“Kok bisa ketahuan, sih, mang?!”
“Mamang juga gak tau, den. Habisnya di introgasi!”
Gue mengacak-acak rambut dengan frustasi.
“Arrghh! Terus gue harus bilang apa sama bapak?!”
“Kalau Mamang kasih saran mending, aden, jujur aja! Mamang yakin pasti bapak bakal ngerti.” Mang Usep berbicara dengan wajah polos.
“Ngomong gampang! Ngelakuinnya susah!”
“Mamang juga bingung, den, harus gimana.”
“Apaan, sih, lo, dan, den, dan, den! Nama gue bukan Deden!”
“Kan sama anak majikan. Harus sopan, kan, den?”
“BODO AMAT!”
Gue bener-bener kesal, rasanya gue ingin mengacak-acak isi bumi saat ini. Mang Usep yang gue percaya ternyata tidak dapat diandalkan. Ia tidak dapat berlakon dengan baik sehingga membuat Bu Sri yang teliti dapat dengan mudah mencurigainya. Mungkin bukan 100% salah Mang Usep, gue baru ingat kalau bokap gue itu terkenal di kota Bogor ini. Jadi sehebat apapun aktingnya pasti akan ketauan juga. Terlebih lagi Mang Usep malah memperkenalkan nama aslinya. Bukan nama Pak Budi—nama bapak gue.
Lagian sejak kapan nama bapak gue Usep?!
“Yaudah sini Mang. Mana balikin duitnya!” Gue meminta uang yang kemarin gue kasih ke Mang Usep.
“Lah? Kok dibalikin? Gak bisa gitu dong!” Protesnya.
“Tugas lo aja kagak bener! Masa lo mau makan enaknya aja! Rugi bandar gue!”
“Nanti saya ongkos gimana, den?”
“Bodo amat! Nebeng aja sono lo sama mobil ambulance!”
“Emangnya boleh, den?”
“Boleh, palingan nanti lo malah dianterin ke rumah duka!”
“Yah, jangan, dong, den!”
“Mana sini balikin?!” Gue mengadahkan tangan.
Dengan rasa tak ikhlas Mamang mengembalikan uang sebesar lima puluh ribu rupiah kepada gue.
“Kok Cuma gocap?! Kan, kemaren, gue ngasihnya cepek!”
“Kemaren dipake buat nyawer biduan.”
“Suek lo Mang! Udah sana lo pergi!”
Sudah muak melihat muka Mang Usep. Gue mengibaskan tangan, menyuruh Mang Usep untuk lekas pergi dihadapan gue.
Dengan perasaan dongkol lelaki kurus itu melangkahkan kakinya keluar gerbang SMK Kayangan Terpadu.
----O0O----
Kaki ini berpijak masih dengan perasaan kesal menggerakan tungkai-tungkai menghampiri para anggota BBOK di warung Bang Jamal. Warung itu adalah warung kecil-kecilan yang berada beberapa meter di dekat Kayangan. Berada di bawah pohon beringin yang sejuk, sangat nyaman untuk ditongkrongi. Sebelum kami berangkat wara-wiri, BBOK akan kumpul dahulu di warung Bang Jamal, lalu menjelang sore tiba kami akan meluncur ke markas—Gang Rantang.
Disana sudah ada sekitar 13 orang bersamaan dengan 7 motor yang berjejer rapi di sampingnya. Obet, Furqon, Mario juga terlihat disana.
“Lecek amat muka lu, Don?!” Timor bertanya kepada gue, tapi gue hiraukan, sedang tidak ingin berbincang banyak hari ini.
“Rokok mana rokok!” Gue membentak kesal, Furqon langsung memberikan gue sebatang rokok mild—kesukaan gue. Membakar ujung tembakau itu, bara api langsung terlihat. Segera gue isap kuat-kuat lalu mengeluarkannya secara perlahan melalui mulut dan hidung.
BTW, sekarang gue udah ahli dalam hal merokok—gak batuk-batuk lagi. Setelah belajar keras melalui tutorial di youtube.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue is Bad Boy
HumorPernah kah kamu mendengar cerita tentang bad boy yang berubah menjadi good boy untuk orang yang disayanginya? Tetapi bagaimana jika seorang good boy yang rela menjadi bad boy untuk orang yang disayanginya? Doni Irawan, seorang good boy yang konon wa...