17.

1.2K 193 28
                                    

•seventeen; over? maybe not yet•

Sinar matahari pada pukul sembilan pagi menjadi teman Saerin kali ini. Oh ya, jangan lupakan seorang Jae yang sekarang tengah berada di sebelah Saerin. Tangannya menggenggam erat tangan Saerin, seperti seorang ayah yang tengah menggenggam tangan putri kecilnya.

Seandainya saja Saerin tahu kalau Jae sebaik ini, mungkin sedari dulu ia dan Jae bisa dekat. Mungkin saja Jae menjadi kekasihnya 'kan? Namun yah, takdir sudah diatur oleh Yang Diatas, jadi Saerin menerimanya saja.

Pagi-pagi sekali, kira-kira pukul tujuh, Jae sudah sampai di rumah Saerin. Seungwan yang menyuruh Jae untuk membangunkan Saerin, setelah itu memerintahkan untuk segera turun untuk sarapan. Jae mengangguk saja dan membangunkan Saerin dengan cara menjepit hidung Saerin.

Mau tidak mau 'kan Saerin terbangun dari tidurnya. Ia menatap sinis Jae dan menyuruhnya keluar. Jae hanya terkekeh pelan, menepuk puncak kepala Saerin beberapa kali sebelum keluar dari kamar.

Selagi menunggu Saerin turun, Jae sudah bercerita kepada Seungawan, kalau hari ini mereka akan bertemu dengan Hoseok. Jelas saja Seungwan setuju, ia juga menitipkan kepada Jae untuk meninju Hoseok sekali saja. Jae tertawa sebelum ia mengiyakan apa kata Seungwan.

"Rin-ie, sepertinya sangat bagus untuk makan es krim saat ini, kau mau? Kalau mau, aku belikan untukmu," tawar Jae sembari menolehkan kepalanya ke arah kanan dan kiri, bermaksud mencari kedai es krim terdekat.

Saerin tampak berpikir, "Hmm, nanti saja. Lagipula aku habis memakan panekuk dengan simple syrup tadi. Kau mau kalau nanti aku sakit perut?" Jae tertawa pelan sembari tangannya yang bebas menepuk kepala Saerin.

"Duh, kau ini ternyata cerewet ya? Haha, iya tuan putri. Baiklah, bagaimana kalau kita ajak Brian sekarang?" Jae menyuruh Saerin duduk pada salah satu bangku yang sudah disediakan. Saerin mengangguk dengan antusias.

Kemudian, Jae menelepon Brian untuk segera datang ke taman. Brian setuju untuk datang dan katanya akan dengan gandengannya. Saerin mengerutkan keningnya, ketika mendengar perkataan Jae.

"Kau yakin? Bukannya Brian memiliki kekasih di Kanada? Jangan bilang kalau--"

Jae menyentil dahi Saerin, "Hus, jangan memikirkan yang tidak-tidak. Brian sempat bercerita padaku kalau ia sudah putus dengan kekasihnya," jelas Jae yang semakin membuat Saerin mengernyit.

"Lalu, kenapa Brian bercerita padamu?" tanya Saerin yang kembali mendapat sentilan di dahinya. Saerin mengaduh kesakitan sembari mengusap-usap dahinya yang mulai memerah.

"Makanya jangan memikirkan Hosekk terus! Ia tidak memiliki teman untuk cerita, jadinya ia datang padaku dan bercerita. Dan yah, aku sudah berteman dengan Brian," jawab Jae sembari mengedikkan bahunya.

Tak lama kemudian, Brian datang. Ia tampak menggandeng seseorang. Saerin mendongak dan terkejut ketika melihat siapa yang Brian gandeng.

"CHAYOUNG?! OOHH, JADI--"

Untuk ketiga kalinya, Jae menyentil dahi Saerin, "Mulutmu, astaga. Iya, Brian berpacaran dengan Chayoung, puas kau?!" potong Jae dengan nada sebal. Chayoung hanya tertawa pelan sembari mengelus bahu Saerin yang tengah cemberut.

"Kau tega padaku, ya? Kenapa tidak cerita, sih? Ih, membuatku kesal saja," omel Saerin kepada Chayoung.

"Maaf, Rin. Sebenarnya aku sudah lama dengan Brian, tapi kayaknya kamu terlalu sibuk dengan Hoseok-mu itu. Jadi ya, begitulah," kata Chayoung yang membuat Saerin meringis.

Sunshine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang