Mungkin banyak yang bertanya-tanya bagaimana gue bisa jatuh cinta sama Vanessha. Tentunya bukan hanya karna dia cantik dia juga baik, sangat baik. Makanya gue juga agak heran kenapa tipe dia itu cowok bad boy.
Tapi karena Vanessha yang minta, gue akan tetap melakukan itu. Gue mulai melakukan perubahan dari penampilan. Baju yang biasa gue masukin sekarang gue keluarin, celana juga udah gue cutbray, gue gak pake dasi, kancing paling atas gue buka, biar keliatan macho.
Gue udah gak pake kacamata, gue beli soft lens kemarin. Dan ternyata, gue baru tau kalau make soft lens itu butuh perjuangan yang luar biasa.
Setelah 2 jam gue baru bisa pasang, itu juga harus dibantu sama kakak gue yang kedua.
Gue jadi salut sama cewek yang tiap hari pake soft lens.
Dan rambut yang biasa gue sisir ke belakang sekarang gue tarik pake jambul.
Hahaha! Ternyata gue ganteng banget kalau begini, gue yakin Vanessha pasti klepek-klepek sama gue.
Nyokap sama bokap gue pun terheran-heran ada apa dengan gue. Bokap sampe muji gue katanya gue lebih macho kalau begini. Sepertinya ortu gue merestui gue untuk menjadi bad boy.
Tetangga-tetangga sampe melongo ketika melihat gue. Yang tadinya cuek-cuek aja pas gue lewat. Eh, sekarang mendadak nyapa gue.
Ibu-ibu sampe tukang sayur memandang kagum ke arah gue bahkan tak segan berkata bahwa gue ini ganteng. Gue hanya menanggapinya dengan senyuman miring.
Alhamdulillah, gue bersyukur banyak yang mendukung gue untuk menjadi bad boy.
Dan langkah kedua yang gue lakuin adalah datang terlambat.
Gue nyuruh Mario sama Furqon untuk janjian di warung kopi karna jam masih menunjukan pukul 06.30 gak ada bad boy yang datang pagi-pagi, kan?
Gue juga udah nyuruh mereka buat merubah penampilan yang sama persis kayak gue. Tanpa menunggu lama datanglah dua orang cowok dengan penampilan yang amat berantakan. Gue tersenyum melihatnya.
Gue, Mario, dan Furqon Saling ber-tos ria ala-ala bad boy yang ketemu gengnya. Gue jadi seneng punya temen kayak mereka, ternyata hasil gue research dari gogle untuk menjadi bad boy gak sia-sia.
Mario yang pada dasarnya memang ganteng kini menjadi lebih keren dengan gayanya yang sekarang. Furqon yang mempunyai wajah pas-pasan menjadi agak macho.
Gue Bangga akhirnya.
Gue berhasil mendidik mereka menjadi bad boy.
Gue, Furqon, dan Mario tertawa bahagia melihat penampilan kita saat ini. Kami yakin setelah ini pasti hidup kita akan berubah dan jauh lebih baik.
Kami pun memutuskan untuk nongkrong di warung kopi. Sambil minum kopi dan merokok. Ya, untuk pertama kalinya gue dan temen-temen gue ngerokok.
Mario masih terbatuk-batuk, tak apa dia masih amatir kalau rajin berlatih pasti bisa jadi pro. Gue juga masih menghisap asapnya perlahan-lahan. Tapi, gue bangga sama Furqon ia terlihat sudah ahli walau ini pertama kali dalam hidupnya.
Kami tertawa bahagia kenakalan pertama kita pagi ini.
Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 07.15 saatnya kita berangkat ke sekolah dengan wajah baru.
Kami memutuskan untuk naik angkot, walaupun Mario orang kaya tapi ia tak gengsi untuk naik angkot.Tapi, tak ada bad boy yang duduk manis di dalam angkot.
Kami bertiga bergelantungan ketika menaiki angkot padahal di dalam masih kosong. Walaupun harus berpengangan erat, dan agak kesempitan karna kecilnya pe-gelantung(?) angkot juga badan kami, tetapi kami tetap menikmati angin yang berhembus akibat laju kencangnya angkot.
Untuk seketika gue merasa seperti lelaki sejati, walau dalam hati gue takut jatoh.
Akhirnya kami sampai di sekolah, dan sudah disambut oleh tatapan terkejut oleh bu Sri guru BK TKR. Kami hanya tersenyum melihatnya setelah satpam yang terpesona sepertinya bu Sri kali ini ikut terpesona.
“Ma..ma..rio? Fur..qon? kalian? Kenapa kalian telat?!” wajahnya yang tadi melongo sekarang berubah menjadi menatap horor ke arah kami.
Sebenarnya agak menakutkan tetapi kami tetap tersenyum.
“Hehehe, pagi bu.” Gue mencoba menyapa ramah bu Sri guru janda dengan anak tiga itu.
“Siapa kamu? Mana Doni? Biasanya kalian selalu bertiga.”
“Saya Doni, bu. Gimana? Saya ganteng, kan?”
“Hah?” lagi, bu Sri melongo sepertinya ia pangling dengan perubahan penampilan gue saat ini.
“Terus kenapa kalian telat?! Kalian tidak tau sekarang jam berapa? Dan kenapa pakaian kalian berantakan seperti ini?! Sudah jelas peraturan sekolah baju wajib dimasukan.”
Gue, Furqon, dan Mario hanya tersenyum mendengarnya. Meskipun sedikit terganggu karna air hujan dari bu Sri kami tetap senang, Karna inilah yang kita tunggu-tunggu.
“Baiklah, sekarang.”
Ya, sebentar lagi kata-kata keramat akan terluncur.
“Hormat ke tiang bendera sampai jam pertama selesai!”
Wuuuuuuuuuuuu!
Kami bertiga berteriak kegirangan langkah kedua menjadi bad boy berhasil.
“Baik, bu. Dengan senang hati kami lakasanakan.” Ucap Mario dengan wajah sumringahnya.
“Iya, terimakasih ya, bu. Ibu memang guru paling baik sepanjang masa.”
“Kalau gitu kami jalanin hukuman dulu ya bu.”
Kami bertigapun kabur ke arah lapangan untuk menjalani hukuman pertama kami. Meninggalkan bu Sri yang mematung.
Ahhh, gue gak bisa ngejelasin betapa bahagianya gue hari ini. Gue dan temen-temen gue sudah berbaris rapi menghadap sang saka merah-putih. Obet and the gang juga ada disini. Mereka udah gak perlu ditanya lagi memang sudah kebiasaan mereka.
Obet and the gang menatap aneh ke arah kami. Tapi gue gak perduli gue tetap menjalani hukuman dengan senang hati.
Dan lagi-lagi kebahagian gue bertambah hari ini. Bersamaan dengan masa hukuman yang gue jalani, anak kelas dari 11 Broadcasting 1 ikut olahraga di lapangan yang sama.
Kelasnya Vanessha.
Para cewek-cewek dari BRC 1 teriak histeris ke arah kami. Lagi-lagi pasti mereka terpesona dengan penampilan bad boy.
Tetapi di tengah kerumunan manusia, gue mencari-cari keberadaan Vanessha. Ah, itu dia! Vanessha tersenyum kagum ke arah gue. Sudah pasti dia seneng atas perubahan gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue is Bad Boy
HumorPernah kah kamu mendengar cerita tentang bad boy yang berubah menjadi good boy untuk orang yang disayanginya? Tetapi bagaimana jika seorang good boy yang rela menjadi bad boy untuk orang yang disayanginya? Doni Irawan, seorang good boy yang konon wa...