Tak..
"Ambil ini!"
Malik hanya diam melihat benda kecil yang ada di atas meja. Sebuah sim ponsel berwarna kuning dengan plat orange. "Simpan aja. Gue bisa hubungi dia pakai kartu manapun."
Gadis yang duduk di hadapannya berdecak kesal. "Apa lo tau? Gue hampir aja ketauan sama dia gara-gara dia nelpon pas nomor lo masih aktif di ponsel gue."
Malik tertawa kecil melihat wajah cemberut dari sepupunya ini. "Gue kan udah bilang. Kalo lo lagi sama dia cukup lo nonaktif kartu itu." Malik meminum jus lemon menjeda ucapannya. "Ceroboh lo gak pernah ilang ternyata, Sel."
"Shit!"umpat gadis itu.
Malik melebarkan matanya mendapati unjukan garpu tepat di depan hidungnya.
"Berhenti panggil gue pake embel-embel Sel. Lo kira gue membran Sel, hah!." Katanya garang.
Malik terkikik lagi. Ah, Malik rindu pada siluman setengah manusia ini. "Oke, Selvia Amandalia. Jadi laporan apa yang mau lo sampaikan?"
Selvia menelan mie ayam kesukaannya dengan sekali dorongan. Wajah garang itu menghilang dan berubah jadi sendu. "Laporan pertama dalam satu bulan. Gue rasa Prilly berhasil menaklukan hati Ali. Tanpa susah payah, dia cuma tinggal ngerubah sifat buruk Ali aja."
Malik mengangguk pelan. "Berapa minggu mereka bisa jadian?"
"Dua hari." Jawabnya lantas kembali mengunyah.
Malik menatap Selvia lalu matanya mengelilingi setiap sudut restoran. "Mengagumkan. Siapa yang mulai duluan?"
"Ali, dia nembak Prilly. Ah lebih tepatnya maksa sih."
"Adek gue udah bisa di taklukin cewek ternyata." Malik tersenyum mengingat ia yang juga berhasil di taklukan oleh wanita yang sama. "Lo gak kasih tau keberadaan gue sama dia kan?"
"Engga. Dia sempet nangis pas gue kasih misi ini. Dia bilang dia pulang cuma buat ketemu sama lo. Gue gak tega sebenernya." Selvia mendesah lirih. "Apa gue jahat?"
Malik menepuk pelan pucuk kepala Selvia. "Yang lo lakuin udah lebih dari kata terbaik. Stop salahin diri lo Selvia. Ini permintaan gue. Bukan kemauan lo."
Selvia mulai menangis. "Gue takut dia benci sama gue. Gue gak mau kehilangan sahabat gue hiks.."
Malik menarik Selvia kedalam pelukannya. Hati Malik kembali teriris "Lo gak akan kehilangan dia. Maaf udah narik lo ke masalah gue. Gue terpaksa lakuin ini."
"Gue tau hiks.. tapi apa dia bakal terima kenyataannya nanti?"
Ini yang Malik takuti. Perasaannya semakin di rendungi rasa penyesalan ketika membayangkan Prilly tau apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka.
"Terima atau engga. Seengganya ada orang yang siap bahagiain dia. Ada orang yang senantiasa jagain dia dan ada orang yang senantiasa meluk dia kalo dia terpuruk. Dan mulai saat itu tugas gue sudah selesai."tutur Malik menahan rasa sakit di dadanya.
Selvia melepaskan rengkuhan Malik. Isakannya semakin kencang hingga membuat beberapa pengunjung menatap keduanya.
"Gue sayang sama elo bang. Stop bicara kaya gitu hiks.. gue yakin kalo kalian berdua udah memiliki tempat tertentu di hati Prilly. Jangan mikir yang aneh dulu, gue gak mau Prilly semakin sulit menentukan pilihan hatinya nanti."
"Gue juga gak bisa lihat dia terpuruk kalo dia tau apa yang ada di balik misi ini."tambah Selvia.
Malik mengambil tisu lalu menghapus air mata Selvia. "Cepat atau lambat, waktu yang kita hindari itu akan datang kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Don't Understand
Fanfiction"Lo harus jadi cewek gue!" Degh.. Prilly terkejut bukan main. Bukankah ini pertemuan ketiga mereka? Kenapa Ali sangat mudah berbicara seperti itu?. "Maksudnya?" "Lola ternyata! lo harus jadi pacar gue. Mulai detik ini, menit ini, jam ini dan hari in...