8. Gang Rantang

116 10 0
                                    

Malam terasa indah, bertaburnya bintang-bintang dilangit. Seakan-akan memberitahu bahwa malam ini lah yang paling megah. Tak ada keindahan yang lebih sempurna dibanding dengan malam minggu yang ditemani ratusan bintang. Sabit pun ikut menghadiri seperti menertawakan do’a para jomblo yang tidak terkabul malam ini.

Tiga orang pemuda yang masih jomblo ini sedang melintasi kawasan Jl. Parakan Jati. Dengan motor seadanya, hanya satu, dinaiki tiga orang sekaligus pula. konon, posisi ini sering disebut boti atau lebih tepatnya bonceng tiga.

Gue sebagai driver yaitu posisi paling depan yang bertugas menjadi kapten. Mario sebagai behinder yakni posisi paling belakang yang tugasnya melambaikan tangan-ketika kita ingin berbelok atau ada kendaraan yang ingin nyalip.

Kenapa harus melambaikan tangan padahal ada lampu send? Itu kalau motor normal. Sedangkan motor yang gue pake ini adalah motor butut genetik dari bapak gue. Yang termometernya aja udah gak ada.

Sedangkan Furqon, ia harus menerima keadaan dari gencetan depan dan belakang karna posisinya yang ada di tengah-tengah yakni sebagai middler. Percis banget kayak curut yang kejepit ketek sumo.

Tak apa, dengan kendaraan yang apa adanya setidaknya kami bisa ke lokasi tujuan dengan aman dan selamat.

“Eh, micin! Munduran kek! Gue duduk Cuma pantat doang yang nyangkut nih!” Protes gue. Ya, berkendara motor dengan cara boti ini memang agak merepotkan. Mario sepertinya memakan banyak tempat yang membuat gue berada di ujung tanduk seperti ini.

“Tau nih! Si Micin pantat lo gede amat si! Makan tempat aja!” Ikut Furqon memprotesi Mario.

“Het, dah! Gue mulu yang disalahin, pantat gue juga udah di ujung nih! Si Furqon noh yang makan tempat!” Jawab Mario yang tidak diterima dan menyalahkan Furqon.

“Nyalahin gue lagi! Pantat lo noh yang terlalu montok! Makanya kalau tumbuh itu ke atas bukan ke pantat! Hahaha!” Ejek Furqon. Maklum, bokong Mario memang lumayan besar untuk ukuran cowok. Makanya, terkadang ia jadi bahan bullyan karna bokong montoknya. Terkadang kalau sedang kesal kita lebih senang melampiaskannya ke bokong Mario. Karna teksturnya yang kenyal dan berisi sangat cocok dijadikan objek gaplokan.

“Suek, lo Qon!” Umpat Mario sambil menyuntrung kepala Furqon.
“Et, dah!  Main tempeleng aja, nih pala! Gini-gini juga kepala gue udah di fitrahin!” Protes Furqon. 

“Het, dah lo berdua ribut aja! Ganggu konsentrasi gue nyetir, tau gak?!” ucap gue sedikit berteriak.

Tiba-tiba, gue dikagetkan oleh segerombolan orang memakai penutup muka. Mereka dengan motor berisiknya mencegat motor kami. Sontak membuat gue buru-buru menginjak rem dengan mendadak. TIINNNNN!! Suara klakson motor gue berbunyi, berbarengan dengan kaki gue yang menginjak rem.
Membuat Mario dan Furqon ikut terlonjak ke depan, akibat gue yang nge-rem mendadak.

“Ada apa lagi, sih, Don?!” Ucap Furqon yang sepertinya ikut terkejut juga. Gue hanya diam menatap segerombolan orang yang saat ini mengepung kami. Susana malam ini bisa dibilang menegangkan, orang-orang itu membawa senjata tumpul ada yang membawa ,stik golf, pemukul baseball,  gue jadi heran mereka ini perampok atau atlet nasional?

“Me..mereka siapa, Don?” gue hanya menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan dari bule micin yang mulai ketakutan. Karna gue juga pun gak kenal siapa mereka dan mau apa mereka mencegat kami.

“Turun lo semua!” Teriak salah satu dari mereka yang mempunyai badan paling besar. Yang membuat gue terkejut adalah orang itu membawa golok. Mungkin ia adalah satu-satunya orang yang menerima jasa sembelih kambing diantara mereka semua yang atlet nasional. Karna tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan gue, Furqon, dan Mario pun mengikuti perintah mereka.

Gue is Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang