Chapter 3 : Prolog

402 29 0
                                    

Di salah satu kawasan pertokoan, di sudut Kota Bandung, seorang gadis bernama Hanasalsabila tengah menyusuri sebuah jalan yang tidak terlalu ramai.

Dengan pakaian khas seorang pelajar, ia mengayunkan langkahnya, dan sesekali menatap ke arah langit yang mulai menunjukan sisi gelapnya.

Gadis manis itu menghentikan langkahnya, ia mengambil ponsel yang sudah berdering cukup lama di balik saku seragamnya.

"Kak Rania? tumben telpon aku?" batin nya

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh, Bil?" kata wanita muda dari balik ponselnya.

"Wa'alaikumussalam, ada apa kak?"

"Ini sudah jam berapa? kok kamu belum sampai rumah sih?"

"Astagfirullah. Sabila, lupa kabarin kakak, Sabila, mau ke toko buku dulu, soalnya ada buku yang mau Sabila beli."

"Hmm, kebiasaan kan kamu, selalu buat orang rumah khawatir."

"Iya, kak. Sabila minta maaf ya, Sabila beneran lupa tadi," kata gadis itu sembari melengkungkan tipis bibirnya.

Di tengah obrolan nya dengan sang kakak, tiba-tiba Sabila di kejutkan oleh sebuah motor yang melaju dengan cepat dan mengenai genangan air yang berada di samping nya.

"Eh, sorry-sorry, gue ngga sengaja," kata nya sembari mempercepat laju motornya.


Wajah gadis itu mulai berubah, ia terperangah dengan mulut yang menganga, lantaran air dalam genangan tadi mengenai seragamnya.

"Awas kalo ketemu, aku pukul dia!," kata Sabila, menggerutu dalam hati.

"Bil? kamu masih di situ kan?"

Sabila mengerjap "Ah? Iya, kak?"

Wajah gadis itu tertekuk sempurna, ia menghentakan kaki nya, kesal.

"Kak, nanti Sabila hubungin lagi ya, seragam Sabila basah nih gara-gara kecipratan air," rajuk gadis itu dengan nada manja nya yang khas sembari menceritakan hal yang baru saja di alami nya pada sang kakak.

"Lho, kok bisa?"

Sabila menghirup udara di sekitar nya, dan membuang nya perlahan, ia mencoba tenang, menahan amarah yang hampir-hampir meledak.

"Iya,tadi tuh ada orang yang ngga bisa bawa motor, tapi nekat bawa motor. Ya udah ya kak, udah dulu, nanti, Sabila kabarin lagi."

"Astagfirullah, ada-ada aja. Ya, udah. Kamu, hati-hati ya.Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh."

"Wa'alaikumussalam."

Dengan wajah memberengut, Sabila kembali melangkah kan kaki nya dan beranjak dari tempat ia berdiri.

"Ish! Awas aja, kalo sampe aku ketemu sama dia lagi. Aku, cubit sampai merah," cerocos Sabila, sembari membersihkan seragam nya yang kotor.

Setelah lama berjalan, tibalah Sabila di sebuah toko buku di daerah Palasari, Bandung. Bangunan sederhana dengan cat berwarna kuning yang menghias atas nya.

Sabila, mengerjap. Pandangan nya tertuju ke arah parkiran di depan toko buku, ekor mata nya menangkap sebuah benda yang tak asing bagi nya.

"Nah! Ngga, salah lagi, nih!" ujar Sabila sembari menaik-turun kan jari telunjuk nya dengan mata yang memanas.

Sabila, berlari ke dalam toko buku. Kepala nya bergerak ke kiri dan ke kanan, kosong.

Gadis itu semakin mempercepat langkah kaki nya. Sekarang, ia berada di lantai dua, kepala nya kembali bergerak ke segala arah. Tak satu pun orang di sana selain seorang lelaki yang tengah berdiri mematung sembari memilih buku yang berada di hadapan nya.

"Iiiiiihhh!" suara gadis itu menyeruak, berbarengan dengan cubitan di punggung lelaki muda itu.

"Aduuh!" kata lelaki itu, mengerang kesakitan.

"Apaan sih?" ujar nya, sembari menyingkirkan tangan Sabila dari punggung nya.

"Apaan?" Bibir gadis itu mengerucut

"Kamu ngga lihat, seragam aku basah gara-gara kamu bawa motor nya ugal-ugalan," mulut gadis itu kembali menyerocos dengan mata yang hampir lepas dari rongga nya.

Alih-alih membela diri, lelaki itu malah diam membisu sembari mengamati setiap inci dari tubuh nya.

"Lu anak SMAN 2?," tanya lelaki itu sembari melipat tangan nya di atas dada.

Helaan napas keluar dari hidung nya yang mancung, lelaki itu pun membuka jaket nya.

"Kita, satu sekolah dong," ujar nya sembari menarik tipis bibir nya.

Sabila, berdecih pelan.

"Oh, jadi kamu anak SMAN 2, juga? tapi, kok ada ya murid SMAN 2 yang kelakuan nya songong kaya kamu."

"Iya, maaf. Gue tadi buru-buru mau cari buku."

"Buru-buru sih buru-buru, tapi kan ngga usah ugal-ugalan juga kali."

"Ya, kan gue udah minta maaf. Eh, tapi kok lu bisa ada di sini sih? lu ngga ngintilin gue, kan? Lu, ngga dendam kan gara-gara gue udah bikin seragam lu kotor?"

Sabila, memutar bola mata nya sembari melipat tangan di atas dada.

"Hih, kamu PD banget ya jadi orang. Aku kesini tuh mau cari buku, tapi ngga sengaja ketemu sama motor yang udah bikin aku jadi kaya gini. Ya, aku kesinilah, lumayan, kan. Bisa ngelampiasin emosi."

"Dih, itu mah sama aja dendam."

"Terserahlah," gadis itu melengos, pergi meninggalkan lelaki yang belum sempat di kenal nya.
•••

Alsama' Lisabilana (Surga Untuk Sabila)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang