👻25. Bye, Dimas!

14 3 13
                                    

Aska kembali mengencangkan pelukannya pada Defrio, membuat Defrio terbatuk dan merasakan nyeri disaat yang bersamaan. Tanda jika seorang Aska tidak mau dipanggil tuan putri.

“KEMANA AJA SAMPE BENSINNYA ABIS BODO AMAT GUE GA PEDULI!”

_______________________________________

“Angkat galonnya Defrio.”

’Tolong’nya mana?”

Tolong angkat galonnya, sayang.”

Hari ini Aska dan Defrio sepakat untuk menghabiskan bolos atas izin gurunya itu untuk memasak di rumah Aska. Setelah menghabiskan waktu dan beselisih beradu argumen tentang apa saja yang harus dibeli di supermarket, akhirnya mereka sepakat untuk memasak makanan yang sulit dibuat.

Mereka akan memasak ice cream, ah lebih tepat membuat ice cream. Tetapi ice cream juga dimasak ‘kan? Ah entahlah.

Tidak ada varian rasa lain. Ini mutlak karena Defrio terus saja merengek agar membeli perisa strawberry. Mau tidak mau Aska harus menurutinya daripada harus menahan malu karena badan besar Defrio yang merengek itu benar-benar menjijikan.

“Eh? Tumben kalian udah pulang?”

Keduanya terkejut. Menghentikan kegiatan yang sedang dikerjakan, “A-anu bu, pulang awal, sekolah ada kepentingan.”

-Kepentingan, kepalamu!

Ibu Aska tidak peduli, ia langsung berdiri di sebelah Defrio, “Lagi pada buat apa nih?”

“Buat ice cream bu. Nanti ibu cobain aja, pasti enak!” Defrio berujar dengan mengacungkan kedua ibu jarinya. Ibu Aska langsung menjawil hidung Defrio lantaran gemas. “Iya, nanti pasti ibu cobain. Udah ibu mau tidur dulu ya, kalian jangan berisik. Kalau udah barang-barangnya dibersihin.”

“Siap ibu!”

Setelah ibunya Aska pergi ke kamar. Aska masih sibuk menuang susu cair pada wadah yang sudah disediakan. “Ini mixernya dimana, ya?” Tanya Defrio.

“Sana.” Aska berucap dengan menggerakan dagunya ke arah lemari khusus penyimpanan alat dapur. Defrio langsung mengambil apa yang dicari.

“Gue capek!” Aska membanting kotak susu yang isinya telah habis hendak dilempar pada tempat sampah. Namun meleset, kotak susu tersebut jatuh pada sebelah kaki Defrio. Aska melangkahkan kakinya menuju kulkas, mengambil kotak persediaan ice creamnya dan duduk pada meja makan.

“Lo kenapa?”

“Tau.”

“...”

“Pacaran aja sama ibu sana! Jangan sama gue!”

Hoo, ternyata Aska cemburu. Ah.. apa saat ibunya menjawil hidung Defrio ya?

Defrio memasukkan susu yang telah dituang Aska ke dalam kulkas. Lalu memasukkan kembali mixer yang dibawanya untuk disimpan kembali pada lemari. Ia menghiraukan Aska, lalu beranjak mengambil wadah yang sudah kotor untuk dicucinya.

Ck,” Aska berdecak. Kembali pada kegiatannya untuk memakan ice creamnya dengan beringas. Kesal sekali! Ibu itu sudah punya ayah namun tetap saja merecoki Defrio! Huh! Apa nanti jika ibu sedang berduaan dengan ayahnya Aska merecokinya juga ya? Ah sepertinya tidak buruk.

Kesal dengan Defrio yang masih mencuci wadah dengan membelakangi Aska, Aska langsung menghentakkan kakinya untuk pergi ke ruang keluarga hendak menonton TV. Apa serunya menonton punggung Defrio? Disana juga tidak ada spongebob tidak seperti televisi yang ada spongebobnya! Begitu pikirnya.

FRÍOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang