New Life

1.1K 106 4
                                    

Di malam yang semakin larut, jika seseorang menangis meratapi nasibnya kearah rembulan merah. menangis tersedu meminta setitik belas kasih atas apa yang ia alami, penuh harap serta ketulusan maka sang bulan akan memberikan apa yang ia harapkan.


Flashback

"pa... Aku akan ke korea, papa suka atau nggak aku tetap akan ke korea... "
Sana tengah merajuk pada papanya.

Dia tidak mau menyentuh makanan yang dihidangkan padanya.
Bahkan sang papa juga tidak bisa membuat sana makan dan bicara kembali padanya. Sana benar-benar sedang marah.

Mr. Minatozaki mendapati sang anak tengah menatap rembulan merah di balkon kamar nya. Hal itu membuat sang papa ketakutan dan menarik sana masuk dan menutup pintu balkon itu.

"kenapa pa? " sana terlihat bingung melihat papanya yang terlihat berkeringat dingin.

"tidak ada, hanya dingin saja... "

Sana dapat melihat kalau papanya tengah berbohong, dia merasakan suatu masalah yang besar tengah mengganggu pikiran papanya.

"pa, kau kenapa? Tidak bisakah kau jujur padaku? " sana lebih mementingkan keadaan papanya dibandingkan acara merajuknya.

Papanya menatap sana dengan tatapan sulit di katakan. Ia terlihat bimbang untuk memilih berbagi atau tetap untuk diam.

"kalau kau ingin pergi, kau bisa pergi tapi tidak dengan nama Minatozaki... " ucapan sang papa membuat sana terdiam. Dia merasa tengah diusir oleh papanya.

"papa mengusirku? "

Sana sekarang benar-benar marah pada papanya dan memilih Pura-pura tidak mendengar penjelasan papanya.

"bukan aku mengusirmu, tapi jika mereka menemukanmu... Aku tidak akan bisa hidup sana!! Aku sudah berjanji pada ibumu akan menjagamu sampai waktunya tiba... "

Sana melihat papanya terlihat sedih dan serba salah. Ini kedua kalinya ia melihat orang tua tunggalnya itu terlihat menyedihkan dan berantakan, setelah kematian ibunya.

"apa maksud papa? " sana masih terlihat bingung dengan penjelasan papanya.

"tidak ada, sekarang tidur lah besok kita jelaskan lagi... " ujarnya menenangkan sana.

Pria itu pergi keluar dari kamar sana. Dia memilih memasuki kamarnya sendiri dan berdiri di balkon kamarnya memandangi bulan merah.

"sampai kapan kita merahasiakannya?"

Sementara itu, sana tengah membereskan baju dan beberapa barang paling pentingnya ke dalam koper.

Dia juga menelpon salah seorang temannya untuk memesan penerbangan ke korea. Sana kini telah bertekad untuk pergi ke korea.

Tepat tengah malam, sana menyelinap keluar mansionnya dan mengendarai mobilnya ke bandara.

Saat ia sampai di bandara incheon korea dua buah pesan masuk ke ponselnya. Satu pesan dari sang papa yang tak sempat di bacanya.

"hati-hati, jangan pernah menyebutkan nama aslimu, kau akan terbunuh oleh mereka...mereka? Siapa? " sana bergumam sambil membaca kembali pesan sang papa.

Sampai akhirnya sana ingat memiliki sebuah pesan lagi, ia langsung membuka pesan yang terkirim padanya itu.

"kami merindukanmu, langkahmu semakin mendekati kami... " pesan itu seakan menguatkan argumen papanya untuk hati-hati. Karena sepertinya banyak orang menginginkan nyawanya.

Sana kini tinggal di apartement milik keluarga bibinya di korea, dia telah mengikuti acara audisi di beberapa agensi. Dan kini ia menunggu hasilnya.

Exolution Princess (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang