•nineteen; sweet kiss•
Apartemen dengan nomor 476 ini nampak sepi. Padahal matahari sudah lumayan tinggi dan burung-burung sudah bercicit merdu di luar. Namun, nampaknya sang pemilik apartemen pun tidak terganggu sama sekali.
Laki-laki dengan rambut berwarna hitam ini masih setia bergelung didalam selimut hitamnya yang tebal. Kamarnya yang memang didominasi oleh warna gelap, kian semakin gelap karena pencahayaan yang kurang di sana.
Barang-barang yang semalam ia gunakan masih berserakan di ruang tengah. Sampah bekas camilan dan kaleng soda bertumpuk di atas meja kopi dengan mengenaskan. Ah, pokoknya apartemen milik Hoseok sudah seperti habis terkena badai.
Berantakan.
Jiwoo baru saja menapakkan kakinya pada apartemen milik Hoseok. Ia terperangah melihatnya. Sangat berantakan dan jorok sekali. Wajar saja, pemiliknya adalah seorang yang sibuk dan ya...
Malas.
"JUNG HOSEOK! BANGUN KAU SEKARANG!"
Hoseok yang baru saja masuk ke dalam mimpi indahnya, tiba-tiba ditarik kepada realita. Ia buru-buru terbangun dan langsung berdiri dari tidurnya. Badannya tidak berdiri dengan tegap, mungkin kalau didorong pelan ke samping, Hoseok bisa jatuh.
Jiwoo berjalan dengan cepat ke arah kamar yang Hoseok tempati, "Bereskan apartemenmu sekarang, anak nakal!" Jiwoo memukul dengan kencang bahu Hoseok, yang menyebabkan Hoseok berjongkok dilantai sembari memegangi bahunya yang agak panas.
"Ampun, noona. Lagian ada apa, sih?! Aku hari ini sedang libur, ingin beristirahat penuh seharian," keluh Hoseok yang sudah mengerucutkan bibirnya dengan lucu.
Jiwoo sendiri mendelik ke arah Hoseok, "Ya terserah, pokoknya apartemen ini harus bersih duapuluh menit lagi! Aku sudah mengundang Saerin untuk datang kesini, kau tahu?!"
Hoseok membulatkan matanya, "YANG BENAR SAJA!" Kemudian, dirinya berlari ke arah ruang tengah. Ia mengambil dengan kasar kantung kresek berwarna hitam besar dan mulai menaruh kaleng soda bekas dan juga sampah makanan.
Yang dilakukan oleh Jiwoo hanyalah duduk di sofa panjang. Badannya ia tempelkan pada punggung sofa dan tangannya terlipat didepan dadanya. Hoseok sendiri sedang merapihkan apartemennya sembari misuh-misuh.
"YA! Kau itu niat atau tidak, sih, hah? Aku sudah berkeliling apartemenmu dan dari ujung ke ujung apartemen ini amat sangat berantakan. Cepat bersihkan, aku akan menyiapkan makanan untuk kita semua." Jiwoo berdiri dari duduknya. Hoseok mengernyitkan keningnya dan ia berhenti memunguti kaleng soda bekas.
"Kenapa kita semua? Ku kira hanya Saerin yang kau undang?" tanya Hoseok yang malah mengikuti Jiwoo ke dapur. Jiwoo berbalik dan mencubit pinggang Hoseok dengan kencang.
Hoseok merintih kesakitan, "A-ah ampun, noona. Aku salah apa?" rintih Hoseok. Tangannya sibuk mengelus pinggangnya yang perih sehabis terkena cubitan maut dari Jiwoo. Jiwoo melengos dan kembali berjalan ke arah dapur.
"Kau ini memang anak nakal, kau lupa kalau beberapa hari lagi aku akan menikah? Aku ingin menyiapkan acara kecil-kecilan bersama dengan yang lainnya. Aku ingin merasakan kembali menjadi muda, sebelum nanti aku sibuk menjadi seorang istri, Hoseok -ah," jawab Jiwoo.
Yang dilakukan Hoseok hanya mengangguk dan melanjutkan kembali pekerjaannya yang tertunda. Tepat setelah ia membuang plastik hitam, bel apartemen miliknya berbunyi nyaring. Tanpa basa-basi, Hoseok berjalan ke arah pintu dan membukanya.
"NOONA! KAU TIDAK BILANG PADAKU KALAU ANAK NAKAL INI AKAN DATANG JUGA?!" teriak Hoseok. Ryujin--anak nakal yang dimaksud Hoseok, memukul lengan Hoseok dengan keras.
"Jiwoo eonni yang mengundangku kesini, oppa. Minggir sana! Byeongkwan -ie, ayo kita masuk." Ryujin menggandeng lengan Byeongkwan untuk masuk kedalam. Baru saja Hoseok ingin menutup pintu, terlihat gerombolan sahabat-sahabatnya dan juga Saerin. Oh, jangan lupakan Seungwan, Chayoung, Brian, Jae, dan Irene.
"Kenapa banyak sekali yang datang? Jiwoo noona dalam keadaan sehat 'kan saat mengundang mereka?" gumam Hoseok.
Jimin--salah satu dari enam sahabat Hoseok, menepuk bahu Hoseok pelan, "Hyung, apa yang kau lakukan di depan pintu?" Hoseok mengerjapkan matanya beberapa kali dan segera tersenyum, disertai dengan gelengan dari kepalanya. Ia menyingkir dari sana, supaya semuanya dapat masuk kedalam.
Saat semua sudah masuk, kecuali Saerin, Hoseok menghadang jalan Saerin. Saerin cemberut, "Minggir, aku ingin masuk kedalam."
Hoseok terkekeh dan menggeleng pelan, "Tidak, cium aku dulu jika ingin masuk," ucap Hoseok yang langsung dibalas dengan pukulan ringan di tangannya.
"Dasar mesum. Minggir sana."
Hoseok masih bersikukuh, ia kembali menggeleng namun semakin kuat, "Cium aku atau kau tidak boleh ikut acara Jiwoo noona!" final Hoseok sembari bersedekap dada.
Saerin memutar matanya malas, "Yasudah, lebih baik aku pulang saja. Kebetulan aku lelah dan ingin tidur, sampaikan salamku pada Jiwoo eonni dan yang lainnya."
Saerin baru saja akan berbalik, namun kedua bahunya ditahan oleh Hoseok. Hoseok mendekatkan wajahnya kepada wajah Saerin. Hembusan napas milik Hoseok terasa hangat menerpa wajah Saerin. Otomatis, Saerin memejamkan matanya.
Kini, bibir Hoseok telah bertemu dengan bibir Saerin. Melihat mata Saerin terpejam, Hoseok pun mengikuti Saerin. Ia memejamkan matanya dan menikmati momen yang ada.
Tidak lama, sekitar beberapa detik setelahnya, Hoseok menjauhkan wajahnya dan tersenyum dengan hangat ke arah Saerin. Dilihatnya Saerin yang masih memejamkan matanya. Tangan Hoseok yang tadinya berada di bahu Saerin, telah berpindah untuk menangkup wajah Saerin.
Ibu jari Hoseok mengelus lembut pipi gembil Saerin, "Kau tahu Saerin? Aku bersyukur bisa kembali lagi kepadamu. Aku minta padamu, jangan dekat-dekat dengan Jae hyung. Aku tidak suka itu."
Perlahan, Saerin membuka matanya. Ia langsung terpana dengan bola mata Hoseok. Seakan tersihir, Saerin menganggukan kepalanya. Hoseok semakin tersenyum.
"Neomu neomu neomu saranghanda, Saerin."
•nineteen; sweet kiss•
chapter depan terakhir^^
duh, maap ya kalian ngefeel gak? :(
too much cheesy ya? :(
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine ✔
Фанфикft. Jung Hoseok "Stop, it's over." - Hoseok Entahlah, ada sesuatu yang berbeda dengan Hoseok. Ia normal, seperti laki-laki pada umumnya. Namun, ketika ia bertemu Saerin, semua sifat Hoseok berubah. "Bukankah kita ini sama, Hoseok?" - Saerin Saerin i...