9.

31 4 0
                                    

Selama jaga tak ada satupun lagi yang bicara diantara mereka. Apa lagi yang membuat mereka diam selain rasa tegang. Mereka terus menerus melirik kanan kiri berharap tak ada ancaman yang datang. Mengandalkan penglihatan yang tak sesempurna ketika siang, mereka berdua berusaha melidungi teman-temannya apabila bahaya mengancam.

"Udah tengah malem deh kayaknya, gua mau buru-buru tidur nih udah ngantuk" Pinkkan berjalan kearah Windy dan Zahra untuk membangunkan mereka. Dheya hanya memperhatikan dari jauh karena ia masih ingin berjaga, entah kenapa ia merasa malam ini begitu dalam sampai ia tak rela jika harus meninggalkan sedetikpun malam ini.

"Gak istirahat? Pinkkan udah tidur tuh, lu tidur aja biar gua sama Zahra yang ganti jaga" Windy datang disusul dengan Zahra. Mereka memagang senjata masing-masing untuk berjaga. Bukannya tidur Dheya malah berdiri dan melakukan sedikit pemanasan entah untuk apa.

Windy dan Zahra saling tatap melihat kelakuan Dheya. Mereka bingung kenapa Dheya olahraga di gelapnya malam. Dheya kembali duduk dan menghela nafasnya yang belum beraturan. "Gua rasa besok akan jadi hari yang panjang. Jadi gua mau persiapin diri gua," ia menatap kedua temannya satu-persatu. ".. Gua bakal istirahat kok, tapi sebentar lagi. Gua masih mau menikmati indahnya malam"

Windy tertawa. "Dhey, malem gelap gulita begini dibilang indah" Zahra yang awalnya bingung malah ikut tertawa mendengar ucapan Windy. Dalam sekejap, Dheya menjadi bulan-bulanan mereka malam ini. "Lu pada liatnya dari posisi negatif sih, coba aja cari sisi positif malem ini. Pasti lu akan ngerasa kalau malem ini tuh indah" Dheya berusaha membela diri agar tak tambah di bully.

"Iya deh iya" canda Windy sambil tertawa besama Zahra. Dheya melihat mereka berdua dengan tatapan sinis. Ia kemudian menjauh dari Windy dan Zahra. Merebahkan tubuhnya di dinginnya tanah hutan, mencoba menutup mata untuk membiarkannya beristirahat. "Eh dia bener marah ya, gua gak ikutan sih Win," Zahra mencoba melirik kearah Dheya dengan hati-hati. "Ah, palingan cuma becanda dia. Kita kan juga becanda," Windy menggaruk-garuk tanah dengan ranting yang ia pegang.

Zahra menghela nafasnya dan ikut bermain tanah dengan Windy. Sekilas mereka terlihat seperti kurang bahagia dimasa kecil, mencoret-coretkan noda tanah ke muka temannya sambil sesekali tertawa, mencubit dan meledek satu sama lain, dan yang lebih parah mereka mengerjai teman-temannya yang sedang tidur. Tanah yang basah tercampur air hujan di oleskan ke muka temannya yang sedanh beristirahat. Sungguh hebat dua sejoli ini, dengan sejurus saja, wajah teman-teman mereka sudah tak ada yang bersih lagi. Mereka melakukan hi-5 diakhir pekerjaan mereka untuk melengkapi.

"Mereka pasti kaget pas bangun nanti" Zahra tertawa pelan, namun tawanya tersebut terdengat jahat. Windy mengangguk dan ikut tertawa hingga perutnya keram. "Udah dong, gua cape katawa mulu" Windy menutup mulutnya dan merenggangkan rahangnya. "Iya gua juga, ngantuk mau tidur lagi" Zahra bersandar dipundak Windy.

Rasa hangat langsung terjalar merata di tubuh keduanya. Nyaman dan tentram. Ditambah angin dingin malam, mereka terlihat semakin mengantuk.

"Kenapa malam ini gak ada bintang ya?" pertanyaan Windy menjadi penutup hari, karena setelah itu tak ada lagi yang mereka ingat selain mimpi mereka masing-masing.

Woman WarriorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang