Perempuan itu lagi-lagi tersenyum miring, “Untuk dia.” Selembar foto perempuan itu berikan pada laki-laki di depannya.
Lelaki tua itu menatap lamat-lamat foto yang ada di tangannya, “Apa yang harus saya lakukan?”
“Jarum, paku dan alat tajam lainnya buat ada di perutnya.”
Kalau lo mau sesuatu, lo harus nyingkirin parasitnya terlebih dahulu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Defrio itu sebenarnya baik, sangat. Namun jika kamu baru mengenalnya, justru lelaki itu berubah menjadi sosok yang menyebalkan sekali. Seperti menjawab singkat, tidak menggubris seseorang, pokoknya dia itu seperti triplek tinggi berjalan.
Entah apa cara yang digunakan Aska hingga membuat lelaki yang semula dingin bak es batu, yang berbicara hanya dengan tukang jualan, guru dan Rajendra, kini menjadi sosok yang super duper protektif dan cerewet.
“Lo pokoknya gaboleh deket sama Kevin ataupun Rajendra. Kalo mau apa-apa bilang ke gue.”
“Ya.”
“Pulang sama gue, ngerjain pr sama gue.”
“Ya.”
“Kalo ada yang ga ngerti tanya ke gue.”
“Ya.”
“Lo harus habisin bekel gue.”
“Ya.”
“Lo-mmppttt!!!!”
Batas kesabarannya telah habis. Terkadang Aska menyukai Defrio yang irit berbicara dibandingkan menjadi cerewet saat seperti ini. Ibu jari dan telunjuknya mengapit bibir Defrio. Jika dilihat, Defrio sekarang sudah mirip seperti induk bebek.
Tatapan datar Defrio melayang pada Aska, dibalas ditatap datar juga oleh Aska. Defrio menurunkan tangan Aska yang mengapit bibirnya dan dia pindah untuk melingkari lengannya.
Hari sudah menjelang sore, namun karena pertunjukan teater tadi membuat sekolah masih dalam keadaan ramai. Aska baru tahu jika kekasihnya ini cukup populer, karena ia banyak mendengar para siswi membicarakan dirinya dan Defrio dengan posisi tangan Aska masih melingkar di lengan Defrio.
Saat Aska hendak melepasnya, Defrio malah menahannya dan tetap terus berjalan. “Jangan dilepas, nanti gue jatoh.” Ucapnya.
Aska hanya mendengus dan pada akhirnya menuruti perintah Defrio. Ia mulai mengabaikan cacian para siswi yang tidak suka melihat Aska dengan Defrio bermesraan. “Lo ada jadwal taekwondo kan hari ini? gue temenin.” Defrio membuka suara, karena keadaan sudah mulai canggung.
“Ga ah, gue mau bolos. Capek.”
“Yaudah, nanti pulang mampir dulu ya? Kita makan dulu. Biar lo sampai rumah langsung tidur.”
“Hm,” dehaman Aska sudah menyatakan bahwa ia menyetujuinya. “Gue mau ke toilet dulu ah, sakit perut.”
Aska melepaskan tangannya pada lengan kekasih jangkungnya itu. Defrio hanya memegang bahu Aska dan mengusap lembut pipi Aska. Dia menatap Aska lamat-lamat. “Y-yaudah, kalo udah selesai tunggu gue ya. Gue ambil tas lo dulu.”
“Hm.”
Defrio hanya merasa ada yang tidak beres dengan semuanya. Namun kenapa rasa cemas itu datang secara tiba-tiba? Ah entahlah, firasatnya benar-benar buruk.
***
Tas hitam dengan gantungan kunci boneka spongebob yang cukup besar adalah milik Aska. Begitu tas itu sudah ada dalam genggaman Defrio, seseorang memanggilnya. “Defrio! Lo bisa ajarin gue persamaan kimia?”
KAMU SEDANG MEMBACA
FRÍO
Teen Fiction[Fantasy-Teenfic] . Si cuek itu minum susu strawberry setiap hari. Dia aneh, selalu bicara sama angin kosong. Tapi dia suka ganggu gue. Dan tiba-tiba nyatain perasaannya ke gue. Terus gue kudu gimana? [Revisi jika sudah tamat.]