👻21. Rusak

7 3 6
                                    

"Gue permisi. Hati-hati kak."

Hiks.

"Bahkan gue juga dikata gendut walaupun gue ga ikut-ikutan sama masalah lo:( gue salah apa Defrio ..."

"Banyak salah lo."

"Sialan."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hari ini Aska sudah diperbolehkan masuk sekolah kembali, terbukti jika pagi ini ia sedang berjalan di koridor menuju kelas setelah mengantar Trudy ke toilet.

"Selamat ya! Karya lo dipilih sekolah buat pameran di galeri baru itu!" Ucap Trudy tiba-tiba.

Eh? Pameran?

"Karya gue yang mana? Gue ga pernah berkarya tuh. Ada sih.. Karya gue ada di bantal."

Jika saja Aska tidak sedang dalam kondosi pemulihan, Trudy pasti sudah memukul kepalanya lantaran kesal.

Sabar, orang sabar disayang Tuhan. "Hmmm, karya lo yang buat patung minggu lalu itu."

"Wahgelaseh! Patung abstrak gitu dipilih wkwkwk," memang benar, saat itu Aska memang kehabisan ide untuk membuat sebuah patung. Namun siapa sangka patung asal-asalannya itu mempunyai nilai estetik yang berlebih, Aska jadi bingung, apa arti sebuah seni?

Keduanya masuk ke dalam kelas, namun bel belum juga dikumandangkan. Saat melewati bangku Defrio yang notabene ada di depannya, Aska mencabut jahil earphone yang menempel pada telinga lelaki tinggi itu.

Defrio tidak protes, tidak pula membalas. Ia malah memakai kembali benda itu pada telinganya.

Saat Aska menduduki bangkunya, ia langsung dikerubungi teman-temannya perihal patung yang ia buat masuk dalam galeri pameran baru itu.

"Gila Aska, hebat banget lo!"

"Eh itu sebenernya ide dari gue tau!"

"Gue seneng banget akhirnya karya dari kelas kita yang dipilih."

"Seandainya itu dijual udah gue beli."

"Eh lo udah sembuh Aska?"

"Iya lo sakit apa sampe ga masuk sekolah seminggu?"

Aska hanya meringis pelan mendengar celotehan teman-temannya. Namun ia jawab semua pertanyaannya. Aska sampai terharu, begitu peduli teman-temannya pada dirinya.

"Oh iya, patung lo ada di meja Bu Suhe. Dia pinjam patung lo buat di foto untuk dokumentasi. Katanya lo bisa ambil hari ini di mejanya." Rajendra berbicara tanpa mengalihkan mata dari ponselnya.

Biasa, grup band yang ia sukai sedang comeback. Tentu saja kini Rajendra sibuk mencari album baru grup band tersebut.

"Hm." Aska melenggang begitu saja karena rasa kesalnya pada Rajendra masih tersimpan. Apa lagi jika bukan masalah raibnya pudding kesukaannya itu.

"Gue aja yang ambil, sekalian mau beli susu strawberry." Defrio beranjak sambil menyimpan ponsel di tasnya. Disamping itu, teman-teman kelasnya menggoda Aska lantaran si cuek menawarkan diri  mengambil patungnya.

Itu momen langka untuk seorang Defrio bagi teman-temannya karena berlaku seperti itu. Kemarin saja Udin tersandung dan jatuh di pinggir kursinya lantaran di kejar Kevin, pun Defrio tidak membantunya. Bahkan untuk melirik kerusuhan di samping kursinya pun tidak.

"Tumben banget si Defrio ngomong panjang. Ada hubungan apa lo sama Defrio?"

"Mereka pacaran! Kudet banget lo pada." Bukan, itu bukan Aska yang menjawab. Melainkan mulut nyinyir milik Rajendra yang sedang sibuk melirik handphonenya lantaran kecewa jika album barunya itu tidak sesuai ekspetasinya.

FRÍOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang