CHAPTER 13

1.9K 80 6
                                    

Kamu secara sadar telah menggenggam penuh hatiku. Tapi apakah kamu juga menyadari itu? Bahwa saat ini hanyalah kamu yang aku mau.

Rajani Amaleeyah

Pagi itu ketika jarum jam sudah menunjukkan pukul 06.15, Jani masih sibuk membongkar meja belajarnya. Dengan seragam lengkap dan rambut yang masih acak-acakan, gadis berambut pendek itu masih setia menghamburkan segala benda yang ada di atas meja belajarnya.

"Kok hilang, sih? Perasaan semalem ada di sini!" dumelnya sambil terus memberantaki meja belajar tersebut.

Sungguh, polaroid Bara benar-benar mampu mengalihkan kewajibannya. Saat berkemas sekolah tadi, jam setengah enam, ia melakukan rutinitas seperti biasa. Tapi ketika matanya tanpa sengaja menangkap ke arah meja belajar, ia langsung panik.

Polaroid Bara sudah tidak tersisip di sana lagi. Hal itulah yang membuatnya panik setengah mati. Bahkan sampai sekarang.

Jani bergeser ke arah lemari dan membongkarnya. Bisa jadi polaroid tersebut bersembunyi di balik pakaian-pakaiannya.

"Ya Allah! Lo ngapain sih, Dek? Ini kok jadi berantakan gini?" Tiba-tiba suara Kanya yang nyaring masuk ke dalam telinga Jani dan memenuhi ruangan tersebut.

Yang menjadi sasaran Kanya memunculkan kepalanya dari balik pintu lemari. Menampilkan ekspresi kalutnya. "Foto Bara ilang!" Setelah itu ia kembali pada aktivitasnya.

Kanya mendengus mendengarnya. Ia bertolak pinggang, berjalan menghampiri Jani dengan kesal.

"Tapi gak gini juga kali! Lagian lo bukannya sekolah malah ngeribet begini," ketusnya lagi sembari memungut barang-barang yang berserakan.

"Bukan gitu, Kak!" bantah Jani. Ia memalingkan wajahnya. "Tapi itu satu-satunya foto Bara yang gue punya." Sungguh, saat ini Jani benar-benar ingin menangis dibuatnya.

"Yaelah, entar tinggal minta ke Juna." Setelah itu ia duduk di kasur. Masih mengamati gerak-gerik adiknya. "Btw ada Bara di luar, nungguin lo katanya," ujar Kanya. Lantas senyum miringnya terbit ketika melihat wajah kaget Jani.

Bara?

"Serius lo? Awas aja nge-prank!" ketus Jani dengan raut wajah sebal. Memang, selama ini Jani selalu menjadi korban prank dari kakaknya yang jahil.

"Yaudah. Jangan salahin gue, ya, kalau Bara tiba-tiba masuk ke sini, terus mergokin lo lagi nyari polaroidnya!" Setelah itu Kanya bangkit, berjalan santai menuju pintu kamarnya.

Dibukanya pintu itu lebar-lebar, lantas suaranya yang nyaring kembali menggema di seantero rumah.

"BARA MASUK AJA! JANI LAGI SIBUK NYARI SESUATU. TOLONG BANTUIN, DONG!"

Gerakan Jani yang sedang tergesa-gesa tiba-tiba terhenti. Sontak sepersekian detik setelahnya ia segera melompat ke arah Kanya. Menutup mulut kakanya itu sembari berdecak kesal.

"Apaan, sih? Berisik banget lo!" Gadis berambut pendek itu masih setia menempelkan tangannya pada bibir Kanya.

"Hmmph! Lepasin!" Cewek berkepala dua itu memberontak dalam kurungan Jani. Sebelah tangannya ia gunakan untuk melepaskan tangan Jani.

AkasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang