CHAPTER 14

1.8K 72 1
                                    

Lucu memang. Ketika semua orang berusaha untuk menarik perhatianku, dan hanya kamu yang benar-benar berhasil mengalihkan perhatianku tanpa kamu sadari.

— Albara Putra Pradipta

Perempuan itu membuka kotak bekalnya. Setengah malas lantaran kali ini kedua temannya tak bisa menemani Jani menikmati bekalnya di kelas. Ika dan Riri memilih untuk makan di kantin karena hari ini mereka tidak membawa bekal.

Jani mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas dan mendapati bahwa ruangan berbentuk persegi panjang itu benar-benar kosong. Hanya ada dirinya di sini. Lantas ia mengembuskan napasnya. Untuk hari ini tidak ada yang bisa dijadikan teman makannya .

Mengangkat bahunya acuh, akhirnya Jani memilih untuk segera menyantap makanannya. Sebelah tangannya yang bebas ia gunakan untuk meraih ponsel di loker.

Sambil mengunyah, Jani memilih untuk memainkan benda kecil tersebut. Membuka media sosial yang ia punya demi mengusir bosan yang melandanya.

"Woy, Jan!"

Suara bariton itu tiba-tiba memecah keheningan kelas. Membuat Jani segera mendonggak dan mendapati Genta yang tengah berdiri di daun pintu kelasnya.

"Eh, Gen!" Jani tersenyum canggung seraya melepas sendok makannya. "Masuk sini!"

Laki-laki bertindik itu menyengir ke arah Jani kemudian melangkah masuk. Lantas ia memutar balik kursi di depan meja perempuan itu dan mendudukinya. "Sendirian aja lo?"

"Ho'oh," sahut gadis pendek itu cepat. "Temen gue pada gak bawa bekal."

Genta terkekeh pelan. "Btw, gimana perkembangan lo sama Bara? Kayaknya ada kemajuan."

"Eh?" kaget Jani sembari menjauhkan makanannya. Ia tertawa kencang saat mengingat perubahan sikap Bara pada dirinya. "Gak tahu kenapa, Bara jadi gak secuek biasanya sama gue."

"Bagus, dong! Harusnya lo seneng."

Jani menggeleng dengan sisa tawanya di bibir. "Lama-lama gue bisa mati jantungan kalau deket-deket Bara. Seneng, sih, iya. Tapi groginya itu, lho."

"Harusnya lo biasa aja, jangan terlalu grogi juga," celetuk cowok berjambul itu pelan. Kemudian ia mencomot sosis dari tempat bekal Jani. "Entar Bara malah ngejauhin lo."

Jani menautkan alisnya bingung. "Kok gitu?"

"Iya." Genta mengangguk, menatap iris lawan bicaranya itu. "Pokoknya lo harus biasa-biasa aja. Jadi diri lo sendiri, jangan malu-malu."

Perempuan berambut pendek itu mengangguk paham. Ia terdiam sejenak, membiarkan Genta yang kini justru melahap bekalnya tanpa izin.

Kalimat cowok itu masih beterbangan di benak jani, memaksanya untuk segera mencerna baik maksud kalimat tersebut. Apakah betul yang dikatan Genta tadi?

"Jadi gue gak boleh over, ya? Harus jadi diri gue sendiri, gitu?" Jani meluruskan pandangannya pada Genta. Kali ini ia benar-benar serius.

Genta mengangkat kepalanya, mengangguk cepat kemudian mencomot sosis milik Jani lagi. "Bara gak suka orang yang pura-pura."

AkasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang