"Marah-marah aja lo gendut." Ucap Defrio sedikit menoel lengan Aska yang berisi itu. Lalu ditepis oleh Aska. "Ya gue juga ga tau.""Ga guna banget lo kambing."
"...."
Serba salah:(
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
BRAK!
Aska memukul meja keras-keras dengan niat membuat teman-teman kelasnya beralih pada atensinya untuk memberitahu sesuatu yang cukup penting. Pukulan pada meja sangat kencang, bahkan Kevin pun sampai bangun dari tidur nyenyaknya.
Sekolah adalah rumah keduanya, tidur di rumah tidak salah bukan? Begitu pikir Kevin.
Abaikan tentang Kevin, urusan Aska lebih penting. Aska mengambil paksa patung yang dibuat Defrio, sedangkan Defrio hanya melenggang dan duduk dengan tenang di bangkunya. Dilihat memang seakan tidak peduli, tapi.. demi apapun! jantungnya sedang dipacu kuat karena takut jika yang dikatakan kekasihnya itu sesuatu yang tidak tidak.
“Perhatian semuanya!”
Cie minta diperhatiin, ihiw. –Defrio
“Patung udah balik ke semula!” Aska menyimpan patung buatan Defrio diatas meja guru. Tatapannya beralih pada Defrio, seakan mengucapkan semuanya akan baik-baik saja.
“Loh? Kok? Balik ke semula?”
“Gimana ceritanya?”
“Lo punya kekuatan super ya? Bisa kaya baru gitu patungnya..”
“Lo beli lem dimana?”
“...”
Aska menggeleng, lalu meninggalkan meja guru dan beralih pada bangkunya –tepat di belakang Defrio. Aska sedikit merasa kesal, ia tahu teman-temannya kesal karena Defrio membawa kembali patungnya dengan keadaan tidak utuh kembali, memaki-makinya seakan hari itu adalah hari terakhir memaki secara gratis, tanpa tahu apa alasan dibalik pecahnya patung buatan Aska.
Kini saat patungnya sudah kembali utuh, yang Aska dapatkan tatapan binar dari teman-temannya. Dan.. ia jadi penasaran. Seberapa pentingkah Pameran Galeri itu untuk mereka?
Dan yang membuat mereka memaki kekasihnya adalah hanya sebuah patung yang dibuat dengan prinsip ‘yang penting mengerjakan tugas, bagus tidaknya aku tidak peduli.’
Aneh sekali.
Begitu banyak rentetan pertanyaan sekaligus ucapan terimakasih yang keluar dari mulut teman-temannya. Aska hanya tersenyum, kemudian menepuk pelan bahu seseorang yang duduk dengan tenang di depannya. “Bilang semuanya sama Defrio, bukan sama gue. Itu patung duplikat original buatan Defrio.”
Aska tertawa terbahak selanjutnya. Entahlah, padahal suasananya sama sekali tidak mengandung humor.
Defrio menoleh, menatap tajam Aska yang sedang tertawa di belakangnya. Hei? Padahal ia hanya ingin membantu Aska, sekaligus membuat teman-temannya merasa senang. Walaupun Defrio terkesan seperti triplek beku berjalan, namun percayalah. Jika Defrio itu sayang dengan teman-temannya.
“A-a.. kalian semua ga salah kok, ini semua salah gue. Gue aja yang bawa patungnya ga bener, jadi jatoh.” Ucap Defrio. Keadaan di kelas hening. Mereka baru tahu jika manusia ini ternyata bisa berbicara. Ya.. berbicara panjang.
Lalu, dengan datangnya pak Kus selaku guru Kimia membuat mereka duduk di mejanya masing-masing. Di sebelah Aska, ada Trudy yang mengacungkan jempolnya yang entah maksudnya untuk apa. Mungkin karena Aska sudah berani berbicara di depan umum?
KAMU SEDANG MEMBACA
FRÍO
Teen Fiction[Fantasy-Teenfic] . Si cuek itu minum susu strawberry setiap hari. Dia aneh, selalu bicara sama angin kosong. Tapi dia suka ganggu gue. Dan tiba-tiba nyatain perasaannya ke gue. Terus gue kudu gimana? [Revisi jika sudah tamat.]