4.

2.1K 306 10
                                    

•four; first•

Semester tiga merupakan sebuah pencapaian besar dalam hidup Saerin. Ia bisa naik semester dengan IP yang lumayan tinggi, 3,89. Lalu, ia bertemu dengan cintanya.

Saat itu, Saerin tengah menunggu Chayoung di halte depan kampus. Cuaca sangat dingin, bahkan suhu mencapai -2 derajat celcius. Saerin merapatkan mantel musim dinginnya dan memeluk dirinya sendiri dengan erat.

Matanya tidak berhenti menatap lalu-lalang jalan raya yang tidak pernah sepi. Meskipun dingin, orang-orang tetap melaksanakan aktivitas mereka seperti sedia kala.

"Wah, ini dingin sekali," gumam Saerin. Kepulan asap yang dihasilkan oleh mulutnya telah menjadi satu di udara.

Tiba-tiba, sebuah bus berhenti tepat didepan halte. Saerin mengernyit, karena tidak biasanya bus berhenti pada halte yang sudah tidak digunakan lagi. Kemudian, pintu bus terbuka dan seorang laki-laki tinggi turun dari bus.

Setelah bus berjalan, laki-laki tersebut sedikit mengacak rambut coklatnya dan menurunkan masker wajahnya. Senyumnya merekah melihat Saerin. Saerin pun membalas tersenyum tipis.

"Oh, aku kira halte ini tidak ada orangnya. Untuk apa kau duduk di halte saat ini? Bukankah suhu sangat dingin disini?" Laki-laki tersebut mendudukan dirinya di samping Saerin. Matanya menatap teduh Saerin.

Saerin menolehkan kepalanya kepada Hoseok--nama lelaki tersebut, "Ah ya, aku sedang menunggu temanku. Lalu kau sendiri?"

"Sebelum aku menjawab pertanyaan darimu, mari kita berkenalan terlebih dahulu. Namaku Hoseok." Hoseok mengulurkan tangannya. Awalnya Saerin ragu, namun ia sudah bertekad. Hoseok hanya ingin berkenalan dan tidak lebih, begitu pikirnya.

Saerin membalas uluran tangan Hoseok, "Hai, namaku Saerin. Senang berkenalan denganmu."

Hoseok kembali tersenyum. Ketika tersenyum, pipinya membuat mata Hoseok sedikit menyipit. Saerin menyukai hal itu. Wajah Hoseok menunjukkan raut wajah yang ceria, seperti tidak pernah ada kesedihan disana.

"Aku baru saja pulang dari kampus, namun entah mengapa, aku ingin berhenti disini. Jadi, ini alasannya ya mengapa hatiku menyuruhku berhenti disini." Hoseok menatap dalam ke arah mata Saerin. Seketika, Saerin seperti terhipnotis dan menunjukkan senyum manisnya.

Hoseok sedikit terkekeh melihat Saerin yang tersenyum dengan cantik, "Hei, aku suka senyummu. Teruslah tersenyum seperti itu, ya? Meskipun nanti ada yang menyakitimu, tetaplah tersenyum. Kau cantik, Saerin."

Saerin mengangguk sembari tersenyum, "Tentu saja, suatu kehormatan untukku, Hoseok -ssi. Kalau begitu, aku pergi dahulu. Sepertinya, aku butuh ke kamar kecil. Sampai bertemu di lain waktu, Hoseok -ssi."

Saerin berdiri dari duduknya, bibirnya masih melengkung dengan indahnya. Hoseok tersenyum, entahlah Hoseok terus saja tersenyum setelah ia bertemu dengan Saerin. Dadanya bergemuruh hebat dikala Saerin mengacak rambut coklat Hoseok.

Sebelum Saerin pergi melangkahkan kakinya, Hoseok mencengkal pergelangan tangannya, "Bukankah lebih baik jika kita bertukar nomor ponsel, Saerin -ssi?" Bibirnya tersenyum lebar ke arah Saerin. Tanpa berbasa-basi, Saerin mengangguk dan memberikan ponsel tipisnya kepada Hoseok.

"Simpan nomormu, biar nanti aku hubungi kau terlebih dahulu," suruh Saerin seraya menatap lekat-lekat rambut coklat Hoseok yang terbang meliuk-liuk mengikuti arah angin yang dingin.

Hoseok mengerling jahil ke arah Saerin, "Ooohh, kau cukup agresif, eh?"

Beruntung saja suhu sedang dingin yang mengakibatkan tangan Saerin merasa kaku, kalau saja suhu sedang hangat, bisa saja tangan Saerin sudah berada pada kening Hoseok.

Iya, Saerin akan menyentil kening Hoseok dengan keras.

Saerin mendengus dan mengundang Hoseok untuk tertawa, "Terserah kau sajalah."

•four; first•

jangan bingung ya, sebenernya saerin itu udah semester lima gitu.
ini flashbacknya. pas dia ketemu sama hoseok :'v

Sunshine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang