👻6. Dianter

24 12 12
                                    

Tetapi lama- lama ia tak memakluminya lagi, apa rasa empatinya juga hilang? Apa rasa kasihannya tidak ada? jika perempuan mengangkat tumpukan susu strawberry miliknya itu tengah berjuang mengangkatnya hingga kasir? Ia memang perempuan kuat, tapi lihatlah.. Berjalan dari rak makanan menuju kasir terlampau jauh. Pusat perbelanjaan macam apa ini?!

“BERAT OY! SUSU STRAWBERRY SIALAN!”

“DILARANG MENGUMPAT SAMBIL BAWA-BAWA ANAK GUE!”

“Sinting!”

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Lagi, Defrio dengan segala ketulusan hatinya membiarkan apartemennya menjadi sebuah tempat pembuangan sampah. Siapa lagi jika bukan Aska dan Rajendra yang sedang asik memainkan seperangkat play station. Bungkus kuaci, beberapa botol yoghurt dan makanan ringan lainnya sudah terkapar berantakan di karpet halus milik Defrio. Dan disana, Defrio sendiri sedang mencoba membuat yoghurt bersama Kara. Mimik muka menyebalkan tersirat, meski wajah datarnya lebih mendominasi, karena Kara tetap menuntut ingin membuat yoghurt berperisa coklat.

“Def, ini kapan masukin bibit yoghurtnya?” Tanya Kara yang sedari tadi memegang bibit yoghurt ditangannya. Menunggu perintah Defrio. Yang ditanya hanya mengendikan bahu. Tanda dia tak tahu bercampur dengan kesalnya.

“Gue tanya Aska deh, ia kan suka buat yoghurt. Gue samperin dulu,” Tawar Kara. Defrio hanya menatap dengan datar. Hingga sebuah ide terlintas di pikirannya.

Defrio sedikit membuka botol tersebut dan sedikit memasukkan isinya kedalam susu yang sedang direbus oleh Kara. “Hayoo lagi ngapain?”

Dirinya sedikit berjengit sambil memejamkan matanya lantaran terkejut. Tak tahu jika perempuan gembil pecinta yoghurt disampingnya sedang mencoba mencicipi susu didepannya yang sedang direbus. “Kok asin? Lo tambahin garam ya?” Tanyanya menyelidik, karena bukti sudah di depan mata. Melihat Defrio memegang wadah berisikan garam.

Aska menunjukkan smirknya pada Defrio. “EH KALIAN! INI NIH SI DEF- HMPPTTTTTT,” Kedua kalinya Defrio membekap mulut Aska. Namun kini dengan tangannya. Ketika teman-temannya datang, yakni Rajendra dan Kara, Defrio sedikit menggelengkan kepalanya pada Aska. Oke Aska tak akan memberitahu, ia ingin mendengar Defrio panjang lebar menuturkan penjelasannya.

“Ah enggak hehe, ini susunya udah bisa dimasukin bibit yoghurt..” Ucap Aska.

“Elah, tinggal masukin doang tebir. Gue mau ke pusat perbelanjaan lagi, mau beli headset.” Ucap Rajendra..

“Gue ikut, maskara ternyata diskon,” Pinta Kara.

“Yaudah, gue sama Kara tinggal dulu ya,” Ijin Rajendra.

Aska dan Defrio hanya menyahut dengan gumaman. “Kenapa lo kasih garam? Ga bakalan jadi yoghurtnya lah bego,” Ucap Aska sambil membawa panci berisikan susu berperisa coklat asin itu hendak dibuangnya. Namun tangan Defrio mencekalnya “Jangan dibuang, taruh sini.” Ucapnya.

“Mau lo minum?”

“Kagak,”

“Cerita atau gue bocorin,”

“Gue gasuka rasa coklat!” Ucapnya sedikit kata merajuk. “Kara maksa ingin rasa coklat, yaudah gue kasih garam,”

“Tapi kan yoghurtnya bisa diminum dia sendiri, lo gausah minum,”

“Bodo, dia buatnya pake panci gue, pake gas LPG gue, pake kompor gue, dirumah gue. Kalo gamau yaudah tinggal buat dirumahnya sendiri. Beres.”

“Astaga Defrio.. Gue ga ngerti sama lo.”

Defrio hanya mengendikan bahunya kembali, tak peduli. Ia hanya memasukkan susu rebus coklat asin milik Kara ke dalam wadah, lalu dia tutup rapat. Susu vanilla yang dibeli Rajendra? Ternyata diminumnya saat bermain PS bersama Aska tadi. Yang tersisa hanyalah setumpuk susu strawberry milik Defrio.

FRÍOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang