👻7. Bolos

19 10 7
                                    

Kardus.

Kini saja Aska yang sedang dipikirkannya, jika dia disuguhkan setumpuk susu strawberry gratis, pasti ia akan beralih menuju anak-anak kesayangannya. Dunianya adalah susu strawberry. Catat itu.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Rasanya baru kemarin ia tidur. Libur dua hari untuk mengistirahatkan badannya dari kegiatan sekolah tak pernah cukup mengingat Aska adalah tukang tidur. Sinar matahari yang terbit di hari Senin membuatnya kembali pada realita, realita dimana ia harus bertemu dengan makhluk triplek itu. Menyebalkan.

“Pagi,” Ucapnya lesu dengan langkahnya menuju meja makan yang masing masing kursinya sudah terisi oleh Saka, ibu, dan ayahnya.

“Kucel amat muka lo? Hutang mana lagi yang belom lo bayar?” Adiknya membuka suara dari awal paginya itu. Saka, bocah tengil yang terlahir sebagai adiknya itu benar-benar merusak moodnya. Helaan nafas ia keluarkan sambil memejamkan mata untuk meredakan emosinya. Ini masih pagi kawan.. tak bagus jika pagi-pagi sudah mengamuk di meja makan.

“Saka, gaboleh gitu sama kakak kamu,” Ucapan lembut itu terdengar di telinga Aska. Roti selai yang dibuat ibunya sudah tersaji di atas piring di depannya.

“Tapi benar bu, Aska kenapa lesu?” Ayahnya bertanya. Sementara di sisi meja lain, Adiknya yang terpaut hanya 2 tahun itu terlihat kesal, karena diperingati ibunya. Winda mengulum senyumnya agar tak menjadi perang dengan adiknya. “Entahlah yah, kayaknya libur dua hari gak cukup deh. Rasanya capeeeekkkk banget.” Keluhnya.

“Halah, lo nya aja yang tukang tidur!”

“Diem lo!”

“Lagian gaada yang nyuruh lo buat main sama abang yang kemaren malem nganterin lo.”

“Itu nugas kampret!”

“Nugas kok harus sampe mal-“

TING TONG

“Sudah, kalian ini sehari saja tidak bertengkar bisa tidak sih? Rasanya kepala ayah akan meledak,” Ucap ayahnya sambil memijat sebentar keningnya. “Sudah kalian lanjut makan dengan tenang.” Perintah ibu. Mereka pun akhirnya makan dengan tenang , saling melempar tatapan tajam dari pasangan kakak beradik itu.

“Dulu ibu ngidam apaan sih?” Lirih ayahnya melihat kelakuan kedua anaknya itu. Namun tak lama, sang ibu dengan suara melengkingnya terdengar sampai penjuru rumah. “ASKAAAA! CEPETAN SIAP-SIAP! NAK DEFRIO SUDAH JEMPUT KAMU!” Teriak ibunya.

“Lenjeh amat minta dijemput segala,” Ucap Saka pada kakaknya. “Mau-maunya lagi tuh cowok mau jempu- ADAW! Ayaaahh! Leher aku mau copot..” Adunya pada Ayah, karena Aska memukul perpotongan leher adiknya itu. “Makanya gausah banyak omong. Urusin badan sana biar berisi, gue sleding dikit pasti tuh tulang udah pindah dari tempatnya”

“Sialan,”

“Saka!” Peringat sang ayah.

“Awas lo! Badan kek buntelan kentut aja masih ngurusin badan orang!” Ucap Saka pada kakaknya.

“Lo-“

Baru saja Aska hendak menjawab sarkas adiknya itu, namun suara lengkingan ibunya lagi-lagi membuat ia rusuh menyiapkan peralatan sekolahnya. Setelah semuanya selesai, ia mencium tangan ayahnya dan mulai melangkahkan kakinya untuk berangkat sekolah.

Aska berbalik langkah menuju adiknya itu. Sunggingan bibir tulus itu membuat adiknya terlihat bingung dengan satu tangannya Aska ulurkan. Saka pun membalas uluran tangan kakaknya, lalu..

“AW! SAKIIITT ANJ-“ Refleks tangannya Saka tutup menghindari omelan ayahnya karena umpatan yang ia keluarkan. Dalam hatinya terus merutuki perbuatan sang kakak yang tidak berperikemanusiaan itu. Saka sudah berfikir, sepertinya benar.. Tulang tangannya tidak ada ditempatnya lagi karena Aska menjabat tangannya cukup keras. Seperti membalaskan emosinya yang terus Saka pancing tadi.

FRÍOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang