CHAPTER 6

2.1K 72 2
                                    

Tahukah kamu, satu kalimat yang meluncur dari bibirmu untukku sanggup menggetarkan jantung ini?

Rajani Amaleeyah

Ketiga gadis itu berjalan jauh di belakang Bara, Disa, dan juga Genta. Mulai dari keluar kelas tadi, Ika sudah menyuruh Jani untuk menceritakan semuanya pada Genta. Lebih cepat lebih baik, bukan?

Maka dari itu di sinilah mereka, berjalan membuntuti ketiga manusia itu yang kini melangkah menuju parkiran.

"Buruan, Jan! Entar Genta keburu pulang," perintah Ika lagi untuk yang kesekian kalinya sembari terus mendorong punggung temannya itu.

Jani menggeliat melepaskan diri. "Jangan sekarang, ih! Itu ada Bara!"

"Ya ampun ... tinggal ajak Genta pergi aja susahnya minta ampun. Lagian Bara juga gak bakal peduli kali, Jan." Riri ikut membantu Ika mendorong gadis berambut pendek itu. "Udah sana!"

"Iya iya!" risih Jani. Ia membenahi letak tas serta seragamnya yang berantakan, lantas menambah kecepatan langkah kakinya. Meninggalkan Ika dan Riri yang kini mengacungkan jempolnya ke udara.

Jarak antara dirinya dan Genta sudah semakin menipis. Tinggal memanggil namanya, dan semuanya selesai. Semudah itu, tapi tidak bagi Jani.

Ia sibuk mengontrol degup jantungnya yang tak karuan, harap-harap cemas jika Bara ikut menoleh dan menyadari kegugupannya.

Usai menarik napas panjang, Jani membuka mulutnya. Memanggil Genta dengan suara lantang.

"Genta!"

Yang dipanggil menoleh, begitu juga dengan Disa dan Bara. Genta tersenyum renyah menyambutnya, sementara Bara dengan terang-terangan menusuk gadis itu dengan tatapan tajamnya.

Si Bara kenapa ikut-ikutan noleh, sih? Gue kan jadi grogi!

Jani melangkah ragu menghampiri targetnya. Dari kejauhan, ia sudah merasakan gelapnya aura Bara. Menyelimutinya dan membuat dirinya seolah tidak berdaya.

"Kenapa?" tanya Genta ramah ketika Jani tiba di hadapannya.

"Em ... itu, gue ada perlu sama lo," sahut Jani gugup. Ia menggeser pandangannya pada Bara, dan laki-laki itu juga masih menatapnya tajam. Buru-buru Jani alihkan lagi pandangannya ke arah Genta dengan takut.

Cowok berjambul itu mengangkat kedua alisnya bingung. "Perlu apa?"

Lagi-lagi Jani harus memutar otak agar ia bisa memisahkan Genta dengan kedua temannya. "Adalah, tapi ngomongnya gak di sini."

"Oh, gue ngerti." Tiba-tiba Disa membuka suara serta tersenyum miring, seakan mengerti kode dari Jani. "Yaudah sono, Gen. Gua sama Bara pulang duluan."

Tubuh Jani menegang ketika Disa memandangnya dengan tatapan tidak suka. Setelah melemparkan senyum miringnya sekali lagi, barulah ia beranjak sembari menarik ujung jaket Bara.

Jani mengernyitkan dahinya ketika tahu bahwa Bara hanya diam tak memberontak. Setahunya, Bara tipikal orang yang tidak suka disentuh, apalagi dengan lawan jenis. Tapi mengapa kali ini Bara hanya diam?

Ia masih menatap punggung berbalut jaket serta tas biru itu yang semakin lama semakin menjauh. Genta yang mulai merasa terabaikan akhirnya melambaikan tangannya di wajah gadis tersebut.

AkasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang