16. Bukan Ali Naif

6.3K 448 58
                                    

Minggu pagi yang mendung ini Prilly duduk di balkon kamarnya. Semenjak kejadian malam itu saat Ali memasak untuknya, Prilly jadi lebih banyak berdiam diri.

Prilly belum menemukan jawaban apapun dari segala pertanyaannya tentang Malik, tak ada kabar dari pria itu walaupun kabar kepulangannya yang entah dari mana, sudah beberapa hari terlewati. Masih tetap pria itu menghilang atau mungkin Malik mencoba menghindari prilly sesuai ketentuan Misi itu.

Prilly melihat tanggal di ponselnya, ada notip yang Prilly tulis dari bulan lalu.

Hari ini tanggal 28,

Tepat satu bulan hari jadi nya bersama Ali. Dan hari ini juga seharusnya keluarga Prilly pulang dari Paris. Mengingat itu prilly langsung menghubungi mamanya.

"Hallo, assalamualaikum Ma?"

"Waalaikumsalam sayang, ada apa?"

Prilly memejamkan matanya sesaat, "Bukannya Mama mau pulang hari ini?"

"Oh, ya ampun! I'm sorry darll, Mama sama Papa lagi sibuk disini ngurusin perusahaan Oma. Oma juga hari ini lagi di rawat karena kecapean bantuin Mama, sampe lupa kalo kita mau pulang hari ini"

Prilly menghela nafasnya gusar, ia pikir hari ini kesunyian itu akan menghilang dengan adanya kehangatan keluarga. Tapi ternyata tidak, "jadi, kapan Mama sama Papa pulang?"

"Mama usahain secepatnya ya. Papa juga bilang kalo bulan ini banyak perusahaan yg nawarin kerjasama sayang, nanti Mama bicarain lagi sama Papa kalo Oma udah pulang dari rumah sakit"

"Semoga Oma cepat sembuh, kalo gitu Mama sama Papa sehat terus disana ya! Prilly gak mau tau kalo nanti kalian telat makan, apalagi sakit. Prilly bakal ubah keputusan kita kalo Prilly lulus nanti"

"E..eee jangan dong sayang, Mama janji kok Mama sama Papa bakal baik-baik aja, asal kamu jangan ubah kesepakatan kita itu"

"Oke, Prilly pegang janji Mama"

"Tapi kamu gak apa kan, kalo Mama belum bisa pulang sekarang?"

"Fine Ma, Prilly bisa jaga diri kok di sini. Sekarangkan ada yang jagain prilly"senyumnya mengembang mengingat perlakuan manis Ali saat mengobati luka di jari dan sikunya,

Bahkan bukan bayangan Malik tapi kenangan dari Ali yang hadir?

"Kamu udah ketemu Malik, sayang?"

Sedetik kemudian bibir itu menekuk, senyumnya memudar. Tangannya meremas baju yang ia kenakan. Prilly lupa jika kepulangannya untuk malik.

"U..udah Ma!"

"Syukurlah, yaudah kalo gitu Mama titip salam ya sama Malik. Bilang sama dia kalo dia kudu, wajib jagain kamu!"

Prilly diam tak menjawab ucapan Mamanya lagi.

"Mama tutup ya sayang, Mama mau ke ruangan dokter buat cek keadaan Oma"

"Hemm.."

"Kamu baik-baik di sana, jangan belajar sampai larut malam, jangan telat makan dan jaga kesehatan buat Mama!. Dah, Assalamualaikum Darl?"

"I.. iya Ma, Waalaikumsalam"

Lagi, Prilly menghela nafasnya. Takdir apa ini? Prilly terlibat dalam dua hati, ia yakin jika nanti pasti akan lebih menyakitkan dari menahan rindu pada Malik.

I Don't UnderstandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang