Chapter 16

123 11 0
                                    

"Terkadang, ada beberapa hal dalam hidup yang harus kita akui, bahwa tidak semua bisa di paksakan.
Karna sekuat apapun kita bertahan, jika Allah tidak mentakdirkan itu untuk kita miliki, tetap akan ada hal yang membuat kita terpisah darinya.
Maka, ridha adalah kuncinya.
Ridha akan setiap pilihan-Nya.
Belajarlah untuk berdamai dengan takdir Allah. Apapun itu."

••
"Udah hampir seminggu Sabila ngga masuk sekolah, sepi banget ya Ri ngga ada Sabila," ujar Gya yang tengah berjalan beriringan dengan Rian.

"Gya? Rian?," suara itu menginterupsi nya.

Gya mengernyitkan dahi nya "Itu kok kaya suara nya Sabila ya Ri?," ucap Gya sembari menggerakkan kepala nya ke arah samping.

"Iya ya Gy, mirip suara nya Sabila," sahut Rian.

"Assalamu'alaikum sahabat-sahabat ku," Sabila mengayuhkan langkah kaki nya, mengapit Rian dan Gya yang tengah berdiri mematung di koridor atas sekolah, diiringi tepukan pelan di bahu kedua nya.

"Sabila?" ujar Gya dengan binar bahagia yang tampak terlihat di mata nya.

Gadis bermata sipit itu kembali mengerjap "Kamu uda sembuh?"

"Iya Alhamdulillah, nih aku uda bisa jalan," tutur Sabila sembari memajukan satu kaki nya, lalu menghentak-hentakkan nya.

Manik mata Rian selalu menyorot ke wajah Sabila, sembari menarik bibir tebal nya,ia berujar "Alhamdulillah ya Bil,aku senang akhirnya kamu bisa ada di tengah-tengah kita lagi."

"Iya Ri, aku juga senaang banget bisa kumpul sama kalian lagi," jawab gadis manis itu.

"Ah, Rian sih bukan nya senang lagi, tapi bahagia banget tuh gara-gara kamu uda masuk sekolah," kata Gya sembari terkekeh pelan.

"Gya apaan sih, kamu juga pasti senang kan Sabila bisa kumpul sama kita lagi?"

"Ya iya lah Ri, aku udah kangen banget sama sahabat aku yang satu ini" Gya kembali berujar dengan tangan yang melingkar di perut Sabila.

Namun, tepian mata Sabila malah bergerak ke segala arah, menghindari pandangan Rian dan Gya, mencari sesuatu yang membuat nya semangat untuk ke sekolah pagi ini.

"Kamu cari apa Bil?," ujar Gya cepat.

Sabila terlonjak kaget, dan reflek menoleh ke arah Gya.

"Ah? ngga, aku ngga cari apa-apa kok," ujar Sabila, lalu menghela napas dan melanjutkan ucapan nya. "Emm, kita ke kelas yu."

"Ya udah yu."
••
"Lho itu bukannya si Sabil ya?" ujar Aldo yang tengah berdiri di depan sebuah kelas, sembari menyipit kan mata nya.

"Wah, si Fathir pasti seneng nih kalo tau dia udah masuk sekolah."
••
Fathir menopang dagu dengan tangan nya yang tersandar di atas meja. Sembari terpegun, ia berujar.

"Rindu itu ibarat satu rasa ,tapi hanya dalam-"

"Dalam mimpi," sahut Aldo sembari menepuk pelan pundak Fathir.

"Yeuh! Apaan si lu Do, nyamber aja kaya bensin."

"Ya lagian lu udah mau seminggu galau mulu."

Fathir menghela napas perlahan, rona wajah nya kembali berubah pias "Gue kangen Sabila, Do," ujar Fathir.

Aldo mengangkat satu tangan nya ke udara, dan meletakkan nya ke atas pundak Fathir.

"Lu ngga usah galau lagi, karna apa? karna Sabila, si gadis manis yang lu taksir itu, udah masuk sekolah."

Fathir menoleh ke arah sahabat nya sembari mengernyitkan dahi nya.

"Lu ngga bohong kan?"

Aldo berdecih pelan.

Alsama' Lisabilana (Surga Untuk Sabila)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang