12. Filantropi

2.5K 414 327
                                    



[!] Apapun fragmen yang terjadi,
semoga semuanya bisa membaca
hingga tuntas.



* * *



'Apa lebih baik aku hidup di dasar sungai saja?'

Mau jadi apa, ikan cupang?

Demikianlah kata hati Seongwoo, dibumbui dengan menyaksikan deretan pohon arbei kering yang berlari mundur dari alur maju bus yang ia naiki. Kapan dia bisa bernafas secara ringan dan bebas dari rasa gundah? Permisi, kemana para malaikat pengatur waktu? Bisakah waktu hidup Seongwoo dirotasikan saja ke awal?

Alhasil Seongwoo hanya duduk termenung, menanti untuk sampai di halte dekat apartemennya. Mengenai pertemuannya dengan Minhyun tadi. Selalu, selalu saja di luar dugaan. Kenapa Hwang itu membuat perasaannya kacau? Seongwoo belum mau mengerti, tentang motivasi Minhyun yang mengatakan berbagai lelucon di depan matanya. Niscaya jantungnya berdegup kencang, hingga tenggorokannya kelu bersuara.

Hwang Minhyun, apa yang sudah kau lakukan.

Sama sekali Seongwoo tidak memvonis Minhyun sebagai orang yang disalahkan atas kekacauan perasaannya, kali ini. Seongwoo menghargai Minhyun sebagai lelaki jujur. Ia menghargai Minhyun sebagai teman terbaiknya. Tapi, aey, Hwang Minhyun, mengapa di saat seperti ini kau mengatakannya? Hingga membuat Seongwoo kehilangan cara untuk berpikir sehat.

Sudahlah, persilahkan Seongwoo menampik kesan canggung akan Hwang Minhyun. Ia tidak akan menjauhi Minhyun, bahkan berniat untuk memusuhinya pun tidak. Ia mana ingin melukai perasaan anak itu? Karena Seongwoo percaya bahwa Minhyun tengah jujur akan sebuah naluri lugu.



* * *


"Jika terasa berat, kau bisa melepasnya."

– Ong Seongwoo


* * *



Hari Senin.

Daniel bangun dari tidur tidak sehatnya.

"Huh, Senin lagi." Ya memangnya mau bagaimana lagi, Dan. Namanya juga hidup.

Duduk di tepi ranjang, membuka ponsel.

Ada pesan masuk dari Guanlin.

Sudah tiga puluh menit yang lalu.


LaiGuan

Bro, serius kau bekerja di sana hari ini?


Masih mengucek matanya, Daniel bisa terkekeh.

"Kalau iya memangnya kenapa..." Tersenyum, Daniel mengirimkan pesan balasan. Tak perlu dinarasikan, yang jelas kalimatnya cukup panjang.

Dan setelahnya, ia membuka kontak, dan melihat nomor Bibi Kim.

'Terima kasih, mulai sekarang bibi tidak perlu repot-repot mengurusi anak sialan ini lagi.'

Beatitude [Ongniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang