Beginning II

485 49 8
                                    

~sialan~

Aku melangkah menuju kearah adik kecilku, ia terlihat kosong dengan belati di lehernya. Aku tidak bisa membiarkan diriku dikendalikan oleh si tua itu, namun aku juga tidak bisa membiarkan hidup shana dalam bahaya.

"maafkan aku, shana" aku mendekati adikku itu dan berbisik padanya, sebelum akhirnya aku memutus kontrak hidupku dengan shana.

"kini tidak ada yang bisa mengancamku lagi, Dewa Langit....."

Aku melesat menuju singgasana si brengsek itu dan mengarahkan mata pedangku ke leher si tua itu.

"shana, bunuh dirimu sekarang"

Aku memasang wajah paling datar yang ku mampu walaupun ku tahu pria tua itu bisa membaca sekecil apapun ekspresi yang kukeluarkan.
Bagaimana pun hatiku tetap mencemaskan shana. Tapi aku tidak bisa kalah begitu saja, semua harga diriku dan dendamku bersemayam di ujung pedangku aku tidak bisa dikendalikan oleh si tua ini.

"hentikan itu dewa langit, kau tidak bisa membunuh putrimu sendiri! Kau akan mengalami pengurangan masa jabatan dan hukuman oleh tetua"

Ucapan itu membuat dewa langit berpaling dan menghela nafas panjang, aku pun segera menurunkan pedangku dari lehernya.

"lepaskan belatimu, shana" setelah mengatakan itu, dewa langit meraih sebuah cahaya kuning dari kepalanya dan menembakkan cahaya itu ke arah shana.

"aku mengembalikan ingatanmu,tapi tidak jabatanmu... Kau hanya akan menjadi putri dayang agung sisi kanan dan kau akan menjadi salah satu dayang bagi putra mahkota" setelah mengatakan titah itu dewa langit segera turun dari singgasananya dan menatap pria yang menegur tindakannya itu dengan tatapan sinis.

"dan kau dewa rubah, bukankah tidak seharusnya kau merusak semua keseruan pestaku kan?"

Dewa rubah hanya bisa menunduk tanpa membalas ucapan dewa langit. Sementara aku sendiri tengah terdiam diantara singgasana dan shana yang masih menatap dewa langit.

Dewa langit tidak bisa melawan keinginan dewa rubah, karena memang usia dan kedudukan mereka dimata tetua jauh berbeda.

Shana menghela nafas dan tertunduk menatap belati yang teronggok di bawah kakinya. Shana juga pasti merasakan perih di lehernya dan membuatnya tanpa sadar meraba leher mulusnya yang mulai mengeluarkan darah.

Ini lah kekurangan yang harus shana hadapi, ia tidak bisa beregenerasi semudah para dewa lainnya karena tubuhnya yang merupakan inang bagi benih keabadian membuatnya menjadi lemah, walaupun ia masih berumur panjang namun itu tidak menjamin shana dapat hidup seabadi aku ataupun dewa lainnya.

Aku segera berlari melihat shana yang meringis menahan sakit dari luka yang cukup dalam di lehernya. Luka itu terlihat dalam dan mengeluarkan banyak darah. Aku segera menahan tubuh shana yang limbung. Dengan cepat aku memusatkan kekuatanku dan berpindah menuju ke kediamanku. Kami berteleportasi.

Segera aku membaringkan shana keatas ranjang giok ku dan menelusuri luka di lehernya. Sedikit cemas aku mengeluarkan air di tanganku dan membersihkan luka itu. Setelah itu aku meniupkan nafasku kearahnya. Seketika luka itu menutup sempurna walaupun masih meninggalkan jejak.

Untuk menghilangkan jejak sialan itu aku mendekatkan wajahku pada leher beraroma persik itu, aroma yang begitu segar sekaligus memabukkan. Sebelum semuanya diluar kendaliku, aku segera menjilat bekas luka itu dan menjauhkan wajah memerahku dari leher putih shana.

"semua orang akan menghadapi amarahku saat sedikit saja tubuhmu terluka, semua makhluk langit akan menangisi kehidupan mereka saat kau terhina, semua iblis neraka akan memohon ampun karena aku akan mengacak-acak alam bawah jika kau meninggalkanku shana"





Exolution Princess (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang