Dalam hati kecil Trudy bertanya-tanya.
Kenapa Defrio memilih untuk tidur di bawah pohon dan membiarkan kekasihnya ini melawan kesakitan? Sedangkan peperangan yang disebabkan olehnya sudah tidak dapat dihindarkan lagi?
Kau ini sebenarnya manusia jenis apa Defrio?
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Winda mulai kelelahan, karena anak buah Darka yang datang cukup banyak. Melebihi anak-anak klub taekwondo.
Dan disitulah Winda tidak bisa mempertahankan kesadarannya melawan Darka beserta anak buahnya. Ia sempat melihat lampu-lampu dekat lapangan mati secara bergilir sebelum Winda sepenuhnya kehilangan kesadarannya.
Darka tersenyum puas melihat Aska, Winda dan anak-anak lainnya tergeletak di atas tanah karena ulahnya. Kini yang dipikirannya hanya cara untuk membalaskan dendamnya pada Defrio dengan keren. Tentu saja Darka akan melakukan apapun agar Defrio tidak ada lagi di bumi ini.
Karena rasa sakit melihat pujaan hatinya lebih memilih Defrio daripada dirinya adalah rasa sakit yang paling besar dibandingkan nyawa sekalipun. Begitu pikir Darka.
Yang mereka tahu mungkin lampu sekitar lapangan berangsur-angsur mati karena ada pemadaman listrik. Mereka tidak tahu saja karena ini adalah peperangan yang sebenarnya.
Di bawah pohon, Defrio tertidur. Ia meninggalkan raganya karena untuk memanggil para kawannya di alam ini, alam gaib.
Begitu Defrio sudah mengumpulkan kawanannya, yang ia lihat adalah tubuh-tubuh tak bertenaga lagi tergeletak diatas tanah. Defrio marah, sungguh. Melihat sayatan luka di pipi kekasihnya itu membuat hatinya sakit sendiri.
Tak terkecuali dengan Dimas, melihat kekasihnya yang tergeletak dengan tangan yang setia menggenggam tangan Aska. Ditambah pipinya yang lebam karena bogeman mentah Kara.
Sabar, lo bisa nyiptain strategi yang bagus buat ngelawan Darka, dengan syarat lo harus bisa ngontrol emosi lo sendiri. Berpikir jernih Def.
Itulah sebabnya Defrio hanya bisa menghembuskan nafasnya dan fokus pada strateginya. Emosinya sungguh sudah ingin meledak, namun jika mengingat ucapan kekasihnya itu tetap membuatnya terlihat tenang.
Iya tenang, namun gertakan giginya cukup kuat. Ia tenang, sampai tangannya juga ikut bergetar. Saat Defrio ingin menunjuk Darka dengan telunjuknya, malah satu kerikil terlempar pada Darka.
He? Kerikil?
Defrio mengangkat telunjuknya hingga sampai pada depan wajahnya. Ia mengerenyit tanda kebingungan.
Apa lagi ini? listrik? Masa listrik warnanya ungu?! Kenapa harus dateng disaat gue mau tawuran?!
Defrio coba arahkan telunjuknya pada kayu kecil di belakang Darka. Saat Defrio mengangkat lebih tinggi telunjuknya, kayu itu juga ikut terangkat.
Senyum miring Defrio keluarkan. Oh! Iblis Defrio sudah muncul!
***
Suara tepukan tangan Darka tiba-tiba terdengar lebih bergemuruh disekitarnya, ditambah lagi suasana yang cukup mencekam diantara keduanya.
Kekehan suara Darka terdengar lebih nyaring saat ia melihat teman-teman Defrio yang ‘nyata’ datang secara berkelompok dari semua sisi.
“Lo siap Defrio?” Darka mendekati Defrio dengan langkah kaki yang terlihat lebih angkuh. Ia merasa puas melihat raut wajah Defrio yang lebih tajam karena menahan amarah.
“Gua ga nyangkut masalah ini sama perempuan Darka. Lihat, lo malah terlihat seperti pengecut.”
Bugh
KAMU SEDANG MEMBACA
FRÍO
Teen Fiction[Fantasy-Teenfic] . Si cuek itu minum susu strawberry setiap hari. Dia aneh, selalu bicara sama angin kosong. Tapi dia suka ganggu gue. Dan tiba-tiba nyatain perasaannya ke gue. Terus gue kudu gimana? [Revisi jika sudah tamat.]