Xiumin mengeluarkan beberapa kantong belanjaan dari dalam bagasi mobil, Cessa juga membantunya.
"Kamu duluan saja,"
"Gak, lo juga harus masuk!"
Xiumin hanya bisa pasrah, ia mengikuti Cessa dari belakang. Cessa berhenti mendadak saat baru berjalan 2 langkah. Ia menoleh ke belakang dan menatap Xiumin tajam.
"Kan udah gue bilang beberapa kali, kalo jalan tuh disamping gue. Bukannya dibelakang! Lo pinter-pinter rada nggak ngeh juga ya?"
Xiumin hanya tersenyum kecil lalu berjalan disamping Cessa, mereka berdua langsung masuk kedalam rumah. Disana ada Ayah dan Mama yang menunggunya.
"Ya ampun Cessa, kasihan Xiu lho! Masa kamu suruh bawa belanjaan sebanyak itu?"
Cessa hanya meringis pelan dan menggaruk kepalanya, "Cessa khilaf Ma, maaf!"
"Xiu, taruh belanjaan itu dikamar Cessa. Sedikit-dikit aja dulu, nanti diulangi lagi,"
"Iya Bu,"
Xiumin membawa setengah dari jumlah belanjaan Cessa karena merasa tak enak, Cessa membantunya membawa sisanya.
"Sini-sini, ini tuh tugas saya. Kamu gak usah bantu," Omel Xiumin kepada Cessa.
"Gue gak enak sama elo, ya kali gue majikan nggak berperasaan!"
"Ya sudah, saya mau turun dulu,"
Cessa mencegah Xiumin untuk melangkah keluar kamarnya dengan memegang tangannya.
"Entar gue buatin minuman buat elo, gue tau elo capek. Mau apa? Gue buatin, mumpung baik nih gue,"
"Apa pun asal buatan kamu saya minum. Kamu kasih sianida pun bakal saya minum sampai habis,"
Cessa agak tersipu, "Gue gak sejahat itu kali. Xiu mah aneh. Ya kali gue ngeracunin elo, terus yang jaga gue siapa dong?"
"Bodyguard barulah!"
"Tapi gak bisa kayak lo, yang bisa nyesuain diri saat gue butuh. Udah sana! Katanya mau turun! Hush hush," Cessa mendorong tubuh Xiumin sampai keluar kamarnya.
Dia menutup pintu kamarnya dan menekan dadanya. Semburat merah yang dari tadi ia tahan, akhirnya muncul bak blush on di pipinya.
"Cuma elo yang buat gue kayak gini,"
❄❄❄
Diluar kamar Cessa, Xiumin masih berdiri ditempatnya belum melangkah menuju turun seperti yang ia katakan kepada Cessa. Dia tersenyum simpul lalu tangannya bergerak menyisir rambutnya ke belakang.
"Sebentar lagi, tunggu saja,"
❄❄❄
Cessa membaringkan tubuhnya diatas kasur, matanya menatap langit-langit kamarnya yang berwarna hijau.
"Ini apaan sih?"
Cessa mengambil bantal yang berada disamping kepalanya lalu memeluknya erat.
"Kenapa harus elo sih? Sebel gue jadinya,"
Dia menggigit bantal itu lalu melemparkannya dengan asal. Tangan dan kakinya meninju udara demi menyalurkan rasa kesalnya.
"Xiumin, what are you doing with me? I hate you, but I can't. Huaaaaaa, Mamaaaaa! Cessa gak tau mesti ngapangin,"
Tok tok tok
Cessa menoleh ke pintu kamarnya yang diketuk seseorang dari luar. Ia mendudukkan dirinya dikasur tanpa berniat untuk membuka pintu itu.
"Masuk aja nggak dikunci!"
Cklek
Xiumin masuk ke kamar Cessa dengan tanpa dosanya. Ia duduk ditas kasur Cessa. Cessa menatap Xiumin dengan aneh karena wajah Xiumin yang merengut dan suram.
"Kenapa?"
"Boleh nggak?"
"Boleh apa? Yang jelas,"
"Bilang boleh, saya ingin kamu bilang boleh,"
Cessa mengernyitkan dahi, "boleh,"
"Makasih," Xiumin langsung memeluk Cessa dengan erat.
Cessa tersentak kaget hingga jantungnya berpacu dengan cepat. Hatinya tergelitik dengan rasa aneh yang baru ia rasakan. Senang dan kaget menjadi satu, Cessa tak bisa menahan senyumnya entah karena apa. Tangannya terulur untuk membalas pelukan Xiumin. Entah keberanian dari mana itu sampai bisa terjadi.
Xiumin mengelus rambut Cessa pelan, didekatkannya bibirnya ke telinga Cessa, "Apa pun yang terjadi percayalah kepada saya, percayalah apa yang saya katakan. Jika ada seseorang yang menjelekkan saya didepanmu, hiraukan saja dan cepat pergi. Sekali lagi percayalah!"
Cessa menganggukkan kepalanya pelan, "I believe you,"
Xiumin melepaskan pelukannya dan menangkup pipi Cessa dengan kedua tangannya. Didekatkan wajahnya dengan wajah Cessa, dan sekarang jaraknya tinggal sedikit saja.
"Kamu akan tau sebuah kebenaran sebentar lagi, tolong percaya pada saya. Jangan langgar itu, apa kamu mau berjanji?"
"Aku janji,"
Xiumin tersenyum lebar dan menjauhkan wajahnya. Tangannya yang masih bertengger manis di kedua pipi Cessa perlahan mulai bergerak mengelus pipi cessa pelan.
"Sebenarnya hubungan kita ini apa?"
"Sebuah hubungan tanpa nama yang membuat kita nyaman,"
"Maksudnya?"
"Kita tidak pacaran atau menjalin suatu hubungan, tetapi kita nyaman satu sama lain. Saya tidak ingin hal semacam pacaran atau lainnya karena saya tidak mau kamu menjadi mantan atau pun mengucapkan kata putus yang sangat keramat itu. Tetap seperti ini saja!"
"Dan aku tidak mengerti maksudmu Xiu! Berbicaralah dengan jelas! Jangan terbelit-belit,"
"Sejak kapan kamu mengganti lo gue dengan aku kamu?"
"Sejak kamu bilang kita tak punya hubungan tetapi kita saling nyaman. Lagi pula sebenarnya aku risih saat kamu berbicara formal sementara aku memakai bahasa sehari-hari. Sangat tidak lucu,"
"Terserah!"
"Xiu, bisakah kita berpelukan lagi? Rasanya sangat nyaman dipeluk olehmu!" Dengan tanpa polosnya Cessa meminta itu dan membuat Xiumin gemas.
"Tentu saja boleh, peluk saya sepuas hatimu!"
Cessa langsung saja memeluk Xiumin sangat erat. Wajahnya bersembunyi di dada Xiumin, bibirnya bergumam pelan tetapi Xiu masih bisa mendengarnya.
"Aku menyayangimu,"
"Aku juga menyayangimu, Princessa,"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bodyguard | Xiumin ✔
Fanfiction[Tamat] Ayahnya tiba-tiba memperkerjakan seorang bodyguard untuk Cessa tanpa gadis itu tahu untuk apa fungsi bodyguard itu karena menurutnya dia tidak membutuhkan orang yang mengikutinya kemana-mana. Bayangan bodyguard dengan wajah seram dengan tubu...