14

1.2K 206 27
                                    

•fourteen; another truth•

Jam sudah menunjukkan waktu lima tigapuluh empat menit. Sudah hampir satu setengah jam Saerin dan Seungwan duduk didalam kafe. Cerita mengalir begitu saja dari bibir Seungwan.

Dibilang percaya pun tidak, namun dibilang tidak percaya pun juga tidak. Saerin memutar otaknya lebih keras saat ini, karena apa yang Seungwan ucapkan pun sangat tidak bisa dijangkau oleh otaknya.

Dan lagi, perempuan tersebut--Ryujin, sedang duduk tidak jauh dari meja Saerin dan Seungwan. Saerin terus memperhatikan Ryujin. Sebenarnya, Saerin ingin menyangkal bahwa Ryujin lebih spesial daripada Saerin, namun tidak bisa. Kenyataannya adalah Ryujin memang lebih spesial daripada Saerin.

Kenapa?

Lihat saja sekarang, Ryujin tengah asyik tertawa dengan teman-temannya. Kurang lebih mereka ada lima orang. Dan Ryujin menjadi orang yang paling menonjol dalam kelompok tersebut. Dimulai dari topik pembicaraan, sedaritadi Ryujin yang mendominasi. Lalu, bersenda gurau yang dikatakan oleh Ryujin berhasil membuat teman-temannya tergelak.

Saerin jelas kalah sebelum berperang namanya. Memang Saerin itu orang yang senang bergaul, namun ia tidak pandai dalam membuka topik pembicaraan. Temannya pun hanya Chayoung dan Brian. Oh iya, jangan lupakan juga Jae.

"...yang ingin aku sampaikan kepadamu itu adalah Hoseok bukan orang yang tepat untukmu, Rin."

Saerin mengerjapkan matanya beberapa kali, setelah telinganya menangkap kalimat terakhir yang disampaikan oleh Kakak Perempuannya tersebut.

"Maksudnya bagaimana?" tanya Saerin heran. Matanya masih fokus memperhatikan Ryujin. Mungkin saja, teman Ryujin menyadari jika Saerin tengah menatap Ryujin sedaritadi, lalu Ryujin mengalihkan pandangannya pada Saerin dan tersenyum manis.

Bahkan, senyuman milik Ryujin sangat menggemaskan. Mau tak mau, Saerin balas tersenyum. Meskipun terkesan kaku, namun setidaknya ia sudah berusaha.

"Hey Saerin! Ah, rasanya aku ingin mendorongmu saja. Kau ini daritadi mendengarku atau tidak? Masih bagus aku mau membocorkan ini semua padamu. Cih, sia-sia saja aku bercerita tadi," rutuk Seungwan sembari mengacak rambutnya frustasi.

Saerin mengerucutkan bibirnya, "Aku minta maaf, aku sibuk memperhatikan Ryujin-Ryujin itu. Aku kalah telak memang, sial," umpat Saerin yang kepalanya sudah menempel pada meja kafe, lagi.

"Hoseok itu tidak benar-benar suka padamu. Cih, ini memang konyol, pertama kali aku diberitahu oleh Yoongi, rasanya aku ingin membunuh Hoseok dengan cara mendorongnya ke Sungai Han. Kau itu dijadikan bahan taruhan oleh Hoseok--"

"Bohong!" potong Saerin cepat. Ia merasa kepalanya sudah berputar-putar.

Seungwan menatap Saerin dengan tatapan datar, "Memang bohong. Maksudku, Hoseok itu sebenarnya mencintaimu, Rin. Hanya saja, keadaan yang memaksanya untuk melakukan hal sialan itu."

Kemudian, Seungwan membenarkan duduknya. Badannya ia condongkan sedikit kedepan, "Kalau kau mau tahu, Hoseok ingin sekali melamar mu. Namun, karena sesuatu hal yang mendesak, ia malah memutuskan mu," lanjut Seungwan. Seungwan jelas sekali melihat raut terkejut dari Saerin.

"Kau jangan berbohong lagi, eon," lirih Saerin. Kini, air mata kembali turun dari mata kucing Saerin.

Melihat Saerin seperti ini membuat Seungwan memijit pelipisnya. Ia menyandarkan tubuhnya pada bangku kafe. Hidungnya ia gunakan untuk menghirup harum kopi yang sedang diracik dan juga tak lupa dengan harum butter kue.

"Aku serius, Rin. Aku tahu itu semua dari Yoongi, sedangkan Yoongi tahu itu dari Hoseok sendiri. Apa kau tidak ingat ponsel Hoseok penuh dengan foto dirimu?" jelas Seungwan yang kini sudah memegang ponselnya. Ia mengetikan pesan kepada Chayoung, untuk menjemput Saerin di kafe dekat kampus.

Saerin masih menaruh kepalanya pada meja kafe. Genangan air sudah membentuk di meja tersebut. Mata Saerin pun sudah sembab dan memerah akibat terlalu banyak memproduksi cairan bening tersebut.

"Eonni, apakah ada kemungkinan bahwa aku dan Hoseok akan bersatu lagi?" tanya Saerin dengan suara serak.

Seungwan tersenyum tipis, "Kalau kau meminta pendapatku, aku akan menjawabnya dengan tidak. Karena aku tidak mau kalau sampai kau di buat sakit hati kembali oleh Hoseok," jawab Seungwan. Ia berdiri dari duduknya setelah ia melihat Chayoung yang sudah dekat.

"Lebih baik, kau bersama dengan Jae saja. Dia baik, aku tahu bagaimana sifatnya," lanjut Seungwan dan berjalan ke arah pintu utama kafe. Ia bertemu dengan Chayoung dan segera menunjuk Saerin yang kini tengah menangis, lagi.

"Panggilkan Brian sekalian, Saerin butuh pelampiasan saat ini."

•fourteen; another truth•

mantap, dikit lagi bor kelar hehe.
sebelum lupa, up dulu lah ;)
mari kita double update ;)

Sunshine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang