MB 8

1.2K 127 4
                                    

Semenjak malam itu (malam dimana Xiumin dijodohkankan dengan Cessa) Resa masih marah, dia belum bisa menerima kalau Cessa yang dipilih oleh ortu Xiumin bukan dirinya. Padahal seminggu lagi pertunangan Xiumin dan Cessa akan dilaksanakan, tetapi amarah Resa belum reda sedikit pun atau malah semakin besar.

Cessa sudah berusaha mengajak Resa untuk bicara baik-baik. Namun Resa justru menganggap ucapan kakaknya sebagai ejekan karena dia tak dipilih oleh keluarga Kim, akhirnya semburan kata-kata pedas meluncur mulus dari mulut Resa untuk Cessa. Cessa yang dasarnya tak bisa dikasari oleh orang terdekatnya hanya bisa diam tak membalas.

Seperti sekarang ini, pancaran kemarahan tergambar jelas di mata Resa. Walau pun tinggi Resa lebih pendek dari Cessa tak menyulutkan kobaran itu untuk mereda.

"Lo gak usah jelasin apa-apa ya Kak! Masih untung gue nganggep elo kakak setelah kejadian malam itu! Gue tau kok lo pingin injek-injek harga diri gue karena lo yang dipilih buat dinikahin sama Kak Xiumin, bukan gue! Lo gak tau sakitnya kak, jadi diem aja! Dari kecil elo yang disayang sama Ayah Mama dan gue selalu salah dimata mereka! Karena sifat lo yang kayak gini ini gue ngerasa mereka lebih sayang elo daripada gue! Mereka jarang marahin elo walau pun elo salah, gue yang salah sedikit aja pasti mereka marahin! Denger. Ya. Kak. GUE. BENCI. SAMA. ELO?!"

"Resa, lo kok ngomong gitu sih? Kitakan saudara, Ayah dan Mama gak mungkin ngasih kasih sayang yang beda sama kita. Kamu aja yang ngerasa kurang dan selalu nganggap gue remeh,"

"Cih, sok ngasih tau lo! Gue bilang gak usah sok tau ya! DIEM BANGSAT!"

Teriakan Resa yang berasal dari lantai atas menggema di seluruh penjuru rumah. Orangtua mereka yang mendengar itu langsung tergopoh-gopoh pergi ke lantai atas untuk mereda pertikaian itu.

Cessa menutup mulutnya tak percaya, ia tak percaya adiknya berkata sekasar ini terhadapnya. Selama mereka hidup berdampingan sebagai kakak beradik, Resa tak akan pernah mengumpat walau pun kemarahannya di ujung kepala. Ya memang benar kalau Cessa jarang dimarahi oleh kedua orangtuanya karena mereka tau keadaan Cessa dan sebelum ini Resa tak pernah mempermasalahkan itu, baru kali ini saja.

"Ada apa sayang? Kenapa Resa berteriak kencang sekali?" Tanya Mama sambil menatap Cessa.

Resa hanya tersenyum sinis melihat bagaimana perlakuan Mamanya terhadap Cessa. Kemarahan yang sempat akan reda mulai berkobar kembali, ia kira Mamanya akan bertanya kepadanya dan menjelaskan baik-baik seperti malam itu. Ternyata ekspetasinya salah. Salah besar ♨.

"Mama emang lebih sayang sama dia ya ketimbang Resa? Mama gak adil tau gak?" Ucap Resa sebelum masuk ke kamarnya dan menutup pintu kamar dengan keras.

BDUMM

Mama menggeleng pelan sambil mengelus dadanya. Mama mengelus bahu Cessa agar Cessa lebih tenang. Tak lama kemudian Ayah datqng dengan wajah panik dan bingung.

"Ada apa Ma? Kenapa Resa menutup pintu kencang sekali?"

"Kita bicarakan nanti setelah mereka berdua tenang Yah,"

"Princess, are you okey? Please rest in your bedroom, now. Tenanglah sayang, adikmu sedang marah. Dia akan kembali setelah amarahnya reda,"

"Tapi Ayah...,"

"Menurutlah apa kata Ayahmu sayang, biar Mama yang akan bicara dengan Resa. Kamu percaya dengan Mama kan?"

Cessa mengangguk pelan ketika disuruh ke kamarnya dia berjalan menuju kamarnya, Cessa melirik pintu kamar Resa yang berada disamping kamarnya.

❄❄❄

Cessa tak fokus dengan pelajaran hari ini, sebanyak apa pun dosen menjelaskan tak akan bisa masuk sepersen pun ke dalam otak Cessa. Pikiran Cessa masih tertinggal dirumah dan Xiumin merasakan itu. Dia hanya bisa menatap Cessa tanpa mau membuat Cessa tersadar dari lamunannya. Hingga akhirnya pelajaran di akhiri dan Cessa tersadar.

My Bodyguard | Xiumin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang