“BILANG IYA KEK! ATAU NGOMONG APA GITU!”
“Tadi lo suruh gue diem, terus sekarang lo suruh gue ngomong. Aska, ayo bilang. Lo punya dendam kesumat apa sama gue?”
Begitulah racauan Defrio. Ia serba salah menghadapi perempuannya itu. Hanya raut wajah lesu dan hanya dibalas kekehan Aska.
“Defrio, lo jangan bosen sama gue yang kaya gini ya?”
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Suara dering ponsel membuat Aska bangun dari tidur lelapnya. Hanya karena ibunya yang akan mengantarkan makanan pada ruang inapnya dan menyuruh Aska untuk tetap terjaga. Tentu saja ibunya menyuruh ia berjaga, karena Aska sudah tidur semenjak siang tadi. Dan saat ini sudah menunjukan pukul setengah sembilan malam.
Aska tersenyum, karena tangan besar Defrio masih ada di pipinya, tepat pada sayatan lukanya. Jika dilihat, cara tidur Defrio tidak seperti kebanyakan orang romantis di luaran sana. Bukan seperti kepala yang menelungkup ke kasur sambil memegang tangan kekasihnya.
Defrio terlelap, dengan kepala yang menengadah ke atas, bibir yang terbuka, sedikit menjulurkan kakinya dengan tangan masih setia di atas pipi gembul Aska.
Kalian bisa membayangkannya?
Alih-alih mengusap tangan atau cara halus lain untuk membangunkan Defrio, Aska malah memencet kedua hidung Defrio hingga lelaki itu berjengit dan terbangun karena terkejut.
"Oh? Udah bangun?" Defrio bertanya seraya mengusap kedua sudut matanya yang masih mengantuk. Terlihat matanya yang masih sedikit memerah.
"Belom, ini gue lagi tidur sambil melek," ucap Aska sambil menunjuk matanya sendiri. Defrio hanya mengusak surai Aska gemas, lalu ia beranjak pergi untuk membasuh muka agar terlihat lebih segar.
Aska selalu bertanya-tanya. Darimanakah hidayah yang ia dapatkan hingga Aska bisa membuka hati untuk makhluk seperti Defrio yang dingin itu. Namun setelah ia mengenal Defrio lebih dalam, lelaki itu jauh dari kata cuek dan dingin.
Lelaki itu cerewet, protektif, pencemburu, manja, dan memiliki humor yang mengenaskan.
Jauh sekali dari sifat luarnya yang terkesan dingin, arogan, cuek, dan tidak banyak bicara.
Namun itulah Defrio, entah bagaimana ia juga bisa memberikan cintanya untuk seorang perempuan fanatik yoghurt dan pandai berkelahi itu.
Suara ketukan pintu terdengar, ibunya datang bersama Saka membawa makan malam. Ibunya tahu saja jika makanan rumah sakit adalah yang paling buruk, menurut Aska.
"Defrio kemana? Dia udah pulang?" tanya ibunya sambil memindahkan lauk pauk ke dalam piring.
"Kayanya ke kamar mandi buat cuci muka, tapi sampe sekarang belom muncul juga batang idung tuh anak."
"Boker kali," celetuk Saka yang masih asyik dengan game di ponsel. Selalu begitu.
Hidangan semua sudah siap, hanya tinggal menunggu Defrio. Perihal ayahnya yang tidak ikut ke rumah sakit untuk menjenguk Aska karena penyakit ayah kembali menyerang. Ia kelelahan bekerja, pola makan tidak teratur, dan sibuk mengurusi Aska yang dirawat di rumah sakit. Mungkin pikiran ayahnya sedang kacau serta kondisi tubuhnya yang memburuk membuat otot-ototnya terasa ngilu. Sebut saja ayah kumat asam uratnya.
Defrio kembali, dengan raut wajah yang terlihat segar dari sebelumnya. "Waaahhh, ibu bawa apaan bu?" Ya begitulah sifat aslinya, kini ia sudah tidak canggung ketika berbicara dengan ibu.
"Tumis jamur! Ya sudah sini, kita nungguin kamu daritadi. Ayo makan."
"So sweet banget ibu nungguin aku~"
KAMU SEDANG MEMBACA
FRÍO
Novela Juvenil[Fantasy-Teenfic] . Si cuek itu minum susu strawberry setiap hari. Dia aneh, selalu bicara sama angin kosong. Tapi dia suka ganggu gue. Dan tiba-tiba nyatain perasaannya ke gue. Terus gue kudu gimana? [Revisi jika sudah tamat.]