CHAPTER 8

2K 75 0
                                    

Ternyata agar bisa menjadi bulan di malammu tidaklah semudah yang ku kira. Tapi jika memang bisa, apakah kamu akan menganggapku berharga?

Rajani Amaleeyah

Yang dilakukan ketiga gadis itu sejak beberapa saat yang lalu hanyalah berdiri mengelilingi benda tersebut sembari mematung. Matanya menelusuri obyek menarik di depannya. Sementara itu otak mereka terus berpikir. Entah apa yang mereka pikirkan, yang jelas mampu membuat mereka kehilangan kata.

"Ah, udalah!" Tiba-tiba Jani berdecak, menghentikan lamunan kedua temannya yang sedari tadi turut memandang sepatuh putih Bara.

Jani menarik sepatu tersebut, membuat Ika langsung menghamburkan tawanya. "Seriusan Bara minjemin sepatunya sama lo?"

"Ya iya, lah! Nih, buktinya." Jani mengangkat sepatu putih itu tinggi-tinggi lantas menurunkannya lagi. "Gue pikir dia gak bakal minjemin."

"Lagian, sih, lo make alasan minjem sepatu segala. Yang lain, kek ...." Riri berjalan menuju tempat tidur gadis berambut pendek itu sambil berkomentar. Sementara yang dikomentari hanya mengerucutkan bibirnya.

"Salahnya Genta, nih! Dia yang nyuruh make alasan itu."

Ika mendecih pelan. "Tumben banget tuh kunyuk ngasi saran sembarangan." Ia lalu menunjuk sepatu Bara yang sedari tadi Jani pegang. "Lagian lumayan, kan? Kapan lagi lo bisa nyentuh barangnya Bara?"

Jani ikut menolehkan kepalanya pada arah tunjukan Ika. Bener juga, sih ....

Mengembuskan napasnya panjang, Jani akhirnya meletakkan sepatu putih itu di tengah ruangan kamarnya. AC yang tertempel di sisi dinding terus mengembuskan angin dingin, seolah mampu membekukan pikiran gadis itu.

Jani terus mengamati sepatu Bara, sementara Ika dan Riri hanya memandanginya. Menanti akan pergerakan selanjutnya dari gadis bertubuh pendek itu.

Perlahan, Jani menggerakkan sebelah kakinya. Memasukkan kakinya ke dalam sepatu besar milik Bara. "Anjir, kapal selam!" Jani mengangkat kakinya ke udara, memamerkannya pada kedua temannya.

"Gimana rasanya make sepatu Bara?" decih Riri dengan senyum miringnya.

"Emejing!" Jani memakai pasangan sepatu Bara yang lain. Tawanya semakin menghambur lantas berjalan mengitari ruangan itu.

Ika yang melihatnya mendengus keras. "Fix, kayaknya lo bahagia banget, Jan."

"Iya, dong!" Gadis berambut pendek itu menoleh pada Ika kemudian fokus kembali dengan sepatu Bara. "Kapan lagi gue dapat kesempatan make sepatu Bara?"

Sekali lagi Jani tertawa begitu berdiri di depan cermin. Entah mengapa, hanya dengan barang milik Bara saja ia sudah bahagia. Seolah benda itu merupakan sosok Bara, mampu menerbangkan ribuan kupu-kupu di dalam perutnya.

Riri yang tengah duduk-malas di atas tempat tidur Jani seketika berjengit. Bahunya menegak seketika. "Oh my God! Hari ini gue les!"

Jani menggeser pandangannya pada Riri yang masih kaget, begitu juga dengan Ika. Merasa tak mendapat respon, akhirnya Riri langsung bangkit sembari meraih tasnya.

"Jan, gue pulang, ya! Lupa gue kalau hari ini ada les!" pamit gadis berambut ikal itu. Lantas tubuhnya menghilang dibalik pintu kamar tersebut.

AkasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang