6. Obet and The Gang

114 10 0
                                    

Muncul banyak pertanyaan di otak gue.

Ngapain si Obet kesini? Apa jangan-jangan dia mau malak? Ah, gue gak punya duit. Atau dia mau nyunatin kita satu persatu? Seperti yang pernah dikatakan oleh Furqon.

Atau jangan-jangan mereka mau bikin boy band? Dari bad boy sangar beralih menjadi boy band gemes kayak oppa-oppa korea? Ah, mana mungkin!

Tapi, entah mengapa hati kecil gue mengatakan bahwa mereka adalah pencerah. Gak mungkin! Mereka itu bukan ulama! Meraka adalah trobel maker, pentolan anak TKR yang ditakutin satu sekolah.

“Wah, ada tiga kecebong disini.” Itu suara si Obet orang yang sangat gue waspadai di sekolah. Suaranya memang menakutkan membuat siapa saja pasti akan tunduk. Walau hanya mendengar satu kata saja darinya.

Furqon melihat gue dengan muka pucat dan tatapan yang seperti mengatakan “Gue takut, lo aja yang ngomong!” Ya, gue tau Furqon emang takut banget sama Obet. Sedangkan Mario, ia sudah terlihat pasrah. Seperti semuanya bergantung sama gue.

Sambil menelan ludah, gue jawab dengan keberanian yang luar biasa. “Lo sendiri ngapain disini?” Sungguh, gue spontan ngomong gitu aja. Entahlah abis ini nasib gue kayak gimana.

Tapi, tanpa gue duga mereka semua malah tertawa. Bukan terlihat lucu justru malah semakin menyeramkan. Obet mendekat ke arah gue. Waduh, gue mau diapain, nih? Badan gue gemetar hebat, tangan gue dingin. Gue memejamkan mata sudah pasrah kalau sebentar lagi bakal ada memar di pipi gue.

Lo tau? Ini seperti menjatuhkan harga diri gue sendiri sebagai lelaki. Mengapa gue harus setakut ini? Kenapa tangan gue harus gemeter? Kenapa?! Kenapa?! Ingin rasanya gue melawan, tapi gue gak punya keberanian untuk itu.

Hey! Gue ini lelaki! Gue ini bad boy! Gue adalah calon pacarnya Vanessha! Vanessha pasti malu kalau punya cowok cemen kayak gue. Ya, gue harus lawan Obet.

Gue udah mempersiapkan ancang-ancang untuk melawan Obet. Tapi, kemudian gue terbingung Obet malah ngeliat ke arah belakang gue. Ternyata dia Cuma mau ngeliat coretan yang tadi gue, Furqon, dan Mario buat.

“Mau jadi bad boy, ya?” Ucapnya dengan nada meledek “Buat dapetin Vanessha? Hahaha!” Gue hanya bisa diam saat dia ngomong gitu. Karna gue juga bingung mau berbuat apa.

“Woy, tiga kecebong pengen jadi bad boy, ketawain jangan?” Teriaknya ke arah pasukannya. Lalu, disahut tawa yang menggelegar terdengar seperti mengejek.

Gue jadi emosi, kata-kata halus tapi menyakitkan dari mulut Obet bener-bener melecehkan harga diri gue. Belum lagi mereka memanggil kami dengan julukan “tiga kecebong” membuat seakan-akan kami adalah lelaki paling payah di dunia ini.

Gue gak perduli mau dia pentolan, jagoan neon atau personil boy band sekalipun. “Emang kenapa kalau kita mau jadi bad boy? Masalah buat, lo?!” ucap gue dengan penuh menantang. Seperti, sudah bosan hidup untuk hari esok.

Obet menatap tajam ke arah gue, dengan rasa berani yang gue punya gue balas lagi lebih tajam. Tetapi, kemudian mata itu malah menatap bingung. Mungkin ia bingung mengapa sekarang si kacung Doni udah bisa ngelawan.

Obet tersenyum sinis sambil berkata, “Udah berani sekarang lo ngelawan gue?” Nadanya terdengar pelan tapi ampuh untuk membuat gue ciut saat itu juga. “Guys, tunjukin mana bad boy yang sebenarnya!” Teriaknya berkomando.

Sontak semua prajuritnya Obet yang berjumlah delapan orang maju. Mengikuti arahan Obet.Masing-masing sudah membawa sebotol cat pilok. Gue terkejut apa yang selanjutnya mereka lakukan.

Mereka menyemprotkan pilok tersebut ke karya kami yang sudah kami buat semaksimal mungkin. Warnanya macam-macam ada merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu kalau disingkat jadi mejikuhibiniu. Mereka menggambar beraneka ragam ada yang hanya coretan silang saja, gambar tengkorak, gambar love, Dea, kayaknya itu nama pacarnya, bahkan ada juga yang menggambar alat kelamin pria!

Gue is Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang