Seperti pagi yang biasanya, Cessa sarapan bersama Ayah. Gadis itu nampak sulit untuk berhenti memutar mata untuk mencari seseorang, memandangi seluruh isi rumah yang mungkin ia sudah hafal luar kepala.
"Cessa, makan yang benar! Saat ini bukan waktunya buat jadi detektif," ucap Ayah.
Cessa menoleh dan mengangguk salah tingkah, "Hah? Maaf."
Ayah tersenyum, "Kamu cari siapa?" tanya Ayah sambil mengerlingkan mata jenaka, "Xiumin?"
Cessa semakin salah tingkah, "Bukan! Cuma ada yang aneh, kayanya ada yang kurang!" teriaknya yang semakin menambah sesal setelahnya.
"Ya udah, kamu lanjutin makan," ucap Ayah menghentikan rasa debar di dada gadis itu.
Cessa semakin memanas. Ia malu setengah mati setelah menyadari bagaimana tingkahnya barusan. Ia kembali menoleh pada Ayahnya yang sibuk menyuap sarapan dengan tenang.
"Syukur atau tersungkur punya bapak peka," lirihnya.
Cessa kembali mengaduk sarapannya, tanpa berniat memasukkannya ke dalam mulut. Ia menatap gelas berisi es di atas meja. Ah, mendadak ia ingat pengawal pribadinya.
"Kak, ada kuliah pagi?" tanya adik Cessa, Resa.
"Iya,"
"Ikut duduk di dalem mobil boleh, kasian kak Xiumin kalau duduk berduaan di mobil sama kakak, nanti dia mencair,"
Cessa mengambil tasnya dan bangkit, sempat ingin menghajar adiknya bila saja ia tak ingat dimana ia berada.
Eh, ngomong-ngomong soal Xiumin, bagaimana dengan pekerjaan cowok itu?
"Yah, Xiumin nungguin aku sampai selesai kuliah?"
"Nggak, dia juga kuliah, sejurusan sama kamu. Mau Ayah bilang sama dia supaya duduk di samping kamu?" tanya Ayah datar.
Cessa mendadak gagu, sedangkan Resa semakin menggila dengan menatap sinis kakaknya yang menurutnya lebih punya waktu lebih dengan Xiumin.
"Hah? Yang bener aja Yah?"
"Udah deh nurut aja!"
Cessa mencari alasan untuk keluar dari ruang makan yang luknut ini. Sepintas ide muncul dikepalanya.
"Iya iya, Cessa mau berangkat, Xiumin mana Yah?"
"Tuh didepan. Cepet berangkat gih!"
"Ayok dek! Udah setengah tujuh tuh," Cessa mengajak adiknya dengan ogah-ogahan.
Resa menali sepatunya sambil menggigit roti. "Iya kak, bentar,"
Cessa dan Resa berpamitan kepada Mama dan Ayahnya, lalu bergegas keluar. Disana, dihalaman depan rumah tepatnya, Xiumin sudah siap dengan baju kasualnya dan tas punggung yang sudah tersampir. Xiumin menoleh ke arah Cessa, ia bergegas membuka pintu mobil untuk Cessa dan Resa.
"Gue duduk depan!" Ucap Cessa tanpa bantahan.Resa menunjuk wajahnya sendiri sambil menatap sinis kakaknya. "Terus Resa belakang gitu?"
"Iya, kali ini kamu harus ngalah!" Cessa masuk ke dalam mobil.
Resa hanya menganggukkan kepalanya. Mereka masuk ke mobil dan xiumin mulai melajukan mobilnya ke sekolah Resa.
"Makasih Kak Xiu, Resa masuk sekolah dulu ya. Bye!" Resa tersenyum manis lalu keluar dari mobil.
"Bye!"
Sekarang hanya ada Cessa dan Xiumin di dalam mobil. Sesekali Cessa melirik Xiumin yang fokus menyetir, entah kenapa saat ini Xiumin terlihat sangat tampan. Mungkin Cessa akan meleleh kalau ia memandangi Xiumin setiap hari.
"Nona, apa anda tidak mau turun? Kita sudah sampai,"
Cessa mengedipkan matanya berkali-kali. Ia melihat wajah Xiumin tepat didepannya, Xiumin memasang senyum tipis yang membuat wanita mana pun ingin mengantongi nya dan dibawa pulang kerumah untuk dijadikan suami 😅.
Cessa hanya bisa terpaku diam, Xiumin mendekatkan wajahnya ke wajah Cessa. Dan saat itu juga Cessa menahan nafas, ia lupa caranya bernafas. Cessa menutup matanya saking gugupnya. Ia merasakan sebuah hembusan nafas wajahnya lalu ada seseorang yang mengelus rambutnya. Matanya yang semula terpejam kini terbuka.
Xiumin menyeringai kecil, "Ngarep saya cium ya? Saya gak seberani itu untuk mencium majikan saya, tapi kalau Nona mau dengan senang hati saya melakukannya!"
Wajah Cessa memerah, ia segera keluar dari mobil dengan tergesa-gesa. Xiumin mengikutinya dari belakang. Cessa melirik Xiumin yang ada dibelakangnya. Lalu menarik tangannya agar berjalan disampingnya.
"Kalau jalan jangan dibelakang gue! Entar lo dikira penguntit lagi! Dan gue gak mau lo dideketin cewek lain sampai-sampai lo lupa apa tugas lo disini,"
"Saya tidak akan lupa dengan tugas saya. Tenang saja,"
"Btw, jangan terlalu formal kalo bicara sama gue! Gue risih!"
"Everything for you, but I can't,"
"Kenapa?"
"Karena Nona majikan saya dan saya bekerja untuk Nona,"
"Terserah deh!"
"Oke!"
Xiumin tersenyum kecil tetapi begitu imut dimata Cessa, hampir saja tangan Cessa khilaf mencubit pipi Xiumin yang seputih salju itu.
"Gak usah senyum!"
"Maaf?"
"Udah nurut aja!"
Cessa melirik tajam seorang cewek yang terlihat sangat mengagumi Xiumin. Ia tak suka dengan itu, entah karena apa. Sampai tiba-tiba ada seseorang yang menggenggam tangannya. Siapa lagi kalau bukan Xiumin? Hati Cessa menghangat, ia melupakan kekesalannya tadi. Kepala menoleh ke arah Xiumin dengan pipi yang memerah lagi.
Xiumin mendekatkan bibirnya ke telinga Cessa dan berbisik pelan dan hal itu membuat Cessa salah tingkah.
"Saya tau Nona tidak suka jika saya ditatap dengan perempuan lain. Maka dari itu saya menggenggam tangan Nona agar mereka tau, Xiumin adalah bodyguard Nona Princessa,"
See you next chapter!!! 😇
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bodyguard | Xiumin ✔
Fiksi Penggemar[Tamat] Ayahnya tiba-tiba memperkerjakan seorang bodyguard untuk Cessa tanpa gadis itu tahu untuk apa fungsi bodyguard itu karena menurutnya dia tidak membutuhkan orang yang mengikutinya kemana-mana. Bayangan bodyguard dengan wajah seram dengan tubu...