Defrio mengangguk, setelah itu dihadiahi tatapan lesu, serta berkaca-kaca dengan nafas terengah-engah karena berlari tadi.Aska mengambil tangan Defrio yang diinjaknya tadi, tak sadar, ia menangis.
“S-Sally.. dia temen gue.”
“...”
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Ilan itu belom tenang di alamnya, Trudy!”
“Jangan asal ngomong lo! Yang bener aja!”
“Iya bener, Sally—maksud gue Ilan temen lo itu belum bisa ke atas. Ayah dari anaknya Sally itu mesti tau kalau Sally lagi ngandung anaknya. Ya gitu deh.” Defrio menengahi dua perempuan yang sedang beradu argumen sejak tadi.
“Gila aja! Kita mana tau siapa bapaknya?!” Rajendra kembali naik pitam karena mustahil sepertinya untuk mencari bapak dari anak Sally-Sally itu.
“Makanya kita harus cari tau, tolol!! Lo pikir gu—hmmpttt!” ucap Aska tidak selesai karena jari telunjuk dan ibu jari Defrio lebih dulu menjepit kedua bibirnya.
Defrio menatap tajam Aska. “Ayo bilang kasar lagi.”
Aska menepis tangan Defrio kuat hingga tangannya melayang jauh, namun tidak sampai terlepas. Namun benar pukulan Aska tidak main-main!
“Lanjutin lah, pacaran mulu. Heran.” Trudy kembali memakan rotinya yang sempat diabaikan. Rajendra kembali memakan roti yang dipegang oleh Trudy.
Sudah insyaf Trudy dari memakan mie ayam serta es jeruk campur coklat batangan. Kini beralih pada roti.
Jika penduduk kantin tidak mengetahui jika kedua orang itu bersaudara, sudah dipastikan banyak yang mengira jika Trudy dan Rajendra menjalin hubungan. Terkadang akur, terkadang bertengkar seperti kucing dan tikus, ya begitulah.
Aska kembali pada topik pembicaraan. “Kalau gitu, pulang sekolah kita cegat Kara. Gimana?”
Trudy mengangguk. “Iya juga ya. Siapa tau Kara tau orangnya.”
“Dan lo berdua! Jangan ikut sama kita! Nanti kalau kalian ikut dikira mau ngajak ribut Kara. Mending kalian ikutin dari belakang kek, apa ikut salto dibelakang kek, terserah.”
Mereka berempat langsung memakan makanannya yang masih menyisa ketika bel masuk sudah berbunyi. Kembali pada realita harus menahan kantuk karena setelah ini pelajaran sejarah akan dimulai.
Defrio mengambil tangan Aska. Dan diletakkan yoghurt yang ia bawa pada telapak tangan Aska. “Nih, nanti jangan ngantuk.”
“Hm.”
***
“Kara!”
Yang dipanggil menolehkan kepalanya pada sumber suara. Setelah tahu siapa yang memanggilnya, dirinya langsung berlari menjauhi dua manusia itu.
Namun sebelum berlari, lengannya lebih dulu dicekal oleh dua orang perempuan itu. “Lepasin gue!”
“Enak aja! Emangnya ga cape gitu gue nyari lo?” Trudy berkata sambil membawa Kara pada kantin sekolah yang sudah sepi. Sedangkan Aska hanya diam, memikirkan kalimat apa yang hendak diucapkannya nanti.
Trudy memaksa Kara untuk duduk. “Duduk! Kalau lo pergi dari sini jangan harap gue sama Aska mau ketemu lagi sama lo.”
Dibelakangnya, Rajendra melihat jika sepupunya itu benar-benar bisa terlihat menyeramkan. Hampir saja ia hendak bertepuk tangan saking senangnya sebelum Defrio lebih dahulu memukul kepalanya agar sadar jika suasana yang terjadi adalah menegangkan!
KAMU SEDANG MEMBACA
FRÍO
Teen Fiction[Fantasy-Teenfic] . Si cuek itu minum susu strawberry setiap hari. Dia aneh, selalu bicara sama angin kosong. Tapi dia suka ganggu gue. Dan tiba-tiba nyatain perasaannya ke gue. Terus gue kudu gimana? [Revisi jika sudah tamat.]