15

29 7 8
                                    

"Pintu!!" Dheya berteriak membuat Zahra dan Dewi melompat kaget. Berduanya tanpa sadar berpelukan sesaat sesudah Dheya berteriak. Dheya mengalihkan pandangan kepada kedua tangannya dan tertawa geli melihat tingkah mereka beruda. Dewi yang sadar terlebih dahulu langsung mendorong Zahra agar terlepas dari pelukannya dan buru-buru menjaga jarak.

"Udah ah, cuma refleks kok jangan ngeledek gitu dong" Zahra menutup mulut Dheya dengan paksa, berharap tidak memancing teman-temannya datang.

Dewi yang tak menghiraukan pertengkaran kedua temannya tersebut, langsung berjalan kearah pintu yang dimaksud Dheya. Ia mengusap pintu dari kayu tua itu dengan perlahan. Usapannya terhenti pada kenop pintu yang sudah sedikit berkarat. Tanpa pikir panjang, ia memutar kenop pintu tersebut berharap bahwa pintunya tak dikunci. Untungnya apa yang ia harapkan terwujud, pintu itu terbuka dengan mudahnya. Pintu tersebut menampilkan ruangan gelap, Dewi sudah menduganya sebelumnya.

Dheya dan Zahra yang sudah selesai dengan pertengkarannya, berjalan beriringan ke tempat Dewi berada. "Dew jangan dibuka dulu pintunya, takut ada baha..." ucapan Dheya terhenti saat melihat pintu sudah terbuka lebat. ".. Ya" ucapannya dilanjutkan oleh Zahra yang sama tercengangnya. "Lo gila ya!" Dheya menarik tangan Dewi untuk menjauh dari pintu tersebut. Dewi terhuyung dan menabrak Zahra yang menyebabkan mereka berdua teesungkur. "Jangan kasar dong Dhey," Zahra mendorong tubuh Dewi menjauh darinya dan membersihkan noda-noda kotor dari pakaiannya.

"Ehh, gak sengaja. Lagi Dewi lemes banget deh ditarik gitu aja pake nabrak Zahra" Dheya membatu mereka berdua bangun sambil menahan tawa. "Gua kaget, lu narik tiba-tiba gitu" Dewi menyanggah.

"Udah-udah, nih jadi sekarang kita mau apa?" Zahra berdiri diantara Dewi dan Dheya agar tak jadi perang antara mereka. "Masuk," Dewi lagi-lagi mendahului Zahra dan Dheya masuk kedam ruangan tersebut. "Ehh, tunggu. Kita gak tau didalam ada bahaya apa" Dheya lagi-lagi menghentikan Dewi untuk masuk ke ruangan tersebut. "Gak tau kan ada bahaya apa di dalam? Makanya itu kita harus cari tau" Dewi kali ini mengajak Zahra yang sejak tadi ikut pernasaran dengan ruangan tersebut.

"Ehh kalian, tunggu. Nanti kalo ada apa-apa bahaya!" Dheya sedikit berteriak sambil gelagapan memandang kedua temannya yang mulai menghilang dibalik gelapnya ruangan yang ia takuti tersebut. Tak dapat berpikir jernih, Dheya ikut memasuki ruangan tersebut dengan sedikit terpaksa. Ia mengikuti lorong gelap sambil mengusap dindingnya sebagai tumpuan jalan. Namun gelap tersebut hanya sementara saat cahaya terang yang tiba-tiba membuat ia menyipitkan matanya. "Woow" mulutnya membulat saat melihat ruangan besar dengan 10 bantalan target berjajar dengan jarak teratur.

"Ini yang disebut ruangan latihan menembak kah?" Zahra mengaguminya sambil melihat-lihat barang yang tersedia disana. Barang di ruangan itu jauh lebih teratur dari barang di luar, ditambah dengan rak kaca yang tebal dengan beberapa tingkatan. "What? Panah?!" Dewi setengah berteriak saat menemukan barang yang ia temukan. Senyumnya mengembang lebar dan tanpa pikir panjang ia membuka rak kaca tersebut. Baju anti peluru, sarung tangan memanah, tas dengan berbagai anak panah yang berujung besi lancip dan bulu di sisi lainnya buru-buru ia kenakan. Tak lupa ia mengganti baju seragam lusuhnya dengan baju perang yang tersedia disana. Ia menghela nafas dan mengusap busur biru dongker dihadapannya sebelum benar-benar dikeluarkan dari rak kaca tersebut.

Ia buru-buru berlari ke arah kaca dan melihat pantulan dirinya dengan gagah di kaca tersebut. "Kenapa jadi keliatan kaya Katniss Everdeen ya?" ia tersenyum geli saat mengingat pahlawan super idolanya yang style-nya kurang lebih terlihat seperti dia saat ini.

"Woow, cool. Jadi yang lain senapan serbu lu sendiri panah gitu? Curang" Dheya dan Zahra menggoda Dewi saat ia melihat baju yang dikenakan Dewi. "Hehehe, panah lebih ribet dari senapan loh. Kalian kok belum prepare? Ganti baju kalian, disana ada baju kaya gini tapi tanpa rompi anti peluru. Kalau udah, panggil teman-teman yang lain terus kita latihan oke"

Zahra dan Dheya mengangguk. "Oke, gua rasa perang udah dimulai saat kita menembak salah satu dari mereka," gumam Zahra.

-----------------------

Hae hae author kambek. Gimana? Makin seru apa biasa aja? Jawab dong jan sider #plaqq

Btw di part ini td disebut Katniss Everdeen, so dia itu hero dari district 12. Kalian bisa nemuin dia di film The Hunger Games, kurang lbh gini nih penampakannya...

Nah kalo kurang jelas cari aja di mbah gugel ya (:

(katniss yg cewe loh, jan salpok ma yg cowonya!!)

Itu aja dr author, terimakasih banyak semua....

Woman WarriorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang