semua kaum wanita, yaitu memiliki badan yang bagus. Siapa yang tak ingin itu?
Komplek rumah Defrio memang tidak jauh dari komplek rumahnya. Maka dari itu, Aska berani untuk berlari ke rumah Defrio.
Kaki-kakinya telah melangkah hingga komplek rumah Defrio. Matanya berbinar saat melihat tukang bubur disana. Tanpa mengatakan apapun lagi, Aska langsung memesan satu porsi bubur. Persetan dengan berat badan, yang penting perutnya harus diisi dahulu.
Aska langsung memakan bubur itu setelah si penjual hilang ari pandangannya setelah mengantar pesanannya.
UHUK!
Gila!
Pedas sekali. Satu suapan bubur ia masukkan dengan langsung dan biji cabai banyak itu langsung memenuhi kerongkongan dan membuat Aska mau tidak mau mengalami tersedak.
Aska memukul meja di depannya berkali-kali namun dengan bodohnya ia belum membeli minum. Inilah akibatnya jika melihat makanan seperti melihat emas tergeletak di jalan. Langsung mengambil tanpa tau resiko.
"Uhuk! Uhuk!" Aska memejamkan matanya dan masih menepuk meja di depannya. Hingga ia menemukan botol air di mejanya langsung meminum itu hingga tersisa setengahnya.
"Udah? Puas?" Seseorang di depannya berkata. Aska hanya mengangguk pelan dan mulai mengatur nafasnya.
Defrio langsung mengambil piring Aska dan menggeret Aska untuk pergi dari warung bubur itu. "Mang! Nanti saya balikin piringnya ya!"
"Ok siap!"
Defrio menuntun Aska untuk duduk di suatu taman di taman komplek rumahnya. "Kenapa bawa gue ke sini?!"
"Lo ga malu apa? Orang-orang liatin lo tadi?" ucap Defrio setelah menghapus keringat di pelipis Aska dengan tangannya.
"Oh."
"Ngapain lo kesini?"
"Mau ke rumah lo lah. Minta penjelasan."
Defrio terdiam ketika tahu perempuannya itu mengorbankan nikmatnya gravitasi kasur di Sabtu pagi ini karena lebih mementingkan penjelasan darinya. Ia tahu, Aska termasuk pribadi hedonisme jika berada di atas kasur.
Defrio melihat Aska yang masih sibuk dengan buburnya, sesekali membersihkan bubur yang menempel di sudut bibir Aska.
"Lo jelek, punya kantong mata item banget." Ucap Aska sambil menjulurkan tangannya dengan maksud meminta air mineral yang ada di genggaman Defrio.
Defrio menjulurkan botol air itu, lalu matanya menatap kosong.
"Gue ga tau gue ada salah apa, maka dari itu, lo harus kasih tau gue. Apa salah gue sehingga lo ngejauhin gue semenjak patung gue pecah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FRÍO
Novela Juvenil[Fantasy-Teenfic] . Si cuek itu minum susu strawberry setiap hari. Dia aneh, selalu bicara sama angin kosong. Tapi dia suka ganggu gue. Dan tiba-tiba nyatain perasaannya ke gue. Terus gue kudu gimana? [Revisi jika sudah tamat.]