[Sequel Last Generation] Ozera Family - Christy Wu

1K 62 2
                                    

Ozera Family

Cast : Kai Ozera & Hanna Ozera

Additional Cast : Johnny Peter Ozera

Genre : Romance, Fluft, Family | Rating : G | Length : Vignette

[ Original Story By Christy Wu]

Disclaimer :

semua kejadian yang ada di ff hanya bagian dari imaginasi Christy yang begitu rindu dengan Ozera Family. Keastralan dan tata bahasa yang tidak beraturan harap dimaklumi karena Author juga manusia yang bisa punya salah. *Kok tiba – tiba melow ya?*

o0o

Berkutat dengan semua perabotan dapur, wajah penuh tepung, baju bau telur dan rambut yang sudah kusut seperti nenek sihir yang perlu mandi. Bisa dibilang keadaan dapur keluarga Ozera seperti kapal pecah saat ini. Hanna masih sibuk mengaduk putih telur dalam loyang dengan semangat dan matanya jeli membaca deretan kalimat yang tercetak di buku resep yang baru ia beli tadi pagi. Bibir merah ranum kesukaan Kai itu mengerucut lucu menimbang – nimbang takaran bahan yang harus ia masukkan untuk membuat cream murfin. Ini percobaannya yang ke – 26 dalam hari ini. Hanna tidak mau gagal. Ia ingin memberikan kejutan untuk Kai, ia hanya ingin membuktikan kalau dia juga bisa masak seperti Krystal dan Freya. Walau Kai tidak pernah menuntutnya untuk bisa masak malahan lebih ke pasrah dan menerima Hanna apa adanya tapi Hanna juga ingin membahagiakan Kai dengan masakan yang ia buat.

“Ya tuhan ada apa dengan dapur rumahku ini?” Kai datang masih memakai baju tiran dan pedang yang menggantung disisi tubuh terlihat kaget dengan kekacauan yang istrinya perbuat.

“Kejutan?” cengiran polos yang terkesan ragu – ragu Hanna berikan pada suaminya yang memasang wajah syock.

Memijit pangkal hidungnya Kai mendekati Hanna yang wajahnya sudag penuh tepung, “Kau mau melukai tubuhmu yang mana lagi hhmm?” Kai mengusap pipi tembem Hanna lembut yang sanggup membuat gadis bersurai hitam itu merona seperti remaja labil. Belum lagi tatapan Kai yang dari dulu sanggup membuat kaki Hanna menjadi Jelly, demi tuhan Hanna masih tak percaya kalau orang didepannya ini adalah suaminya.

“Aku sudah hati – hati Kai, aku janji tidak akan terluka!”

“Benarkah? Aku ingat kau mengatakan itu kemarin, kemarin dan kemarinnya lagi saat kau mengiris jarimu sendiri, tanganmu yang melepuh terkena air panas atau saat kau memegang panci yang masih panas, kompor yang meledak karena tersiram arak! Kau benar – benar ingin aku mati muda karena menghawatirkanmu ya?” walau mengatakannya dengan wajah santai khas Kai Ozera tapi Hanna tahu suaminya ini sangat khawatir.

“Tapi aku tidak kenapa – napa kan sekarang. lihat jariku masih mulus, tanganku tidak melepuh dan kompornya juga tidak meledak kecuali – dapurnya yang sedikit berantakan.” Cering Hanna yang membuat Kai menggelengkan kepalanya. Bukannya sedikit tapi ini sudah seperti kapal pecah atau perang dunia ke tiga.

TING

Bunyi oven mengalihkan Hanna pada paras Kai menuju ke kue murfinnya yang sudah matang. Dengan semangat ia mengambil kain tebal lalu membuka oven dan saat itu pula wajah cerianya berubah murung saat kue – kue itu tak bisa mengembang sempurna. Kai yang sudah memperkirakannya hanya tersenyum ia melingkarkan lengan kekarnya pada pinggang Hanna yang langsing walau sudah memberinya satu keturunan yang sangat tampan.

“Sudah ku bilang kan jangan melukai bagian dari tubuhmu lagi, apa lagi hatimu. Aku tahu kau akan sedih kalau kue atau masakanmu tak sesuai keinginan,” Kai meletakkan dagunya di potongan leher Hanna.” Sayang aku mencintaimu apa adanya, aku tidak pernah menuntutmu untuk bisa memasak dari awal, karena kau adalah kau. Kau bukan Krystal ataupun Freya. Kau adalah Hannaku, Hanna milik Kai yang begitu cerewet, ibu dari penerus keluarga Ozera selanjutnya. Ratu yang kesempurnaannya terlihat jelas dimataku tanpa perlu menunjukkannya. Jadi berhenti melakukan hal yang hanya membuat hatimu sakit karena saat kau merasa sedih aku, – juga merasakan hal yang sama. karena kita adalah satu. Karena kau adalah bagian dari diriku Hanna Ozera.”

“Aku hanya ingin kau menikmati masakanku,” cicit Hanna.

“Bukankah dulu aku pernah bilang aku cukup menikmati tubuhmu saja,” ujar Kai cuek.

“Yaakk” teriak Hanna yang membuat Kai langsung melepas pelukannya dan menutup telinganya seketika.

“Astaga kau habis menelan pengeras suara ya,” dengus Kai.

“Mommy sama Daddy sedang apa?main masak – masakan ya?” seorang anak laki – laki bermata hijau zambrud memandang mereka dengan mata setengah tertutup. Pahatan parasnya yang begitu menggambarkan keimutan Hanna dan ketegasan Kai sudah terpancar sejak dini.

Kai tersenyum, tungkainya melangkah mendekati putra kesayangannya lalu menggendongnya, “Kau tahu? Rumah kita habis terkena badai.” Bisik Kai yang membuat mata anak kecil itu terbuka, netra zambrudnya berbinar penuh ketertarikan.

“Benarkah?” tanyanya antusias. Kai mengangguk memasang mimik serius. Hanna menggelengkan kepalanya melihat Kai mengerjai putra semata wayangnya lagi setelah dongeng hantu santa desember lalu.

“Sekarang Mommy sedang membersihkan kekacauan akibat badai tadi, apa Johnny mau membantu?” tanya Kai.

“Siap kapten,” lelaki kecil itu menghampiri Hanna yang masih diam memperhatikan interaksi kedua malaikatnya dengan hati yang menghangat.

“Mom ayo kita bersih – bersih, sebelum badainya kembali. Nanti dia membuat dapur kita berantakan lagi sebelum itu kita harus meringkusnya.” Ujar Johnny lucu.

Hanna mensejajarkan tingginya dengan Johnny yang masih berusia 4 tahun. “Memangnya Johnny tahu badai itu apa?” tanya Hanna memastikan persepsi anaknya tak salah.

“Badai itu sama seperti hantu santa yang senang mengacau,” Johnny berkata mantap dengan nada riang membuat Kai tersedak minumannya sendiri dan Hanna memberikan tatapan mematikan pada Kai yang menceritakan dongen hantu santa yang senang mencuri hadiah orang lain untuk dibagikan di malam natal dikarenakan hari itu Kai lupa membawakan hadiah natal untuk anaknya Johnny.

“Kai nanti malam kau tidur di kamar tamu!” desis Hanna yang membuat Kai membulatkan matanya tak terima. Belum membantah Hanna sudah memberikan tatapan tajam padanya yang membuat Kai mengurungkan niatnya protes. Percayalah kalau Hanna lebih serang setelah menjadi ibu dan Kai lebih seperti anak kecil yang takut pada ibunya jika Hanna marah. Sedangkan Johnny hanya menikmati pemandangan yang ia belum tahu sepenuhnya arti tatapan tajam ibunya dan saat ayahnya menunduk takut.

FIN

Last GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang