4. paksaan yang menguntungkan?

5.6K 408 9
                                    

Prilly duduk di kursi taman belakang sekolah, apalagi jika bukan untuk menunggu kehadiran ali. sulit di percaya, ali yang mengajakknya bertemu tapi prilly yang harus menunggu?.
Ck! Menyebalkan.

Ia memandang tempat asing ini.
Sunyi dan sepi, hanya ada beberapa siswa di sini. Mungkin mereka sedang bertukar cerita pribadi.

Angin sejuk kian menerpa helaian rambut gadis ini, mata hazel prilly pun terpejam olehnya.

Damai, hanya itu yang bisa prilly rasakan. Jujur saja prilly lebih menyukai kesunyian di bandingkan keramaian.

Ternyata ali pandai memilih tempat.

Meski keadaan sekitarnya damai tapi tak mampu mendamaikan hati prilly yang selalu resah. Gelisah jika mengingat kekasihnya, malik.

Entah dimana ia berada?.

Samar-samar prilly mendengar percakapan dari dua siswi yang sedang duduk di bawah pohon rindang. Terlalu sunyi, hingga prilly mudah mendengar apa yg keduanya bicarakan.

"Lo kenapa gak moveon aja sih? Dia udah ninggalin lo! Lo harus terima cwo yang ada di samping lo saat ini. Mau sampe kapan lo stay sama bayangan rian?"tutur gadis berpenampilan tomboy, ia memberi arahan pada temannya yg masih bertatapan kosong.

"Gue gak bisa! Bahkan gue gak percaya kalo rian udah meninggal. Terlalu nyata semua kenangan dari dia, gue gak mau anggap dava sebagai pelampiasan aja. Gue gak sejahat itu ra."ucapnya lirih, gadis berwajah manis namun tersirat penuh luka di mimik wajahnya.

"Bangkit ca! Came on, dava sempurna buat lo. Lo bakal cinta sama dava kalo lo mau tutup hati buat rian, apa lo tega biarin dava berjuang sendirian?"

Pukk
"Fokus amat ngupingin orang?"

Prilly tersentak kaget akibat tepukan di bahunya, tapi prilly kenal suara itu.

"Gue prihatin sama cwe itu. Dia ada di ambang dilema yang sulit" ucap prilly kembali memperhatikan dua gadis tadi.

"Lagi ngomongin apa emang? Kayanya lo beneran kepo akut ya sama masalah orang"

"Gue cuma bayangin aja, gimana jadinya kalo gue ada di posisi itu" prilly menghela nafas kemudian melanjutkan ucapannya

"Di tinggalin cwo yang gue sayang buat selama-lamanya. Disisi lain juga, gue harus jaga perasaan cwo yang tulus sama gue. Menurut lo, apa orang meninggal bisa rasain apa yang kita rasain li?" prilly menoleh pada ali.

Ali hanya memasang wajah datar.

"Lo tau kan penyesalan hanya datang di akhir? Gue rasa cwe itu terlalu bego karna mau sia-siain orang yang tulus sama dia sedangkan dia malah mati rasa, dan yang gue tau mereka yang udah meninggal cuma ngarepin kebahagiaan kita di sini. Kalo lo di posisi itu apa lo bakal mati rasa juga?"

"Gue gak tau"prilly menundukan kepalanya, pandanganya kini fokus pada sepasang sepatu ali.

Aneh ternyata, kenapa keduanya malah membicarakan omong kosong seperti ini, padahal ali dan prilly baru saja bertemu dan kenapa bisa berbicara sepanjang tadi?

Suasana tiba-tiba saja berubah jadi canggung, ali bahkan sibuk dgn ponselnya.

Hening.

"Lo mau ngomong apa?"prilly terpaksa memecahkan keheningan. Ia tidak berani menatap wajah Ali, Prilly tidak mau merasakan Djavu lagi.

"Lo harus jadi cewek gue!"

Degh
Prilly terkejut bukan main. Bukankah ini pertemuan ketiga mereka? Kenapa Ali sangat mudah berbicara seperti itu?.

I Don't UnderstandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang